Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi pengetahuan, perilaku dan sikap masyarakat dalam pengelolaan hutan berkelanjutan dan peranan lembaga adat sebelum dan sesudah Kampanye. 2. Mengetahui efektifitas penerapan metode Kampanye Bangga dalam peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan penguatan lembaga adat.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai konservasi dan masukan bagi upaya penguatan Lembaga Adat untuk mendukung pengelolaan hutan berkelanjutan, melalui teknik social marketing . II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kampanye Bangga

Kalau kita bicara tentang kampanye orang pasti akan berpikir dan membayangkan seseorang yang berdiri diatas podium dan menyampaikan orasinya sehingga audien akan memilih seorang pemimpin ataupun satu partai yang akan dan dapat mewakili aspirasi mereka untuk sesuatu hal, itulah yang biasa dilakukan oleh seorang calon pemimpin ataupun sebuah partai. Masyarakat sudah sangat akrab dengan istilah kampanye, karena semua calon kandidat atau partai mulai berjualan jual diripartai supaya dapat memenangkan sebuah pemilihan. Memang kampanye itu adalah merupakan suatu kegiatan penjualan karena dia selalu dikaitkan dengan pemasaran. Untuk menjual sesuatu kita memang memerlukan kampanye sehingga orang tahu apa yang akan dijual. Penjualan pemasaran tidak hanya bisa dilakukan pada barang tetapi juga pada jasa, itulah yang dilakukan Rare International untuk memfasilitasi program pendidikan konservasi guna mendapatkan perubahan perilaku yang disebut dengan Kampanye Bangga Melestarikan Alam Pride Campaign . Pendekatan yang dilakukan pada Kampanye Bangga Melestariakan Alam adalah pendekatan pemasaran sosial untuk menjual produk yang diberi nama perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang diharapkan nantinya adalah adanya perubahan perilaku kearah yang lebih baik dalam mengelola sumber daya alam sehingga mereka dapat memanfaatkannya secara berkelanjutan yang dirancang dengan baik sehingga semua orang dapat menerimanya dengan mudah. Hal paling penting dalam metode yang digunakan teori perubahan adalah kondisi-kondisi yang harus dipenuhi maupun yang tidak mutlak diperlukan dalam mencapai hasil jangka panjang yang diinginkan. Teori perubahan ini menggunakan pemetaan ke belakang, yang mengharuskan orang untuk berpikir mundur ke belakang mulai dari sasaran jangka panjang hingga ke sasaran terdekat saat itu, kemudian ke perubahan di awal-awal yang dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan. Langkah tersebut akan menciptakan sejumlah hasil yang berkaitan satu sama lain, yang dikenal dengan istilah “alur perubahan a pathway of change”. Secara grafik, sebuah “alur perubahan” mewakili proses perubahan, karena alur itulah yang dipahami oleh para perencana dan merupakan rangka di mana elemen-elemen teori lainnya dikembangkan. Langkah tersebut seperti flowchart mundur yang membantu memberikan gambaran tentang apa saja yang diperlukan untuk bisa mencapai sasaran utama dari yang direncanakan. Sama seperti yang dilakukan oleh banyak pihak yang dengan latar belakang pihak komersil menjual berbagai produknya. Begitu juga yang dilakukan oleh Kampanye Bangga Melestarikan Alam yang juga memiliki berbagai macam pendekatan yang digunakan untuk menjual produknya. Maka setiap masyarakat orang akan memiliki dan memilih sendiri pendekatan yang ditawarkan sehingga mereka memiliki ketertarikan yang berbeda pula terhadap masing-masing pendekatan. Dalam dunia pemasaran komersil ada satu hal yang diyakini oleh para penjual bahwa ketika orang sudah mau melihat, mendengar, atau membicarakan tentang sebuah produk yang dijualnya walaupun belum membelinya maka itu adalah kemenangan. Kampanye Bangga Melestarikan Alam merupakan perpaduan antara pemasaran sosial dan pengelolaan adaptif sehingga memiliki tujuan untuk memberikan perubahan dalam perilaku dan memiliki tujuan konservasi Kushardanto 2008. Kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dalam tahap awal kampanye harus dievaluasi untuk menilai efektivitasnya. Menurut Kushardanto 2008 dalam memantau efektivitas kegiatan maka ada setidaknya 3 elemen penting yang harus ditinjau yaitu Process Monitoring, Performance, dan Outcome Monitoring. Asumsi dasar based assumption pada sosial marketing diindikasikan dengan mengukur perilaku masyarakat. Untuk menuju pada titik perubahan sosial, ukuran perilaku komunitas juga menjadi dasar untuk membangun aktivitas- aktivitas perubahnya. Ujung dari aktivitas disebut sebagai targeting dalam sosial marketing adalah tumbuhnya kesadaran awareness yang berdampak pada aksi mobilisasi komunitas. Program kampanye bangga ini adalah suatu perkawinan antara pendidikan konservasi secara tradisional dan tehnik-teknik sosial marketing yang bertumpu kepada perubahan perilaku. Kampanye bangga membangkitkan perluasan advokasi publik dan tekanan dari orang-orang yang dikenal peer pressure untuk mendorong perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku. Keunggulan dari kampanye Bangga ini adalah dia selalu dilakukan melalui suatu kombinasi teknik akar rumput grassroot dan mass marketing, bervariasi dari lagu yang menarik mengenai spesies kunci sampai dengan lembar khotbah mesjid dan panggung boneka. Kampanye ini membangkitkan dukungan luas bagi ekosistem yang dilindungi ditingkat lokal maupun nasional. Kampanye Bangga selalu dilakukan ditingkat lokal oleh pendidikan konservasi. Sasaran dari Kampanye Bangga, spesies kunci, dan kelompok sasaran kemudian secara hati- hati dipilih untuk mengatasi masalah yang spesifik.

2.1.1 Pelaksanaan Kampanye Bangga

1 Pemilihan Manajer Kampanye Kunci kesuksesan seorang Manajer kampanye adalah kemauan untuk belajar dan bekerja keras, dan untuk mengambil kebanggaan pribadi dalam pekerjaannya. Antusiasme sulit untuk diukur, akan tetapi elemen penting dalam kesuksesan suatu Kampanye Bangga. Manajer Kampanye harus mampu berinteraksi dengan berbagai tingkat stakeholder mulai dari petani atau nelayan, guru, pelaku bisnis dan staf pemerintah, dan memotifasi mereka untuk mengambil aksi. Idealnya, calon Manajer Kampanye lahir atau setidaknya tinggal disasaran kampanye. Manajer Kampanye yang berpotensial harus mendapatkan setidaknya tingkat pendidikan diperguruan tinggi dan bekerja penuh untuk organisasi yang akan menandatangani Memo Kesepakatan MOU dengan RARE. Manajer Kampanye harus bekerja secara khusus untuk Kampanye Bangga ini selama 18 bulan. 2 Pelatihan Manajer Kampanye berpartisipasi dalam pelatihan diperguruan tinggi sebelum dan sesudah kampanyenya. Program perguruan tinggi ini – saat ini dikembangkn secara bersama dengan University of Kent at Cantebury UKC di Inggris dan University of Guadalajara’s Centro de la Costa Sur CUCSUR, dan Institut Pertanian Bogor IPB termasuk dua tahap pengaran formal di universits- universitas tersebut dimana Manajer Kampanye akan mendapatkan latar belakan dan prinsip atau teknik mengenai ekologi, pendidikan, evaluasi dan pemasaran konservasi. Bagian terpentingnya adalah Kampanye itu sendiri, diaman Manajer Kampanye mengembangkan dan melaksanakan secara penuh Kampanye di kawasannya. Melalui keberhasilan pada tahap pendidikan dan implementasi di kawasannya, Manejer Kampanye akan menerima pengakuan dan sertifikatijazah dari perguruan tinggi tersebut. 3 Perencanaan Dibelakang setiap poster dan pin adalah suatu sasaran konservasi yang nyata. Memahami suatu kawasan dan masyarakat yang tinggal di dan sekitarnya adalah kunci untuk mengatasi ancaman atau masalah. Kampanye ini menyadari bahwa keberhasilan didasari oleh perencanaan yang hati-hati, identifikasi dan manfaat dari pelaku yang berkelanjutan, analisa kelompok sasaran, serta perancangan strategi komunikasi, dan pengembangan pesan kunci secara hati-hati. Setiap Kampanye dimulai dengan suatu penilaian kawasan secara lengkap dan tahap pengumpulan data. Hasilnya membantu Manejer Kampanye dan pengawasnya supervisor untuk membuat sasaran yang dapat diukur dan spesifik dalam mengurangi ancaman keanekaragaman hayati misalnya, meningkatkan 25 jumlah penduduk di kawasan yang mengadopsi teknik pertanian yang berkelanjutan. Manejer Kampanye bekerja dekat dengan staf setempat dan anggota masyarakat untuk merancang Kampanyeny, termasuk spesies sasaran, populasi sasaran, dan pesan-pesan pendidikan, sehingga kampanye mendukung sasaran konservasi kawasan yang lebih luas. 4 Pelaksanaan dan Evaluasi Melalui serangkaian lebih dari 26 kegiatan yang menarik, kampanye akan menggunakan semua media untuk menyiarkan pesan-pesannya mulai dari lembar fakta fact sheet, stiker dan papan iklan billboar sampai dengan teknik mass- marketing lainnya lagu kampanye, ilkan TV dan radio, artikel disurat kabar dan video musik, presentasi sekolah, pesta rakyat, lembar dakwah dan panggung boneka. Seluruh lapisan di populasi sasaran akan dijangkau mulai dari petani, pemburu atau nelayan, sampai dengan pemuka agama, guru, pemerintah, penegak hukum dan anak sekolah. Setiap kampanye diukur dan dievaluasi. Teknik dan prosedur pemantauan atau monitoring dipilih berdasarkan pertanyaan yang perlu dijawab dan berapa lama serta dana yang tersedia untuk melaksanakannya.

2.1.2 Tahap Kampanye Bangga

Untuk melakukan sebuah Kampanye Bangga harus melalui beberapa tahap mulai dari pemilihan manejer, pelatihan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Seorang manejer kamapanye harus mempunyai kemauan untuk belajar dan bekerja keras, itulah yang disebut dengan kunci kesuksesan manajer kampanye.Setelah melalui pemilihan calon manajer kampanye, maka simanajer harus mengikuti palatihan di sebuah universitas yang telah dipilih dalam hal ini Institut Pertanian Bogor IPB untuk mendapatkan berbagai macam materi yang akan membantu saat pelaksanaan kampanye. Kemudian setelah mengikuti pelatihan selama 11 minggu di kampus IPB Manajer kembali ke wilayah kerjanya untuk melakukan implementasi pelaksanaan kampanye. Sebelum kampanye dilaksanakan manajer membuat sebuah rencana kerja yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat dampingan, baru setelah itu melaksanakan kampanye yang diakhiri dengan evaluasi terhadap capaian yang dihasilkan. Detailnya dapat kita lihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2 Proses Kampanye Bangga Pride Campaign Keterangan : 1 Setelah menyelesaikan 11 minggu pendidikan di perguruan tinggi, kampanye dimulai dengan mengembangkan rencana kerja yang menyeluruh. Pertama, Kampanye selama satu tahun Sa sr a n SM A R T d a n R enc a na 11-minggu pelatihan di IPB Studi Pustaka Stakeholder workshop Focus Group Discussions Community Pre Survey Laporan Akhir dan kembali ke IPB Post Survey LANGKAH-LANGKAH PRIDE kajian literatur dilakukan oleh manajer kampanye. Penekanan khusus dibuat dengan pemahaman kepada siapa yang menjadi pemain utama dan kegiatan apa yang dilakukan. Satu dari sekian banyak produk dari psoses ini adalah matrik stakeholder yang mengidentifikasikan pemain utama dan kepentingannya terhadap kawasan. 2 Matrik ini kemudian dipakai untuk menentukan dan mengundang kelompok atau individu kedalam suatu pertemuan stakeholder dimana dalam pertemuan ini mereka bekerja bersama difasilitasi manajer kampanye untuk mengembangkan model pemikiran Concept Model dari ancaman kunci yang ada. 3 Model pemikiran Consept Model mengidentifikasikan faktor kunci langsung, tidak langsung, serta fator kontribusi akar permasalahan dari ancaman terhadap konservasi yang ada di kawasan. 4 Manajer Kampanye kemudian mensurvei 1-3 populasi yang ada dikawasan sasaran untuk mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Pertanyaan survei mengkonfirmasi ancaman yang telah diidentifikasi oleh stakeholder dalam model pemikiran dan membantu untuk membuat rangking dari ancaman ini melalui suatu sampel acak terhadap masyarakat yang tinggal didalam atau sekitar kawasan sasaran. Data dari kelompok kontrol control group juga akan diambil. 5 Setelah data survey dianalisa, model pemikiran kemudian direvisi dalam pertemuan stakeholder yang kedua. Stakeholder membantu manajer Kampanye mengidentifikasi sasaran kampanye yang fokusnya kepada perubahan pengetahuan dan kesadaran yang dapat mempengaruhi ancaman kuncinya. 6 Suatu sasaran yang baik adalah yang memenuhi kaedah SMART Spesific, Measurable dapat diukur, Action-orientedberorientasi kepada tindakan, Realistic realistic dan Time-boundterikat waktu. Sasaran-sasaran SMART ini kemudian dikaitkan dengan rencana pemantauan dengan suatu indicator yang jelas. Manajer kampanye menrancang aktifitas dan suatu tahapan untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Sasaran ini kemudian dikaji oleh staf RARE dan peserta dalam pertemuan stakeholder. 7 Sasaran ini kemudian dimasukan kedalam suatu recana kerja yang menjadi suatu dasar arahan kampanyenya. 8 Jika rencana kerja ini disetujui, Kampanye Bangga selama periode 1 tahun kemudian dilaksanakan. Suatu susunan aktifitas dilaksanakan. Selama kampanye manajer berkomunikasi dengan RARE, pengajar dari Perguruan Tinggi dan manajer kampanye yang lain melalui sebuah mailing list dan dikunjungi untuk mendapatkan dukungan tambahan. Manajer kampanye melengkapi tugas jarak jauh yang mendukung sasaran kampanyenya yang diberikan oleh pihak akademik. 9 Survei kedua dilakukan diakhir kampanye dan hasilnya dipakai untuk menilai perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku sebelum dan sesudah kampanye. 10 Pada akhir kampanye, manajer kembali ke Perguruan Tinggi selama dua minggu untuk merbagi pengalaman berharga lesson learned, evaluasi dan mempertanggungjawabkan terhadap apa yang sudah dilakukan, juga merancang rencana tindak lanjut.

2.1.3 Capaian Dalam Kampanye Bangga

Kampanye dengan mereplikasi teknik-teknik Kampanye Bangga, berhasil mempengaruhi sikap dan perilaku yang berkaitan dengan perlindungan alam dilebih 40 negara. Kunci kesuksesan Kampanye Bangga adalah dengan melibatkan dan membangun komitmen setiap lapisan masyarakat : seperti guru, ulama, pelaku bisnis, anggota legislatif dan masyarakat awam. Berikut ini adalah contoh-contoh keberhasilan konservasi lingkungan yang telah didukung dan motivasi Rare : 1 Keterlibatan masyarakat secara luas dalam perilaku yang berkelanjutan : Kampanye Bangga di Sierra de Manatlan dan kawasan Bisover El Triunfo di Meksiko mendorong perilaku yang baik untuk mengurangi kebakaran hutan yang disebabkan oleh teknik pembersihan ladang pertanian dengan babat- bakar slash and burn, juga mengurangi sampah. Kebakaran hutan di Manatlan berkurang sebanyak 50. 2 Pengembangan kapasitas bagi organisasi masyarakat : Kampanye Bangga membantu masyarakat konservasi Palau mengembangkan dirinya sebagai LSM lokal pertama dan satu organisasi yang sangat vokal menyuarakan konservasi di Mikronesia. 3 Keterlibatabatan masyarakat yang lebih luas dalam perencanaan pembangunan : Di Yap suatu negara di kawasan Mikronesia- Kampanye Bangga memobilisasi stakeholder setempat untuk membuat suatu rancangan undang-undang yang memandatkan keterlibatan masyarakat dalam seluruh pengambilan keputusan bagi pembangunan. 4 Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam : Kampanye Bangga telah membantu penciptaan kawasan lindung baru di Indonesia, Costa Rica, Grenada, dominika, Saint Vincent, Bahama dan kepulauan Cayman, dan pembuka jalan bagi UU pengelolaan sumberdaya alam yang baru atau dipergaharui si Saint Vincent. 5 Pendanaan baru bagi pengelolaan sumberdaya alam dari sektor swasta : seluruh kampanye Bangga sudah membantu patner setempat mengumpulkan dana dan sumbangan in-kind tidak dalam bentuk uang dari pengusaha lokal yang tertarik dengan pendekatan kampanye ini yang positif dan menarik. 6 Kapasitas baru bagi pendidikan masyarakat : Lembaga dan LSM setempat menerima bantuan dan bantuan teknis dan pengalaman langsung dalam melaksanakan program penjangkauan outreach. 7 Keberhasilan konservasi spesies kunci : kampanye Bangga, khususnya yang memfokuskan kepada nuri St. Lucia dan Merpati Granada, telah membangkitkan momentum yang penting bagi penerapan langkah-langkah bagi konservasi spesies. 8 Manajer Kampanye Ni Putu Sarilani Wirawan telah membantu menciptakan dukungan masyarakat terhadap pembentukan Taman Nasional Kepulauan Togean Indonesia yang mencakup ekosistem laut seluas 337.000 hektar serta wilayah daratan seluas 23.000 hektar. 9 Manajer Kampanye Hirmen Sofyanto yang telah membantu menciptakan dukungan kuat bagi 1.2 juta hektar Kawasan Konservasi Laut Berau Kepulauan Derawan dan membantu nelayan setempat untuk mengadopsi tekniksistem penangkapan ikan yang tidak merusak lingkungan Rare 2006.

2.1.4 Sosial Marketing

Sosial Marketing adalah cara lain untuk membuat satu kelompok atau individu merubah tindakan mereka dengan cara merubah keyakinan-keyakinan yang memotivasi keyakinan mereka. Sosial Marketing dapat didefinisikan sebagai penggunaan teknik-teknik marketing untuk mengembangkan kesejahteraan sosial dengan cara mengubah sikap dan perilaku menyangkut produk atau konsep tertentu. Marketing yang bersifat tradisioanal mencoba untuk membujuk khalayak yang menjadi terget untuk berinvestasi pada sebuah produk atau layanan untuk mendapatkan hasil yang dijanjikan. Sosial Marketing berusaha untuk mengubah sikap tentang kepedulian sosial secara permanen, menciptakan suatu perubahan pada seluruh sistem atau komunitas Kushardanto 2008. Ada perbedaan antara marketing bisnis corporate marketing dengan sosial marketing yaitu seperti dapat kita lihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1 perbedaan antara corporate marketing dengan sosial marketing Commercial Marketers Sosial Marketers Tujuan utama : Penjualan, Keuntungan dan nilai saham Tujuan Utama : Mencapai kepentingan sosial Sumber dana : Investasi dan hasil penjualan Sumber dana : Dana masyarakat pajak dan donasi Pertanggungjawaban pribadi: Pemegang saham dan direktur Pertanggungjawaban : masyarakat Tujuan perilaku-seringkali lebih jelas definisinnya dan lebih langsung serta lebih kuat pengukuran jangka pendeknya Tujuan perilaku – umumnya lebih konpleks dan menantang – tindakan yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang lebih panjang Produk dan layanan lebih jelas definisinya dan tak terlalu kampleks bagi pasar Produk dan layanan lebih sering difokuskan pada cara mengatasi perilaku Target dan khalayah mudah diakses Targer dan khalayak menantang dan beresiko tinggi Pengambilan keputusan dilakukan individu Pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif Hubungan antar sesama bersifat kompetitif Hubungan antar sesama dengan membangun rasa percaya Ada beberapa konsep penting yang perlu kita pahami dalam sosial marketing yaitu : Tujuan : merupakan penerapan ide-ide, layanan atau praktek sosial – perubahan perilaku. Khalayak : “khalayak yang menjadi target” adalah konsep kunci, upaya- upaya diarahkan kepada kelompok-kelompok masyarakat tertentu yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang berkaitan dengan ide atau praktek tertentu yang tengah dipromosikan. Apa yang merubah perilaku : Informasi saja tidak cukup : persepsi individu tentang manfaat, hambatan dan dukungan terhadap perubahan perilaku, konsep pertukaran penting – masyarakat melakukan hal-hal baru atau menghentikan kebiasaan lama untuk mendapatkan keuntungan yang mereka harap dapat terima. Kerangka waktu : jangka pendek karena sosial marketing dapat memusatkan perhatian pada perubahan perilaku yang relatif terjadi saat itu juga. Paling kuat saat diterapkan pada jenis isu apa saja : isu-isu akut parah yang menghendaki respon perilaku yang kurang lebih terjadi pada saat itu juga, isu-isu penting yang menghendaki respons masyarakat dibeberapa tingkat lebih luas kampanye sosial marketing seperti mempromasikan daur ulang atau mengurangi rokok menggambarkan ketepatan penggunaan stategi sosial marketing. Penggunaan media : media massa seperti radio, dan televisi sering digunakan, demikian juga dengan teknik perancangan dan penyampaian yang mutahir serta pengguanaan sarana-sarana marketing dan periklanan lainnya.

2.1.5 Perubahan Perilaku

Proses perubahan perilaku menyangkut aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau, dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam hidupnya. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambanhan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada ketrampilan sekaligus sikap mental yang menjurus kepada tindakan yang baikpositif dan menguntungkan Setiana 2005. Sikap dapat diartikan sebagai suatu keadaan mental dan taraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberi pengaruh dinamika atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Tidak selamanya sikap mempengaruhi perilaku tapi terkadang perilaku juga mempengaruhi sikap Setiana 2005. Perubahan-perubahan dalam perilaku terjadi dalam sebuah rentang yang berlangsung dalam 4 tahapan yaitu : 1 Pra Perenungan pre-contemplation Selama tahap ini, diciptakan kesadaran dan disediakan informasi deskriptif tentang perilaku baru dan manfaatnya bagi populasi yang menjadi target. Kuncinya disini adalah memahami kebutuhan dan motivasi khalayak. Pesan-pesan yang disampaikan harus ditampilkan dalam bahasa dan bentuk yang menarik perhatian dan mudah dipahami oleh konsumen yang menjadi target. Pesan tersebut harus menekan fakta-fakta yang paling menarik bagi kelompok atau individu tersebut. Sebagai contoh, jika sebuah kelompok target tidak pernah mendengar sepeda, tujuan sebuah sepeda, atau mereka tidak pernah berpikir untuk mengendarainya. Khalayak tersebut dianggap berada dalam tahap “ pra perenungan” Material-material dan program bimbingan yang diberikan perlu ditekankan pada deskripsi sebuah sepeda dan bagaimana cara menggunakannya. 2 Perenungan contemplation Tahap ini adalah ketika individu tengah mempertimbangkan untuk melakukan sebuah tindakan. Fokusnya adalah membangun manfaat-manfaat ditahap perenungan awal. Tahap ini mencakup a mereka berpikir tentang bagaiman dampak perilaku itu nantinya mencakup hal baik misal manfaat yang akan didapat dan hal – hal buruk misal resiko apa yang akan dihadapi, b kemudian mereka berpikir tentang tindakan apa yang orang lain inginkan dari mereka dan akhirnya c mereka berpikir tentang apakah mereka benar-benar dapat membuat perilaku tersebut terjadi. Orang-orang harus tahu bahwa perubahan perilaku tersebut akan membawa manfaat positif bagi individu, kelompok mereka dan masyarakat. Bila tidak, mereka akan menolaknya. Dalam contoh menggunakan sepeda tadi, kita tidak perlu fokus pada “ apa itu sepeda” karena khalayak sudah mengetahuinya, tapi lebih menekan pada manfaat penggunaan sepeda : penggunaan sepeda dapat menghemat biaya, bisa menjadi saran berolahraga, lebih baik untuk lingkungan, bisa menghemat waktu karena bisa lebih cepat saat macet dan lain-lain. Begitu mereka sudah lebih dekat ke tahap 3, melakukan tindakan, resiko melakukan perubahan perilaku dapat menjadi pertimbangan utama dan menjadi hambatan. Dalam contoh sepeda tadi, mereka bisa saja khawatir kebasahan atau tidak punya tempat untuk berganti pakaian ketika mereka mengendarai sepeda ketempat kerja, atau khawatir sepeda mereka dicuri. Pesan-pesan dan tindakan yang berkaiatan harus fokus pada bagaimana cara mengurangi hambatan- hambatan tersebut dengan cara menghadirkan solusinya. Misalnya berganti pakaian ditempat kerja, merantai sepeda dan lain-lain. Individu difase perenungan ini dapat dipengaruhi oleh tekanan masyarakat dan apa yang orang lain disekitarnya pikir dan lakukan, terutama orang-orang yang amat dihargai dan dilihat sebagai teladan oleh individu tersebut. 3 Melakukan Tindakan action Tahap melakukan tindakan adalah dimana perubahan perilaku dimulai. Individu perlu menyadari bahwa ia memiliki kemampuan dan sumberdaya yang memungkinkan perubahan tersebut terjadi dan mereka dapat melakukannya tanpa adanya hambatan- hambatan yang muncul, misalnya tidak diperdulikan oleh orang lain dikomunitasnya. Atau, mereka mungkin harus mencoba mengendarai sepeda dan belajar bagaimana cara mengendarainya. 4 Mempertahankan perilaku maintenance Perubahan perilaku yang sangat diharapkan oleh komunitas konservasi haruslah melibatkan perubahan yang permanen. Perilaku baru harus dipertahankan sepajang waktu. Tidak cukup seseorang tidak menggunakan dinamit untuk menangkap ikan hari ini, tapi menggunakan lagi minggu depan, atau mengguankan sampah-sampah kaleng bulan ini tapi tidak dibualan berikutnya. Untuk memastikan bahwa perubahan perilaku ini bersifat permanen, individu perlu diberikan ganjaran tak selalu berbentuk uang sehingga perubahan perilaku diperkuat. Berikan penguatan pada perilaku-perilaku positif berikan penghargaan pengendara sepeda baru itu sebagai pahlawan lokal.

2.2 Lembaga Adat

Lembaga Adat adalah sebuah organisasi masyarakat adat yang memiliki tujuan, struktur, aturan kearifan dan wilayah kerja yang jelas dan disepakati bersama komunitas adat tertentu Syarif 2002. Lembaga adat dikatakan kuat apabila ia memeliki beberapa syarat yaitu : 1. Memiliki tujuan 2. Memiliki struktuk 3. Memiliki aturan kearifan yang akan dijalankan 4. Diterima dimasyarakat 5. Mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Empat ratus tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 913 H atau 1570 M kehidupan di Gampong sudah dibina dan ditata oleh para leluhur dan generasi saat itu. Sesuai perjalanan sejarah, tugas tersebut sekarang berada pada generasi penerus, untuk mulai menata kembali kehidupan sosial di Gampong sesuai dengan adat Aceh. Pada masa dahulu, peradaban Aceh mencapai punjak kejayaannya justru ketika Ureung Aceh baca orang Aceh menjadikan adat dan hukum sebagai dasar dari kehidupan sehari-hari. Selain itu, makmur dan tertibnya sebuah Gampong sangat tergantung kepada pemimpin Gampong yaitu Keuchik dan Teungku Meunasah serta lembaga Tuha Peut, sebagai pemberi pertimbangan dalam setiap putusan Gampong. Oleh karena itu, sangat wajar bagi Ureung Aceh menggunakan peluang dan kesempatan yang sudah terbuka lebar untuk mengembalikan marwahnya, guna mengatur rumah tangga gampongnya sendiri Syarif 2005.

2.2.1 Kontrak Sosial Baru

Dalam hubungan denngan penguatan lembaga adat, untuk lembaga tertentu mukim perlu juga dibangun dan disepakati kontrak sosial baru, dalam rangka merekontruksi hubungan timbal balik antara mukim dengan gampong dan antara gampong-gampong dalam sebuah mukim. Kontrak sosial adalah sebuah kesepakatan yang disepakati dan disetujui bersama oleh sebuah komunitas. Ada beberapa alasan kenapa diperlukan adanya kontrak sosial baru ini Backman et al 2001. Pertama, pada saat ini sebagian mukim yang ada di Aceh, telah berubah sedemikian rupa, khususnya dalam bidang keberadaan mesjid Jamik mukim sebagai simpul atau pusat kegiatan mukim. Di Aceh Besar misalnnya, mukim- mukim masih mempetahankan satu Mesjid Jamik untuk satu Mukim. Kalaupun ada yang lebih dari satu mesjid dalam satu mukim, itu didasarkan pada kesepakatan ditingkat mukim untuk memperlancar syiar islam. Kedua, Gampong-gampong telah menjalankan pemerintahan sendiri yang lepas dari pengawasan mukim selama 20 tahun lebih. Dalam masa yang demikian lama, untuk wilayah tertentu mukim sudah tidak terlalu berfungsi dan hilang perannya. Berdasarkan dua kondisi diatas, maka Gampong-gampong dalam sebuah mukim perlu membina kelmbali kontrak sosial bersama ditingkat mukim, sehingga dapat memperlancar kembali proses rekontrukasi kehidupan bersama dalam sebuah mukim Backman 2001. Kontrak sosial tersebut paling kurang meliputi : 1. Menyepakati struktur kelembagaaan adat yang ada di mukim 2. Melengkapi struktur kelembagaan mukim dan gampong 3. Memperkuat lembaga Tuha Peut 4. Menyepakati dan melakukan pengukuhan kembali aturan adat dan lembaga adat ditingkat mukim 5. Menyepakati kawasan-kawasan yang keputusan pengelolaannya ada pada tingkat mukim, namun pengaturannya tetap pada gampong dimana kawasan tersebut berada. 6. Menyepakati bentuk hubungan antar gampong dan antar lembaga adat dalam sebuah mukim.

2.2.2 Sistem Adat

Setelah berakhirnya era orde baru, pada tahun 1998, UU nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dinyatakan tidak berlaku lagi. Untuk menggatikan UU tersebut dan UU nomor 5 tahun 1974 di keluarkan UU nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Walaupun demikian UU nomor 5 tahun 1979 masih berlaku di Aceh, bahkan hingga Juni 2005. Padahal dengan diberlakukannya UU nomor 22 tahun 1999 dan kemudian diganti lagi dengan UU nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah, maka UU lama yang mengatur tentang pemerintahan desa otomatis tidak lagi memiliki keabsahan. Bahkan khusus untuk Aceh, telah pula dikeluarkan UU tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Aceh dan UU nomor 18 tahun 2001 tentang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Syarif 2003. Namun tragis bagi masyarakat Aceh, suasana konflik politik membuat gampong dan lembaga adat lainnya terlalu lama menunggu untuk dapat kembali kepada tradisi yang didasarkan pada adat dan hukom. Masa penantian bagi gampong-gampong di Aceh semakin panjang, sejalan dengan berlarutnya konflik Aceh. Setahun setelah UU nomor 22 tahun 1998, khusus bagi Aceh ditetapkan pula UU nomor 44 tahun 1999 tantang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai bagian dari upaya penyelesaian konflik Aceh. Untuk adat dan kehidupan gampong, UU ini kemudian segera ditindak lanjut oleh Pemda Aceh dengan mengeluarkan PERDA No 7 tahun 2000 tentang penyelenggaraan Kehidupan Adat. Namun belum sempat PERDA ini diterapkan secara sempurna, pemerintah RI mengeluarkan pula UU no 18 tantang Otonomi Khusus Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Untuk melaksanakan amanat dari UU no 18 tersebut, dua tahun kemudian barulah dikeluarkan peraturan di Aceh dalam bentuk Qanun no 4 dan 5 tahun 2003 yang mengatur masing-masing tentang pemerintahan mukim dan pemerintahan gampong. Qanun ini disahkan pada Juli 2003, namun disampaikan kepada masyarakat luas melalui media masa sekitar Novembar 2003. Dengan lahirnya Qanun ini, pemerintahan di tingkat gampong di Aceh kembali ke sistem adat dan yang paling penting adalah diakui kembali mukim sebagai lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengurus sumberdaya alam di wilayahnya. Hukum adat tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh dan sepanjang pelaksanaannya tidak bertentangan dengan syari’at Islam maka perlu dipelihara dan dilestarikan. Hukum adat oleh masyarakat Aceh sudah dilaksanakan secara turun temurun, dihormati dan dipatuhi meskipun tidak tertulis Syarif 2005. Demikian juga upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri komunitas masyarakat adat terhadap peran dan fungsi lembaga-lembaga adat yang merupakan kearifan lokal terutama lembaga adat Pawang Uteun yang berkewajiban dalam menjaga, menyalamatkan, memanfaatkan serta mengelola sumberdaya alam di wilayahnya sudah mulai ada. Hal ini dapat kita lihat dari keinginan masyarakat untuk mengaktifkan kembali lembaga adat Pawang Uteun. Selanjutnya kesepakatan-kesepakatan yang telah dihasilkan harus dideklarasikan kembali kepada masyarakat luas, khususnya segenap warga mukim yang bersangkutan juga kepada instansi terkait. Dengan demikian diharapakan semua akan memberikan dukungan Emtas 2006. Melemahnya sistem kelembagaan adat ditingkat mukim seperti Pawang Uteun , sekarang sudah menjadi bagian dari sejarah. Dengan kondisi kelembagaan tersebut, maka upaya pembentukan dan penguatan sistem adat sebagai bagian dari energi sosial masyarakat Aceh, tidak cukup hanya mengandalkan peraturan baru, baik berupa UU maupun Qanun. Akan tetapi haruslah disertai dengan upaya yang sungguh-sungguh dari masyarakat itu sendiri Langen 2001. Fakta yang nampak hari ini, dalam proses implementasi undang-undang dan juga peraturan, seperti yang diamanatkan oleh UU nomor 18 tahun 2001 dan juga Qanun mukim dan gampong tahun 2003 masih berjalan lambat. Tanpa ada keberanian, tanpa ada upaya sungguh-sungguh dari masyarakat, maka proses penguatan kembali lembaga adat akan terhambat. Karena masyarakar secara perlahan-lahan harus mulai mempersiapakan langkah-langkah, dengan bersandar pada UU dan adat setempat untuk menata kembali wilayah adat dan juga sistem adat dari gampong masing-masing.

2.3 Pengelolaan Hutan Berkelanjutan

Pengelolaan hutan berkelanjutan yang berbasis masyarakat adat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaan. Selain itu masyarakat lokal memiliki akar budaya yang kuat dan biasanya tergabung dalam kepercayaan religion. Dengan kemampuan transfer antar generasi yang baik, maka dalam prakteknya pengeloaan seperti ini tercakup dalam sebuah sistem tradisional. Penerapannya akan akan sangat berbeda dengan pendekatan pengelolaan lain diluar daerah Darmawan et al 2004. Berbasis masyarakat mengandung pengertian bahwa sumberdaya alam tersebut dikelola oleh masyarakat, baik dalam bentuk unit komunitas, unit usaha berbasis komunitas koperasi dalam arti luas, maupun individual. Ciri utamanya adalah adanya pengaruh sistem sosial setempat yang cukup kuat kedalam struktur pengambilan keputusan marjinal. Ada beberapa kelebihan model pengelolaan seperti ini antara lain : 1. Mampu mendorong pemetaan dalam pengelolaan sumberdaya alam 2. Mampu merefleksikan kebutuhan masyarakat yang spesifik 3. Mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat 4. Mampu meningkatkan efisiensi secara ekonomi dan ekologi 5. responsif dan adaptif terhadap variasi kondisi sosial dan lingkungan lokal 6. Masyarakat lokal termotifasi untuk mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan. Faktor yang berkaitan erat dengan pola pengelolaan hutan dan merupakan titik sentral dalam pembangunan berbasis masyarakat adalah perilaku manusia. Karena dengan perilakulah manusia berinteraksi dengan manusia lain dan lingkungan sekitarnya. Banyak perilaku manusia yang mempengaruhi kelestarian lingkungan dan sumberdaya alam. Merubah perilaku negatif masyarakat terhadap alam dan lingkungan merupakan hal yang harus dilakukan untuk menyelamatkan kawasannya. Hal yang lebih utamanya adalah bagaimana membina masyarakat agar selalu bersikap positif dan akrab dengan alam dan lingkungan, serta berpartisipasi aktif demi menjaga nilai-nilai konservasi dari alam dan lingkungan disekitarnya Darmawan et al 2004. III. KEADAAN UMUM LOKASI

3.1 Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung Kabupaten Aceh Besar