Langkah-Langkah Pembelajaran Pedagogi Reflektif PPR

dengan membaca danatau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya pendidik fasilitator memberi sugesti agar peserta didik mempergunakan imajinasi mereka, mendengar cerita dari pendidik, melihat gambar sambil berimajinasi, bermain peran, atau melihat tayangan filmvideo. c. Refleksi Refleksi merupakan suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi dengan memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik, dengan berusaha menemukan makna bagi diri sendiri tentang kejadian-kejadian yang dialaminya, dengan mulai memahami siapa dirinya dan bagaimana harus bersikap terhadap orang lain, dengan mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami, dan sebagainya. Pada dasarnya tujuan refleksi dalam PPR adalah membentuk hati yang peka dan peduli, membangun hasrat dan sikap serta menginternalisasi nilai-nilai. Dalam berefleksi, antara pendidik dan peserta didik dapat saling bertukar pikiran tentang apa yang telah direfleksikannya. Tujuannya adalah agar peserta didik terbantu untuk menemukan bagian yang mudah dipelajari, membantu mengenali tantangan tersembunyi yang dapat menghambat perkembangan peserta didik. Kegiatan merefleksikan nilai-nilai dapat dilakukan dengan pertanyaan refleksi yang difasilitasi oleh pendidik. Pertanyaan yang dibuat harus sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. d. Aksi Aksi dalam Paradigma Pedagogi Reflektif digunakan untuk menunjukkan pertumbuhan batin seseorang berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan. Refleksi tersebut mencakup dua, hal yang pertama pilihan-pilihan batin dapat berupa prioritas yang diputuskan, sambil membiarkan diri ke arah mana ia melangkah diiringi oleh kebenaran itu. Lalu yang ke dua, pilihan yang dinyatakan secara lahir, nilai yang telah menjadi bagian dalam hidup mendorong peserta didik untuk berbuat sesuatu dengan keyakinan baru. Jika nilai itu positif, maka peserta didik juga akan menimbulkan pengalaman yang bermakna positif. Sedang untuk internalisasi nilai berupa niat-niat yang dibangun oleh peserta didik. Aksi nyata merupakan penghayatan nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga proses pembentukan pribadi peserta didik secara perlahan tetap dapat terwujud sesuai tujuan yang diharapkan Subagya,2010. e. Evaluasi Bagi para pendidik mengevaluasi kemajuan peserta didik merupakan hal yang sangat penting. Evaluasi, mendorong pendidik maupun peserta didik untuk memperhatikan pertumbuhan intelektual, serta mendiagnosa kekuranga3n- kekurangan yang perlu untuk ditingkatkan. Selain itu, evaluasi juga berguna untuk perbaikan dalam cara belajar peserta didik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran terkait dengan evaluasi antara lain yaitu evaluasi mata pelajaran hendaknya dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Evaluasi penghayatan nilai, dilakukan dengan mengamati seluruh proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik. Subagya 2010 menggambarkan pelaksanaan PPR sebagai berikut: Gambar 2.1 Peta Konsep Pelaksanaan PPR Subagya, 2010 Evaluasi: Evaluasi ranah intelektual pertumbuhan intelektual dan kekurangan peserta didik Evaluasi perubahan pola pikir, sikap, perilaku siswa Refleksi: Memperdalam pemahaman kebenaran yang dipelajari. Mencari dan menemukan makna nilai-nilai kemanusiaan. Menyadari motivasi, dorongan, keinginan. Aksi: Pertumbuhan batin prioritas yang diputuskan dan penginternalisasian untuk bersikap serta melakukan perbuatan konkret. Pengalaman: Mempelajari sendiri, latihan kegiatan sendiri lawan ceramah. Tanggapan afektif terhadap yang dilakukan, latihan dari yang dipelajari. Konteks: Pendidik mengetahui dunia peserta didik cara hidup keluarga, teman-teman, kebudayaan dan adat, kehidupan sekolah, agama, ekonomi dan hal-hal lain T U J U A N

2.1.5.7 Kelebihan Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

PPR mempunyai kelebihan- kelebihan diantaraya “ murah meriah, segala kurikulum, cepat kelihatan hasilnya”.

a. murah meriah

Dalam pembelajaran tidak memerlukan sarana atau prasarana khusus, kecuali yang dibutuhkan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, yang diperlukan adalah pengalaman yang dapat tercapai melalui belajar dengan kerja sama kelompok yang kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti dengan aksi, evaluasi dalam belajar dengan kerja sama kelompok.

b. segala kurikulum

PPR dapat ditempkan pada semua kurikulum. Paradigm ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran tambahan, maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara guru dalam mengajarkan mata pelajaran yang ada.

c. Cepat kelihatan hasilnya

Kenyataan dengan menggunakan PPR dapat diamati di sekolah- sekolah yang telah menerapkannya. Siswa-siswa akan terlihat akrab satu sama lain, mau solider dan saling menbantu dalam belajar, mau saling menghargai satu sama lain. Pengelolaan kelas menjadi mudah, kenakalan berkurang. Secara garis besar dapat di simpulkan yaitu: 1. Dari segi integrasi a Pembelajaran berpola PPR murah b Tidak terhambat adanya kurikulum baru, para pengawas, atau Diknas; c mengajarkan dan melatih nilai-nilai kristiani 42 jam per minggu. d Dari segi pengalaman, refleksi, dan aksi: e Tidak memerlukan banyak aturan, banyak sanksi, dan macam-macam pemaksaan seperti lazim di sekolah lain; f Pendidikan yang otentik g Dari segi pendidikan Kristianipendidikan kemanusiaan: h Ciri khas sekolah KristenKatolik dapat diwujudkan dalam kegiatan kelas sehari-hari; i Menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diungguli sekolah lain. j Dampak lain: k Menambah calon siswa dalam PSB. l Lebih mudah menepis isu kristenisas

2.2 Penelitian- Penelitian yang Relevan

Jrsanti Johan Agustina 2011 meneliti peningkatan competence, conscience dan compassion 3C dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif PPR dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas IIIA SD Kanisius Demangan Baru I tahun ajaran 20102011. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan jenis Penelitian Tindakat Kelas PTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3C siswa kelas IIIA mengalami peningkatan. Nilai competence siswa yaitu 78,97 : 79,35 : 90,9, untuk Conscience yaitu 78,7 menjadi 90. Sedangkan untuk compassion 75,7 menjadi 90. Pratiwi Uri Theresia 2011 meneliti penerapan Pembelajaran Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan competence, conscience dan compassion kelas III SDK Demangan Baru I. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Eksperimen dengan subyek penelitian siswa kelas III. Mata pelajaran tematik yang terkait dalam penelitian ini yaitu IPS dan Bahasa Indonesia. Untuk mata pelajaran IPA, peningkatan competence yaitu 69,45 : 73,66 : 78,28, conscience yaitu 78 : 86 dan compassion yaitu 78 : 85. Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia peningkatan untuk competence yaitu 68,91 : 72,83 : 77. Dari hasil penelitian diatas peneliti mencoba menyimpulkan bahwa model Pembelajaran Pedagogi Reflektif memiliki beberapa kelebihan yakni : 1. Dalam praktik, pembelajaran PPR diintegrasikan dengan bidang studi yang diajarkan, maka tidak memerlukan sarana atau prasarana khusus, kecuali yang dibutuhkan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya, untuk menumbuhkan dan menanamkan nilai persaudaraan, solidaritas, saling menghargai pada peserta didik,

Dokumen yang terkait

Hubungan pemberian biasiswa terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran biologi siswa kelas II SLTP Negeri se Kabupaten Bondowoso tahun ajaran 2000/2001

0 4 61

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

Penerapan penilaian autentik untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa (sebuah studi penelitian tindakan kelas di SD Negeri III Jati Asih Bekasi)

0 7 212

Penerapan metode ceramah plus demonstrasi dan latihan untuk meningkatkan kompetensi psikomotorik siswa pada mata pelajaran PKn di MIS Mathla’ul Anwar Leuwisadeng Bogor: Penelitian Tindakan Kelas

7 30 116

Penerapan metode e-learning dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas vii pada mata pelajaran IPS terpadu: penelitian tindakan kelas di SMP IT Al-Atiqiyah Cipanengah-Sukabumi.

0 6 139

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta: studi penelitian pada siswa kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.

5 21 92

Penerapan variasi stimulus untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi pokok bahasan pendapatan nasional kelas X di SMA Negeri 12 Kota Tangerang Selatan

0 8 187

Campur kode dalam karangan siswa kelas III SD Negeri Kereo 02 Tangerang tahun pelajaran 2014/2015

0 20 121

Penerapan metode permainan ular tangga (Snakes Ledder) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di MTs. Al Ikhwaniyah Pondok Aren

1 33 161

Pengunaan Model Cooperative Learning tipe student team achivement division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV B SDN 08 Metro TImur tahun pelajaran 2011/2012

0 6 44