Latar Belakang, Pengalaman, Kompetensi dan Strategi

commit to user 267 pada masing-masing awal katanya kecuali kata penghubung but Tsudan tapi Tsa.

D. Latar Belakang, Pengalaman, Kompetensi dan Strategi

Penerjemah Novel TKM Pembahasan faktor genetik mencakup empat kategori yang mencakup latar belakang penerjemah, pengalaman penerjemah, kompetensi penerjemah, dan strategi penerjemah dalam menerjemahkan novel TKM. Strategi penerjemah dalam menerjemahkan novel TKM mencakup tiga subkategori, yaitu teknik, metode, dan ideologi penerjemahan. Semua kategori dan subkategori tersebut memiliki kontribusi signifikan terhadap hasil terjemahan novel TKM. Berkaitan dengan latar belakang penerjemah, diketahui bahwa penerjemah novel TKM adalah Sarjana Teknik Kimia. Latar belakang pendidikan tersebut tidak relevan dengan bidang penerjemahan. Secara langsung maupun tidak langsung, latar belakang pendidikan ini sangat berpengaruh besar terhadap hasil terjemahan. Seorang penerjemah novel dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia sebaiknya penerjemah yang memiliki latar belakang pendidikan yang relevan dengan dunia penerjemahan karya sastra, misalnya sarjana sastra Inggris dan menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dia harus menguasai dua bahasa sumber dan sasaran dengan baik, mengetahui dan memahami sastra, apresiasi sastra, serta teori penerjemahan Savory dan Nida dalam commit to user 268 Suparman, 2003. Dia harus memiliki rasa bahasa dan rasa sastra yang cukup El Shirazy, 2008. Latar belakang ini secara teoretis dan praktis dapat menjadi modal dasar untuk menopang proses penerjemahan, sehingga hasil terjemahannya akurat, berterima dan tingkat keterbacaannya tinggi. Selain itu penerjemah novel TKM ini hanya mengandalkan basic English yang seadanya. Dia belajar sendiri dan menguasai English grammar dengan baik. Akan tetapi dia tidak memiliki latar belakang sastra, sehingga dia kurang memperhatikan gaya bahasa yang muncul dalam novel TKM tersebut. Padahal dalam novel tersebut banyak sekali gaya bahasa yang digunakan oleh penulis novel tersebut. Dalam gaya bahasa itulah penulis novel dapat menyampaikan pesannya. Semua pesan yang dibalut dengan gaya bahasa itu harus mampu dipahami, diperhatikan, dan ditransfer oleh penerjemah ke dalam bahasa sasaran secara tepat dan berterima. Gaya bahasa tersebut mengandung nilai rasa dan estetika dan mencerminkan pula nilai budaya, sosial, bahkan ideologi suatu bangsa yang melatari penulisan novel tersebut Razmjou, 2004; Inaba, 2009. Di sinilah titik perbedaan antara teks sastra literary text dengan teks biasa ordinary text yang harus diposisikan beda oleh setiap penerjemah karya sastra. Berdasarkan pengalamannya, penerjemah novel TKM adalah penerjemah paruh waktu. Lebih dari tiga puluh novel sudah dia terjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan novel TKM adalah novel pertamanya. Jadi tidak menutup kemungkinan banyak sekali kekurangan commit to user 269 dan kelemahan dalam novel terjemahan TKM tersebut. Semua kasusnya sudah diketahui dari gambaran faktor objektif yang sudah dibahas di atas. Namun demikian terlepas dari semua kekurangan dan kelemahan tersebut, terdapat pula kelebihan yang berpengaruh besar terhadap proses penerjemahan dan hasil terjemahan novel TKM tersebut. Untuk mengantisipasi kelemahan dan memecahkan semua permasalahan dalam menerjemahkan novel TKM tersebut, banyak strategi yang telah dilakukan oleh penerjemah, di antaranya penerjemah sering membaca buku-buku yang berkaitan dengan teori penerjemahan, melakukan kontak atau diskusi dengan penulis novel. Komunikasi yang sering dilakukannya adalah dengan menggunakan email. Kebiasaan semacam ini sangat penting dilakukan oleh penerjemah karena dapat membantu dia untuk menghindari misunderstanding atau misconception terhadap satu istilah yang akan diterjemahkan Robinson, 1998:13. Selain itu, dia sering melakukan internet browsing sebagai upaya mencari informasi untuk sebuah istilah yang sulit diterjemahkan. Dengan upaya ini, istilah yang sulit tersebut dapat teratasi dengan cepat. Kemudian dia menyusun thesaurus sendiri sebagai daftar padanan yang sering dia gunakan sebagai rujukan tambahan. Jenis thesaurus ini khusus mengandung istilah-istilah yang sering muncul dalam penerjemahan novel. Selain itu dia sering menggunakan monoligual dictionary. Menurut dia, kamus jenis ini dapat memberi penjelasan singkat atas sebuah istilah, bukan padanan. Hal tersebut sangat membantu untuk commit to user 270 menerjemahkan sebuah istilah yang tidak memiliki padanan dalam bahasa sasaran. Berkaitan dengan eksplorasi keilmuan yang dapat membantu proses penerjemahan novel, penerjemahan sering mengikuti seminar dan konferensi penerjemahan. Upaya ini dapat membuka wawasan baru dan memberi solusi untuk permasalahan teoretis dalam dunia penerjemahan. Kemudian dia juga sering melakukan riset budaya untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang perbandingan budaya sumber dan sasaran. Selanjutnya dalam praktek penerjemahan, dia menyebutkan bahwa banyak metode dan teknik penerjemahan yang dia gunakan. Tetapi karena keterbatasan pada saat itu, dia lebih dominan menggunakan metode kata- demi-kata dan harfiah, sedangkan tekniknya adalah teknik literal dan banyak menggunakan teknik peminjaman borrowing, misalnya menggunakan bahasa Inggris asli tanpa menerjemahkannya, seperti beberapa kata dan frasa berikut: football, rat terrier, dracula, Tarzan, The River Boys, Tom Swift, pecan, Maycomb Tribune, dan The Grey Ghost, padahal misalnya kata football dapat terjemahkana menjadi ’sepak bola’. Contoh lain yang paling jelas adalah penggunaan kata sapaan Mr, Mrs, Miss dan Sir yang terasa janggal ungkapannya, ’Selamat pagi, Sir’ Molina dan Albir, 2002; Nababan, 2003. Padahal kata ’Sir’ itu dapat diganti dengan ’Pak’. Ini berarti bahwa penerjemah terjebak dengan budaya Barat. Dengan kata lain commit to user 271 dalam penerjemahan novel TKM ini penerjemah lebih condong pada ideologi foreignisasi.

E. Respon Pembaca tentang Kualitas Terjemahan Novel TKM