commit to user
212
menerjemahkan novel Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia itu sesuai dengan luncuran yang dia anggap enak dan tepat.
Di samping itu, penerjemah mengatakan bahwa dia memiliki kesulitan dalam menerjemahkan gaya bahasa
figures of speech dan memahami dialek yang digunakan oleh para lakon dalam novel tersebut.
Dialek yang dimaksud adalah bahasa kelompok Kulit Hitam Amerika yang hidup sekitar tahun 1930-an. Dialek-dialek yang sering muncul tersebut
diantaranya goin untuk going; ’em untuk them dan beberapa bentuk
gramatikal yang sulit dimengerti seperti He do bukan He does. Dialek-
dialek tersebut mencerminkan tingkat pendidikan masyarakat pada zaman itu.
4. Strategi Penerjemah Novel TKM
Berdasarkan wawancara dengan penerjemah Novel TKM, banyak sekali informasi yang diperoleh berkaitan dengan strategi yang digunakan
oleh penerjemah dalam menerjemahkan Novel TKM. Semua strategi yang dia gunakan itu sangat memiliki kontribusi signifikan pada hasil
terjemahannya. Dalam menerjemahkan novel tersebut, dia kadang-kadang menghadapi keraguan apakah hasil terjemahannya itu benar atau salah, baik
atau tidak. Selama itu dia tidak pernah mengikuti pelatihan-pelatihan atau kursus singkat penerjemahan. Untuk menambah pengetahuan tentang
penerjemahan, dia lebih banyak membaca buku-buku teori dan pedoman penerjemahan yang diterbitkan oleh beberapa penerbit di Indonesia dan luar
commit to user
213
negeri. Di samping itu dia juga sesekali mengikuti seminar dan konferensi penerjemahan yang diselenggarakan di Indonesia maupun luar negeri.
Berkaitan dengan kesulitan kosakata, penerjemah menjelaskan bahwa dia sering memanfaatkan
Thesaurus dan membuat daftar kosakata sendiri yang sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan dalam hal gramatika,
dia tidak menemukan kesulitan. Selanjutnya untuk mengantisipasi masalah atau kesulitan yang berkaitan dengan padanan istilah yang ada dalam novel,
penerjemah selalu mengontak penulis novel, walaupun penulis novel itu tidak menjawab semua
email yang dia kirimkan. Dalam komunikasi melalui email tersebut, penerjemah dan penulis novel melakukan tanya jawab dan
diskusi panjang, sehingga padanan kata yang sulit dapat terpecahkan. Akan tetapi, kata penerjemah, jika komunikasi lewat
email ini terlalu sering dilakukan atau dia terlalu banyak bertanya kepada penulis novel itu, maka
penulis novel itu akan menganggap bahwa penerjemah itu tidak bisa menerjemahkan. Namun demikian bahwa penjelasan dari penulis novel itu
sangat membantu penerjemah dalam menerjemahkan novel. Kemudian, penerjemah mengemukakan bahwa jika dia akan
menerjemahkan ungkapan idiomatik idiomatic expressions, dia selalu
membuka kamus Inggris-Inggris monolingual dictionary, mencari
maknanya dari definisi yang tersurat, selanjutnya mencari padanannya sendiri. Dia mengatakan bahwa dia jarang menggunakan kamus idiom
Inggris-Indonesia untuk mencari padanan idiom yang dimaksud.
commit to user
214
Berkaitan dengan metode penerjemahan novel, penerjemah mengatakan bahwa selama ini dia berusaha untuk setia terhadap bahasa
sumber Bsu. Jadi dalam hal ini dia menggunakan metode faithful
translation. Akan tetapi dalam prosesnya penerjemah mengatakan bahwa dia
sering menggunakan
metode kata-demi-kata
word-for-word translation terlebih dahulu. Hal tersebut terungkap ketika dia menjelaskan
tentang tahapan-tahapan menerjemahkan novel yang sering dia lakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah pertama membuat draft awal dengan cara
menerjemahkan kata-demi-kata
word-for-word translation, kedua mengeditnya, ketiga membacanya, dan keempat mencari padanan makna
yang lebih tepat. Di samping itu, dia berusaha setia dengan teks sumber, misalnya idiom diterjemahkan ke dalam idiom juga. Selain itu, dia sering
melakukan transposisi struktur kalimat dari aktif ke pasif dan sebaliknya, serta menempatkan keterangan waktu yang seharusnya di belakang, dia
pindahkan ke sebelah depan. Kemudian
untuk mengantisapai
permasalahan adalam
penerjemahan, dia sering mencar padanan dengan cara riset budaya. Dalam hal ini dia sering melakukan
internet browsing untuk mencari penjelasan tentang kata atau istilah yang dianggap sulit tersebut.
C. Faktor Afektif
Beberapa temuan-temuan yang berkaitan dengan faktor afektif ini adalah seluruh persepsi pembaca ahli terhadap tingkat kesepadanan
commit to user
215
accuracy level antara tuturan-tuturan idiom, metafora, kiasan, personifikasi, dan aliterasi dalam Novel TKM dan terjemahannya, tingkat
keberterimaan naturalness level hasil terjemahannya, juga persepsi
pembaca awam terhadap tingkat keterbacaan readability level hasil
terjemahannya.
1. Kualitas Terjemahan Idiom