Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
Menurut Sumarsono 2008 menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dankesadaran bernegara,
sikap serta prilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri peserta didik sebagai warganegara
NKRI yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK dan seni.Peserta didik harus mengetahui cara-cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan
sekitar. Hal tersebut akan tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai moral
yang baik maka tujuan untuk mencapai warga negara yang baik akan mudah terwujudkan.
Djahiri 1991:6 mengungkapkan bahwa konsep-konsep pancasila hendaknya tidak sekedar disampaikan arti, rumusan dan percontohannya semata, tetapi dikaji isi
pesan, semangat jiwanya nilai untuk selanjutnya disampaikan tatanan moralnya. Menanamkan pendidikan nilai dalam pembelajaran merupakan hal yang penting
dalam pembelajaran Pkn sebagai pendidikan nilai, maka perlu diusahakan persiapan, perencanaan, serta penyelenggaraan pembelajaran Pkn yang sesuai dan mampu
meningkatkan kesadaran siswa akan nilai terkait dengan hal yang dipelajarinya. Selain pendekatan kognitif, pendekatan nilai juga harus dilakukan karena secara
kurikuler bobot tujuan program ini ada dalam kawasan afektif rana tinggi atau keyakinan Djahiri, 1991 : 12.
Menurut Djahiri Pkn bukanlah pelajaran hafalan semata, melainkan untuk diamalkan secara penuh penghayatan, keyakinan dan nalar. Hal tersebut juga
disampaikan oleh Winataputra 2008 bahwa dalam strategi pembelajaran Pkn, siswa tidak hanya mempelajari materi pelajaran, tetapi mempelajari materi dan sekaligus
praktis, berlatih dan mampu membakukan diri bersikap dan berprilaku sebagai materi yang dipelajari. Pendidikan nilai tidak terpisah oleh adanya kesadaran dalam diri
seseorang tersebut. Jika pendidikan nilai diterapkan dalam mata pelajaran tertentu, namun tidak didukung oleh kesadaran, maka nilai tersebut tidak terselesaikan secara
maksimal. Pendidikan PKn pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang
sangat penting sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk sikap, kecerdasan dan kepribadian anak. Namun kenyataan menunjukkan
banyaknya keluhan dari siswa tentang pelajaran PKn yang tidak menarik dan membosankan. Keluhan ini secara langsung atau tidak langsung akan sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar PKn pada setiap jenjang pendidikan. Meskipun upaya mengatasi hasil belajar PKn yang rendah telah dilakukan oleh pemerintah.
Seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan pengetahuan guru-guru melalui sertifikasi, serta melakukan berbagai penelitian terhadap faktor-
faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar PKn. Namun kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar PKn masih jauh dari yang diharapkan.
Pada kenyataannya disekolah pembelajaran Pkn kebanyakan menggunakan metode ceramah yang mengarah pada aspek kognitif serta bersifat memberikan
informasi satu arah dari guru ke siswa. Sehingga peserta didik tidak menyadari dengan nilai-nilai yang terkait dalam pembelajaran. Hal itu nampak pada saat guru
mengajar, guru tidak secara maksimal menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam materi yang sedang dipelajari. Sehingga siswa tidak mengerti bahwa dalam
materi tersebut terdapat nilai-nilai yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari- hari. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,siswa terlihat kurang antusias
mengikuti kegiatan belajar mengajar KBM. Mengingat pelajaran Pkn di kelas tersebut dilaksanakan pada siang hari 11.45-12.45, dan guru kurang kreatif dalam
mengemas pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran tradisional, sehingga siswa tampak kurang bersemangat dalam belajar. Pendidikan
nilai yang seharusnya ditanamkan pada siswa saat pembelajaran, menjadi tidak terealisasikan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran PKn di lapangan, masih ada sebagian guru PKn yang mengalami hambatan dan kesulitan dalam menerapkan kondisi yang dapat
merangsang serta mengarahkan proses belajar peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, sikap, keterampilan yang mengakibatkan perubahan perilaku maupun
pertumbuhan pribadi peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menemukan adanya kesenjangan.
Kurangnya penanaman pendidikan nilai di sekolah tersebut, dibuktikan dengan sikap
siswa saat mengikuti upacara bendera pada hari senin. Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap guru dan siswa. Pengamatan dilakukan pada
saat upacara berlangsung, tampak sebagian siswa tidak mengikuti upacara dengan tertib. Siswa cenderung lebih suka berbicara dengan teman yang lain sehingga
menimbulkan kegaduhan. Siswa yang tampak tidak tertib dalam mengikuti upacara adalah sebagian besar siswa kelas I-IV. Diantara siswa kelas I-IV, peneliti melihat
bahwa siswa kelas I dan II, cenderung lebih banyak membuat kegaduhan saat upacara berlangsung.Dalam hal ini, nilai cintah tanah air kurang dimengerti dan siswa tidak
memiliki kesadaran akan nilai cinta tanah air. Hal itu juga diperkuat dengan wawancara dengan seorang guru Pkn yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa dan
guru. Siswa cenderung lebih suka kebudayaan negara lain, dari pada kebudayaan negara sendiri, nampak pada saat istirahat makan, siswa sudah membawah bekal dari
rumah tetapi siswa lebih suka membeli makanan siap saji dari pada makanan khas dari daerahnya. Hasil wawancara dengan guru juga membuktikan bahwa dalam
pelajaran tentang kebudayaan Indonesia, siswa kurang mengerti akan keaneka ragaman budaya di Indonesia.
Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti ingin menerapkan pendidikan nilai cinta tanah air dalam pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran
PPR yang diduga dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai-nilai yang terkandung dalam Pkn. Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme
seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan,
tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik bagi siswanya. Ketrampilan sikap yang berupa sikap tanggung jawab, sikap
demokratis dan sikap saling menghargai perbedaan dari warga masyarakat harus dibelajarkan melalui kebiasaan dan latihan yang intensif di sekolah. Untuk keperluan
ini diperlukan model PPR yang mendukung pembelajaran siswa akan cinta tanah air. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti menenukan solusi yang
cocok untuk meningkatkan kesadaran akan nilai cinta tanah air dalam pembelajaran PKn bagi peserta didik kelas III SDN Sarikarya dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif PPR. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu model pembelajaran yang telah dipakai di sekolah - sekolah
khususnya yang bernaung di bawah yayasan Kanisius, suatu model pembelajaran yang menerapkan refleksi untuk menemukan nilai-nilai dalam pembelajarannya
dengan cara menekankan siswa pada pengalaman yang dimilikinya. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR mempunyai beberapa keunggulan yang biasa disebut
dengan 3C yaitu Competence, Conscience, dan Compassion. Competence yaituyang terkait dengan nilai-nilai akademik, Conscience yaitu ketajaman hati nurani dan
Compassion adalah kepedulian sosial. Dengan 3C, peserta didik diharapkan dapat
unggul dalam nilai-nilai akademik sekaligus memiliki kepedulian sosial Mursanto,2010.
Dengan menggunakan model pembelajaran PPR, diharapkan nantinya dapat meningkatkan kesadaran peserta didik akan nilai cinta tanah air. Pembelajaran Pkn
akan disesuaikan dengan konteks peserta didik, dan peningkatan kesadaran akan nilai cinta tanah air diusahakan melalui dinamika pengalaman, refleksi, aksi dan disertai
dengan evaluasi. Model pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yang akan diterapkan merupakan model pembelajaran yang tidak hanya dapat untuk
mengembangkan segi kognitifnya saja, melainkan dapat untuk mengembangkan kemampuan non kognitifnya juga.