Hasil Terjemahan Metafora PENERJEMAHAN IDIOM DAN GAYA BAHASA (METAFORA, KIASAN, PERSONIFIKASI, DAN ALITERASI) DALAM NOVEL”TO KILL A MOCKINGBIRD” KARYA HARPER LEE DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA

commit to user 195 004AnNovel Idiom Tsu Dill and Jem were simply going to peep in the window with the loose shutter to see if they could get a look at Boo Radley, and if I didnt want to go with them I could go straight home and keep my fat flopping mouth shut, that was all. Chapter 6; Page 24 Tsa Dill dan Jem hanya ingin mengintip lewat jendela yang daunnya terlepas untuk mengetahui apakah mereka bisa melihat Boo Radley, dan kalau aku tidak ingin ikut dengan mereka, aku boleh langsung pulang dan menutup mulut besarku, itu saja. Bab 6; Halaman 101 005AnNovel Idiom Tsu You gonna run out on a dare? asked Dill. If you are, then- Dill, you have to think about these things, Jem said. Lemme think a minute... its sort of like making a turtle come out... Chapter 1; Page 6 Tsa “Kau mau mundur dari tantangan?” Tanya Dill. “Kalau iya, berarti—“ “Dill, hal-hal seperti ini harus dipikirkan,” kata Jem. “Coba kupikir sebentar … ini seperti membuat kura-kura keluar …” Bab 1; Halaman 25

2. Hasil Terjemahan Metafora

Tabel 4.2 Hasil Terjemahan Metafora Penerjemahan Metafora N=25 Teknik Tunggal Transposisi 1 4 Literal 10 40 Duplet Transposisi + Adisi 2 8 Literal + Modulasi 1 4 Literal + Adisi 5 20 Literal + Peminjaman 1 4 Literal + Reduksi 1 4 Deskripsi + Adisi 1 4 Modulasi + Adisi 1 4 Modulasi + Reduksi 1 4 Triplet Literal + Adisi + Transposisi 1 4 Metode Harfiah 20 80 Semantik 1 4 Bebas 4 16 Ideologi Foreignisasi Harfiah 20 80 Semantik 1 4 Domestikasi Bebas 4 16 commit to user 196 Jumlah seluruh data tuturan yang mengandung metafora adalah 25 data N=47. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa metafora diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan tunggal, duplet, dan triplet. Teknik penerjemahan tunggal yang digunakan oleh penerjemah adalah teknik transposisi sebanyak 1 buah 4 dan teknik literal sebanyak 10 buah 40. Kemudian teknik penerjemahan duplet adalah teknik transposisi + adisi sebanyak 2 buah 8, literal + modulasi sebanyak 1 buah 4, literal + adisi sebanyak 5 buah 20, literal peminjaman sebanyak 1 4, literal + reduksi sebanyak 1 buah 4, deskripsi + adisi sebanyak 1 buah 4, modulasi + adisi sebanyak 1 4, dan modulasi + reduksi sebanyak 1 buah 4. Adapun teknik penerjemahan triplet meliputi teknik literal + adisi + transposisi sebanyak 1 buah 4. Dari sekian banyak teknik penerjemahan tunggal, duplet, dan triplet yang digunakan, penerjemah lebih dominan menggunakan teknik penerjemahan langsung Direct translation technique sebanyak 76 yang didominasi oleh teknik literal, peminjaman. Ini berarti bahwa penerjemah berpihak pada bahasa sumber Bsu dan cenderung pada ideologi foreignisasi. Data yang termasuk ke dalam teknik langsung Direct translation technique ini adalah data nomor 001, 002, 003, 004, 006, 008, 009, 010, 011, 012, 013, 014, 015, 016, 018, 019, dan 020. Berikut adalah contoh-contohnya: commit to user 197 006AnNovel Metafora Tsu “Cecil Jacobs is a big fat hen, I think. We didn’t hear nothin’—then Jem yelled hello or somethin’ loud enough to wake the dead—.” Chapter 29; Page 128 Tsa “Cecil Jacobs induk ayam gendut, rasanya. Kami tak mendengar apa-apa—lalu Jem berteriak halo atau apa, cukup keras untuk membangunkan orang mati—.” Bab 29; Halaman 540 010AnNovel Metafora Tsu The alarm clock was the signal for our release; if one day it did not ring, what should we do? Chapter 11; Page 53 Tsa Jam beker adalah tanda kebebasan kami; jika suatu hari ia tak bunyi, apa yang harus kami lakukan? Bab 11; Halaman 220 Selanjutnya berdasarkan analisis data ditemukan bahwa metafora diterjemahkan dengan metode harfiah sebanyak 20 buah 80, metode semantik sebanyak 1 buah 4, dan metode bebas sebanyak 4 buah 16. Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemah lebih cenderung menggunakan metode penerjemahan yang berpihak pada bahasa sumber Bsu, yaitu metode harfiah dan semantik. Dengan kata lain bahwa dia lebih berorientasi pada ideologi foreignisasi sebanyak 84 sebagai gabungan dari metode harfiah dan metode semantik. Berdasarkan hasil analisis tersebut, diketahui bahwa dalam menerjemahkan metafora penerjemah tidak berupaya untuk mencari padanan metafora sejenis dalam bahasa sasaran. Padahal hal ini penting sekali, mengingat menerjemahkan metafora bukanlah sekedar menerjemahkan secara harfiah tetapi mengganti tuturan tersebut dengan tuturan yang sesuai dengan sosiobudaya masyarakat pengguna bahasa commit to user 198 sasaran. Maka dari itu hasil terjemahannya terasa kaku dan tidak lentur atau alamiah. Hal tersebut disebabkan karena penerjemah ingin mempertahankan informasi bahasa sumber atau tidak memiliki pengetahuan yang banyak tentang padanan tuturan metafora dalam bahasa sasaran, sehingga dia kesulitan untuk menerjemahkannya. Data yang menggunakan metode harfiah dan metode semantik adalah data nomor: 001, 002, 003, 005, 006, 008, 009, 010, 011, 012, 013,

014, 015, 016, 017, 018, 019, 022, 024, dan 025. Berikut adalah contoh-