Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

membangun keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar-mengajar dan menciptakan suasana belajar yang efektif, efisien, serta kondusif.

2.1.4.3 Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar Sudjana Rivai, 1990: 2 yaitu : a. Siswa akan lebih termotivasi belajarnya karena proses kegiatan belajar- mengajar akan lebih menarik perhatian dan minat siswa. b. Siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik karena materi yang diajarkan akan lebih jelas dan mudah dipahami oleh siswa. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui media, dalam hal ini buku cerita bergambar dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi kepada anak dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

2.1.5 Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

2.1.5.1 Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget Ormroad, 2008: 43 : a. Tahap Sensorimotor kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun Skema-skema didasarkan terutama pada perilaku dan persepsi; anak berfokus pada apa yang terjadi di sini dan saat ini. b. Tahap Praoperasional 2 tahun hingga sekitar 6 atau 7 tahun Skema mulai merepresentasikan objek yang berada di luar jangkauan pandangan langsung si anak, namun anak belum mampu melakukan penalaran logis seperti orang dewasa. Selain itu anak mulai melukiskan dunianya dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik Santrock, 2011: 28. c. Tahap Operasional Konkret 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun Penalaran yang menyerupai penalaran orang dewasa mulai muncul, namun terbatas pada penalaran mengenai realitas konkret dan mengklasifikasikan objek- objek ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. d. Tahap Operasional Formal 11 atau 12 tahun hingga dewasa Proses-proses penalaran logis diterapkan ke ide-ide abstrak ataupun ke objek-objek konkret.

2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

Menurut Hurlock dalam Nuryanti, 2008: 50 tugas perkembangan anak adalah sebagai berikut: mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum dilakukan anak–anak, membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh, belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya, mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita secara tepat, mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan pengertian- pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai serta mengembangkan sikap terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelompok-kelompok sosial dan lembaga di lingkungan hidupnya mencapai kebebasan pribadi. Tidak berbeda jauh dengan Hurlock, Collins juga mengemukakan tahap perkembangan anak-anak. Tahap perkembangan menurut Collins dalam Nuryanti, 2008: 51 adalah aspek fisik : meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot, yaitu meningkatkan kemampuan beberapa aktivitas dan tugas fisik; aspek kognisi: pada tahap operasional konkret, berfokus pada saat ini, menambah pengetahuan dan keterampilan baru serta mengembangkan perasaan mampu; dan aspek sosial: a mencapai bentuk relasi yang tepat dengan keluarga, teman, dan lingkungan; b mempertahankan harga diri yang sudah dicapai; c mampu mengkondisikan antara tuntutan individualitasnya dengan tuntutan konformitas, dan d mencapai identitas diri yang memadai. 2.2 Penelitian yang Relevan 2.2.1 Penelitian yang Berhubungan dengan Buku Cerita Anak Penelitian ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang relevan. Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Faizah 2009 tentang keefektifan cerita bergambar. Judul penelitian tersebut adalah Keefektifan Cerita Bergambar untuk Pendidikan Nilai dan Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan pada seluruh siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Negeri Tempel Sleman Yogyakarta yang berjumlah 114 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. Penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk tes dan non tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar keterampilan berbahasa siswa, sedangkan instrumen non tes berupa angket dan