Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Kampanye Yang Diproduksi 1

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 – Februari 2007, dilaksanakan di Aceh Besar. 2. Tahap Pelaksanaan Kampanye Bangga, yang dilaksanakan pada bulan Februari 2007 – Februari 2008, kampanye ini dilaksanakan di 21 Gampong baca desa Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung di dua Kecamatan berbeda yaitu Kecamatan Lhoknga 15 Gampong dan Kecamatan Leupung 6 Gampong dan di Kabupaten Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalam. 3. Tahap analisa data dan penulisan tesis, yang dilaksanakan pada bulan Maret – Juli 2008, yang dilaksanakan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

4.2 Alat dan Bahan

Sebuah penelitian membutuhkan berbagai macam alat dan bahan untuk membantu memperlancar dan memudahkan penelitian tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2. Alat-alat untuk penelitian. No. Nama Alat Kegunaan 1. Buku Pegangan Ukuran Keberhasilan Nick Salafsky dan Richard Margoluis, 1998 Panduan dalam merancang, melaksanakan, dan memantau program. 2. Software SurveyPro Analisis data hasil survei pra kampanye dan pasca kampanye. 3. GPS Global Positioning System Untuk menentukan titik ajimut pada saat pembuatan peta pertisipatif hutan ulayat. 4. Binokuler Identifikasi keanekaragaman hayati kawasan target 5. Stiky Wall Untuk mempermudah proses fasilitasi pada saat mengadakan pertemuan dengan stakeholder 6. Kamera Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga visual. 7. Perekam Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga audio seperti dalam FGD. 9. Handycam Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga audio-visual. Tabel 2 Alat-alat untuk penelitian lanjutan. No. Nama Alat Kegunaan 11 Papan flipchart Untuk memudahkan fasilitasi 12 LCD In focus Presentasi rencana kerja serta beberapa kegiatan pertemuan lainnya dengan masyarakat serta stakeholder lainnya. 13 1 set alat peraga game Yang digunakan untuk bermain dengan siswa pada saat kunjungan sekolah 14 1 set panggung boneka lengkap dengan boneka Digunakan pada saat pertunjukan panggung boneka Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini. Tabel 3. Bahan-bahan untuk penelitian. No. Nama Bahan Kegunaan 1. Plano dan Meta Plan Untuk mempermudah proses fasilitasi pada saat mengadakan pertemuan dengan stakeholder 2. Kain Planel Untuk membuat kostum dan boneka 3. Pipa Paralon Untuk pembuatan panggung boneka 4. Lembar kerja kuesioner Digunakan pada saat survei 5. 4.3 Metode

4.3.1 Penentuan Lokasi dan Responden

Pemilihan lokasi Kampanye Bangga dilakukan secara purposive sampling secara sengaja. Kampanye Bangga biasanya dilakukan hanya pada kawasan yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Maka penelitian ini dilaksanakan di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung, karena lokasi ini memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Desa-desa tersebut berbatasan langsung dengan hutan yang ada di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung Aceh Besar, dan terdapat berbagai jenis keanekaragaman hayati baik itu satwa maupun tumbuhan. 2. Masyarakat sekitar kawasan memiliki ketergantungan terhadap hutan baik langsung maupun tidak langsung, dari segi keanekaragaman hayati serta ekologi, guna memenuhi kebutuhan kebutuhan hidupnya. 3. Kawasan tersebut mengalami degradasi akibat kegiatan penebangan, kebakaran dan juga galian C dengan alasan rehabilitasi dan rekontruksi terutama pasca bencana tsunami. 4. Total populasi di lokasi tersebut tidak lebih dari 200 ribu jiwa Satu tahun Kampanye Bangga tidak efektif dilakukan pada populasi 200 ribu jiwa. Berdasarkan kriteria tersebut, maka lokasi yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah tiga kemukiman yaitu Kueh, Lhoknga dan Leupung. Kemukiman Kueh terdiri dari desa Naga Umbang, Lambaro Kueh, Kueh, Lam Ateuk, Aneuk Paya, Lamgaboh, Tanjong, Seubun Keutapang, Seubun Ayon, Lambaro Seubun, serta Nusa; Kemukiman Lhoknga terdiri dari desa Mon Ikeun, Weuraya, Lam Kruet dan Lampaya. Kemukiman Leupung terdiri dari desa Layeun, Pulot, Lamseunia, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak U serta Deah Mamplam. Karakteristik responden adalah petani, pegawai negeripensiunan, pekerja swasta yang memanfaatkan hasil hutan baik secara langsung maupun tidak langsung manfaat ekonomi maupun ekologi serta berumur 15 sd 65 tahun, juga bertempat tinggal di kawasan sekitar hutan yang terancam kelestariannya akibat berbagai kegiatan yang merusak. Penentuan responden dilakukan secara acak simple random sampling. Dalam pelaksanaan, berdasarkan penghitungan statistik, dengan jumlah populasi sebesar 23.147 jiwa maka jumlah sampel responden untuk tingkat kepercayaan LOC 95 dan interval confidentCI + 5 poin adalah sebanyak 378 responden. Namun untuk mengantisipasi jumlah kuisioner yang tidak valid sah untuk dianalisa maka jumlah sampel yang diambil adalah 442 responden. Responden kelompok target ini berasal dan menetap di kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung. Metode penentuan responden untuk pertemuan diskusi kelompok terfokus FGD dipilih berdasarkan kelompok ancaman langsung yang telah didentifikasikan dalam pertemuan stakeholder pertama. Penentuan responden untuk FGD dilakukan setelah pertemuan stakeholder pertama. Setelah pertemuan stakeholder diidentifikasikan 3 prioritas ancaman maka responden yang dipilih untuk diskusi terfokus adalah orang-orang yang memiliki kapasitas untuk memberikan informasi lebih banyak tentang isu ancaman langsung. Misalnya dalam pertemuan stakeholder diidentifikasikan bahwa 3 prioritas ancaman adalah penebangan, perburuan, dan pembukaan lahan maka responden untuk diskusi terfokus adalah penebang, pemburu, dan petani pembuka lahan. Tabel 4 Banyak Gampong dan jumlah penduduk yang menjadi fokus penelitian Nama Desa Kemukiman Populasi Naga Umbang Lambaro Kueh Lam Ateuk Aneuk Paya Lamgaboh TanjongLamcok Kueh Nusa Seubun Keutapang Seubun Ayon Lambaro Seubun Kueh 424 570 444 784 1103 836 543 724 586 838 431 Mon Ikeun Weuraya Lamkruet Lampaya Lhoknga 2700 1700 2150 1315 Layeun Pulot Lamseunia Mesjid Leupung Meunasah Bak U Deah Mamplam Leupung 1205 441 780 1348 1580 2725 Total Keseluruhan Kelompok Target 23227 Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, BPS 2004

4.3.2 Informasi dan Data

Pengumpulan informasi dan data ini sangat diperlukan karena akan membantu peneliti mengenal kawasan target sehingga akan membantu dalam merancang program Kampanye Bangga. Informasi dan data baik itu sebagai data primer maupun data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik BPS, Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, serta berbagai survei langsung yang dilaksanakan oleh Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh. Informasi dan data yang dikumpulkan adalah data keanekaragaman hayati, data mengenai ancaman konservasi yang terjadi, data demografi, data sosial budaya masyarakat, situasi politik, serta informasi tentang para stakeholder yang ada di kawasan terget. Informasi dan data mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat diperoleh melalui survei pra kampanye dan survei pasca kampanye dengan menggunakan lembar kuesioner. Selain itu melalui survei juga dikumpulkan data mengenai tingkat pendidikan, preferensi media dan saluran komunikasi terpercaya di masyarakat target. Informasi mengenai pola pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat target juga diperoleh dari hasil wawancara langsung baik formal maupun informal dengan anggota dan tokoh masyarakat.

4.3.3 Tahapan Dalam Kampanye Bangga

Tahapan kerja Kampanye Bangga mengadopsi manajemen adaptif proyek- proyek konservasi yang terdiri dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan; dan tahapan evaluasi Salafsky 1998. Ketiga tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: I. Tahap Perencanaan Tujuan dari tahapan ini adalah untuk merancang program Kampanye Bangga. Tahapan ini meliputi: 1 Studi Literatur dan Analisa Kawasan Studi literatur dilakukan oleh manajer kampanye untuk melihat kawasan dan berbagai hal yang berlangsung di lokasi penelitian. Dalam studi literatur ini yang dilihat seperti data sosial dan kependudukan, data keanekaragaman hayati, identifikasi ancaman di kawasan, serta mengidentifikasi para stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap kawasan dan pemanfaatan sumberya alam yang ada di kawasan. Data sekunder diperoleh dari literatur, instansi pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik BPS , Dinas Kehutanan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA, dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM. Identifikasi stakeholder dilakukan dengan membuat Matriks stakeholder. Dalam mengidentifikasi stakeholder, peneliti dapat meminta informasi dari lembaga lain yang sudah pernah melakukan kegiatan di kawasan target. Analisa dibuat berdasarkan isu yang dibawa oleh stakeholder, motif stakeholder, kontribusi yang dapat diberikan oleh stakeholder untuk kegiatan Kampanye Bangga serta konsekuensi yang ditimbulkan jika stakeholder terlibat kegiatan Kampanye Bangga. Tidak semua peserta atau individu atau wakil kelompok masyarakat yang ada di dalam matriks ini akan dilibatkan terutama jika kepentingannya dan sumbangannya sudah dapat diwakili oleh peserta lain. Hasil dari tahapan ini adalah gambaran umum tentang lokasi dan masyarakat target serta sebuah matriks analisa stakeholder Salafsky 1998. Setelah melakukan studi literatur kemudian kita mengkaji ulang atau merampungkan apa yang sudah kita rencanakan apakah itu sesuai atau tidak dengan yang sudah direncanakan dan kemudian baru kita merencanakan pertemuan pemangku kepentingan, tentunya dengan menggunakan matrik stakeholder yang sudah kita hasilkan. Contoh Matriks stakeholder dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 5 Contoh Matriks stakeholder PesertaStakeholder Nama MinatMotif Potensi Kontribusi Konsekuensi 2. Pertemuan Stakeholder Pertama Matrik yang sudah dihasilkan pada saat review dokumen dan analisa kawasan kemudian dipakai untuk menentukan dan mengundang individu atau kelompok yang nantinya akan hadir dalam sebuah pertemuan yang diberi nama Stakeholder Workshop . Dalam pertemuan ini semua orang yang hadir diharapkan dapat menyumbangkan pikirannya dan bekerjasama untuk mengembangkan sebuah model pemikiran Concept Model. Tujuan dari pertemuan stakeholder I ini adalah untuk mengembangkan sebuah Model Konseptual, membuat peringkat ancaman, mendapatkan kandidat maskot dan slogan bagi kegiatan Kampanye yang akan dilakukan. Model pemikiran ini bertujuan untuk menunjukan perkiraan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi target. Para stakeholder yang diundang seperti Camat, Polsek, Imum Mukim, Keuchik, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Kelompok Perempuan, Kelompok Pemuda, Dinas Terkait, Lembaga Asing dan Lokal. Sebuah Model Konseptual yang baik adalah: a Menampilkan sebuah gambaran situasi di lokasi target. b Menunjukkan perkiraan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi target. c Hanya menghadirkan faktor yang relevan. d Didasarkan atas data atau informasi yang dapat dipercaya. e Merupakan hasil kerja tim. Model Pemikiran dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini: Gambar 5 Model Pemikiran yang dikembangkan dalam Pertemuan Stakeholder Keterangan : a Kondisi target adalah: kondisi yang ingin dipengaruhi melalui Kampanye Bangga dalam hal ini kawasan hutan. b Faktor adalah: peristiwa, situasi, kondisi, kebijakan, sikap, keyakinan atau tingkah laku khusus yang diyakini akan mempengaruhi kondisi target. Ada Kondisi Target Kegiatan Faktor Langsung Faktor Tidak Langsung Faktor Tidak Langsung Kegiatan Faktor Kontribusi Faktor Langsung Faktor Tidak Langsung Faktor Langsung dua faktor dalam Model Pemikiran yaitu faktor langsung ancaman langsung artinya faktor-faktor yang langsung berdampak terhadap keanekaragaman hayati atau secara fisik menyebabkan kerusakannya misalnya penebangan dan sebagainya. Sedangkan faktor tidak langsung ancaman tidak langsung adalah faktor-faktor yang mendasari akau mengakibatkan ancaman langsung misalnya kurangnya pengetahuan dan sebagainya. c Kegiatan adalah : tindakan yang direncanakan untuk memodifikasi faktor- faktor tertentu, yang pada gilirannya akan mempengaruhi faktor kondisi target, misalnya pendampingan masyarakat, penanaman dan sebagainya. d Garis Hubungan → adalah: hubungan dalam Model Konseptual yang digambar dengan tanda panah. Tanda panah ini biasanya menunjuk ke satu arah satu faktor menghantar ke faktor lainnya atau satu aktivitas mempengaruhi satu atau lebih faktor lain. e Faktor Tambahan adalah : faktor-faktor yang tidak diklasifikasikan sebagai ancaman langsung maupun tidak langsung, misalnya cuaca dan sebagainya. Dalam pertemuan stakeholder kondisi target ditetapkan oleh manajer kampanye. Kemudian manajer kampanye meminta kepada para stakeholder mengidentifikasikan faktor langsung, faktor tidak langsung dan faktor kontribusi. Setelah semua faktor diidentifikasikan maka manajer kampanye memfasilitasi para pemangku kepentingan untuk melakukan pemeringkatan terhadap ancaman langsung Pemeringkatan Matriks. Pemeringkatan dibatasi hanya pada 3 suara terbanyak. Metode ini memungkinkan manajer kampanye menggabungkan sudut pandang sejumlah pemangku kepentingan lokal dalam penilaian manajer kampanye. Metode ini mirip dengan pemungutan suara. Ilustrasi tabel rangking ancaman dapat dilihat dalam tabel 3. Tabel 6 Ilustrasi Rangking Ancaman Ancaman Klpk 1 Klpk 2 Klpk 3 Total suara Rangking II IIII I 7 1 II I I 4 3 I III II 6 2 Penebangan Kebakaran Pembukaan lahan Galian C I I I 3 4 Tahap selanjutnya dalam pertemuan stakeholder adalah manajer kampanye meminta setiap stakeholder mengajukan satwa liar yang menjadi kebanggaan masyarakat lokal yang akan menjadi maskot Kampanye Bangga. Syarat spesies maskot adalah: a Spesies yang terancam punah b Mempunyai nilai ekonomi tinggi c Memiliki nilai kebanggaan bagi masyarakat setempat d Memiki nilai sejarah, sosial maupun budaya

3. Diskusi Kelompok Terfokus FGD

Pertemuan kelompok fokus khususnya terdiri atas tujuh hingga dua belas orang yang memiliki atribut sama yang sesuai dengan topik yang dibahas. Misalnya, jika ingin mengetahui pendapat para petani pemanfaat hasil hutan mengenai pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan yang baik atau segala hal yang berkaitan dengan kegiatan penebangan hutan. Kelompok fokus diasuh oleh seorang moderator yang mengajukan serangkaian pertanyaan yang sudah diatur lebih dulu secara spontan, para peserta kelompok meninjau isunya dan mengemukakan pandangan mereka sendiri tanpa harus mencapai kesepakatan bersama apa pun. Sebelum diskusi dilaksanakan manajer kampanye merancang pertanyaan- pertanyaannya. Hasil dari pelaksanaan diskusi kelompok terfokus adalah transkripsi diskusi kelompok terfokus yang mencatat pendapat responden, ide responden, pengalaman responden, persamaan dan perbedaan pengalaman antar responden; dan konsensus. 4. Survei Pra Kampanye Survei adalah metoda kuantitatif yang dalam Pride dibuat valid secara statistik bisa dipertanggungjawabkan, Secara umum teknik survei yang digunakan adalah simple random sampling dengan tipe pertanyaan semi-closed questions , pertanyaan setengah tertutup ada pilihan tapi juga disediakan jawaban “lainnya” dan terbuka, dengan menggunakan LOC tingkat keyakinan 95 dan tingkat kesalahan 5, yang kemudian jika kita menggunakan simple survey calculation yang softwarenya ada secara online dengan memasukkan jumlah total populasi target kita maka akan didapat jumlah sample yang disasar. Survei yang dilakukan dalam Kampanye Bangga adalah Survei KAP Knowledge, Attitude, Practice yaitu survei yang bertujuan mengetahi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sasaran. Tahapan dalam melaksanakan Survei Pra Kampanye adalah: a Menetapkan karakteristik populasi sasaran Kampanye Bangga. b Menetapkan tujuan survei. c Mempersiapkan pertanyaan survei. Pertanyaan survei dipersiapkan dengan menggunakan informasi-informasi yang diperoleh dari studi literatur, pertemuan stakeholder pertama, dan diskusi kelompok terfokus. d Melakukan pre uji atas pertanyaan survei yang telah dipersiapkan. e Menetapkan sampling contoh dari populasi sasaran. Dengan keterbatasan waktu dan dana maka tidak mungkin melakukan wawancara dengan seluruh anggota populasi sehingga perlu diambil sampel yang mampu mewakili populasi sasaran. Sampel yang baik tidak tergantung pada besar atau kecilnya jumlah sampel, tetapi sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili populasi seluruhnya. Cara terbaik untuk memperoleh sampel adalah dengan sistem acak. Acak berarti setiap orang dalam populasi sasaran mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih masuk ke dalam sampel. Metode pengambilan sampel dalam Kampanye Bangga adalah Simple Random Sampling sampel acak sederhana. f Menetapkan ukuran sampel. Dalam menetapkan ukuran sampel harus diperhatikan beberapa hal yaitu: 1. Jika populasi sasaran besar dan beragam suku, agama, bahasa maka dibutuhkan sampel yang lebih besar untuk mewakili populasi. 2. Jika populasi sasaran relatif kecil dan seragam suku, agama, bahasa, budaya maka sampel kecil sudah cukup. Semakin besar ukuran sampel semakin kecil kemungkinan kesalahan terjadi. Lazimnya hal ini dinyatakan dengan interval kepercayaan Confidence Interval. Untuk mendapatkan ukuran sampel maka kita harus mengetahui total populasi sasaran, derajat kepercayaan yang diinginkan pada banyak Kampanye Bangga para manajer kampanye menggunakan derajat kepercayaan 95, dan interval kepercayaan yang diinginkan sebagian jajak pendapat atau program kampanye menggunakan interval kepercayaan 3 -5 . g Menetapkan kelompok kontrol. 5. Pertemuan Stakeholder Kedua Setelah survei Pra Kampanye kembali dilakukan pertemuan Pemangku Kepentingan Kedua untuk melihat kembali Model Konseptual yang sudah di hasilkan pada saat pertemuan pertama. Pada pertemuan ini juga disampaikan hasil-hasil temuan yang sudah didapatkan pada stakeholder I, FGD dan survei masyarakat serta penyampaian rencana kerja yang telah dirumuskan oleh Tim Pride Campaign PeNA kepada semua stakeholder guna mendapatkan kritikan dan saran, kemudian mendiskusi objektif yang ingin dicapai bersama guna perbaikan rencana kerja termasuk slogan dan maskot yang dipilih dan beberapa kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam 1 tahun ke-depan, dan yang terakhir menyusun dewan penasehat untuk kampanye Pride serta agenda lain yang dirasa perlu sebagai bagian dari persiapan implementasi. Biasanya pada pertemuan stakeholder yang kedua terjadi perubahan dari Model Konseptual yang telah dihasilkan pada saat stakeholder I, karena pada saat survei, masyarakat yang dilibatkan lebih banyak dari pada saat stakeholder workshop I dan juga FGD. Tujuan pertemuan stakeholder kedua adalah merevisi Model Konseptual Awal dan membantu manajer kampanye untuk mengidentifikasikan sasaran kampanye yang fokusnya kepada perubahan pengetahuan dan kesadaran yang dapat mempengaruhi ancaman kuncinya. Para stakeholder dalam pertemuan stakeholder pertama diundang kembali dalam pertemuan stakeholder kedua. Manajer kampanye menyampaikan kepada para stakeholder semua informasi yang diperoleh dari diskusi kelompok terfokus dan survei pra kampanye. Informasi ini digunakan untuk merevisi Model Konseptual Awal untuk membantu merancang kegiatan. Hasil dari pertemuan ini adalah Model Konseptual Final dan rumusan tentang sasaran dan kegiatan Kampanye Bangga Salafsky 2008. 6. Menetapkan Sasaran SMART Sasaran SMART adalah menegmbangkan sebuah sasaran kegiatan dengan menerapakan kaedah SMART yaitu sasaran yang spesifik, terukur, berorientasi pada aksi, realistis dan terikat waktu. Sasaran yang dibuat adalah sasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat target Salafsky 1998. SMART artinya : a Spesifik yaitu didefinisikan dengan jelas, sehingga dapat dimengerti oleh semua orang yang terlibat. Bila sasaran terlalu umum misal untuk mengurangi penebangan pohon pohon yang mana, dimana, umur pohon berapa dan sebagainya maka itu akan membuat kita tidak jelas. Tetapi bila sasaran lebih spesifik, misal untuk menurunkan sepertiga jumlah kayu api dari pohon pinus untuk kebutuhan rumah tangga di Leupung, maka lebih mudah untuk melihat apakah sasaran sudah tercapai atau belum. b Measurable dapat diukur dapat didefinisikan dalam hubungannya dengan skala standar angga, persentase, pecahan atau keadaan-keadaan semua atau tidak sama sekali. c Action Oriented berorientasi kepada keigatan yaitu mewakili perubahan yang diinginkan dalam faktor-faktor ancaman kritis yang mempengaruhi tujuan proyek. d Realistic Realistis yaitu rencana yang disusun benar-benar bisa diterima, masuk akal dan memungkinkan untuk dilakukan. e Time bound terikat waktu yaitu setiap sasaran yang ingin dicapai selalu direncanakan batasan waktunya, sehingga dapat menilai keberhasilan yang akan dicapai. 7 Merancang kegiatan dalam Kampanye Bangga Tujuan dari tahapan ini adalah memilih bentuk-bentuk kegiatan yang sesuai, terkait langsung dengan pencapaian sasaran yang spesifik, dan dapat diselesaikan dengan sumber daya yang tersedia. Hasilnya adalah kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1 tahun Kampanye Bangga Salafsky 1998. 8 Menyusun Rencana Kerja Sasaran-sasaran SMART yang telah disusun kemudian dimasukkan ke dalam suatu Rencana Kerja yang menjadi suatu dasar arahan kampanyenya. Rencana Kerja meliputi Penjelasan Umum Kawasan, Matriks stakeholder, Model Pemikiran Awal Hasil Pertemuan Stakeholder I, Hasil Diskusi Kelompok Terfokus, Hasil Survei Pra Kampanye, Maskot dan Slogan Terpilih, profil Maskot Spesies Kunci, Model Pemikiran Revisi Hasil Pertemuan Stakeholder II, Rencana Kegiatan yang terdiri dari sasaran SMART, kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membantu pencapaian sasaran SMART, Kalender Kegiatan dan Strategi Monitoring.

II. Tahap Pelaksanaan Kampanye Bangga

Tujuan dari tahapan ini adalah memberikan treatment kepada masyarakat target untuk mencapai tujuan konservasi tertentu. Jika rencana kerja telah disusun maka dilaksanakanlah Kampanye Bangga selama periode 1 tahun. Rencana kerja membantu manajer kampanye melaksanakan kampanye secara sistematis dan strategis.

III. Tahap Analisis Data dan Penulisan Tesis

Analisa dan penulisan tesis merupakan tahap ke III dari kegiatan ini. Analisa ini bertujuan untuk untuk mengolah dan menganalisi data yang dikumpulkan diakhir periode Kampaye Bangga sebagai bahan kajian efektifitas Kampanye Bangga serta penulisan laporan akhir berupa tesis. Analisis data ini juga membantu dalam merancang rencana tindak lanjut follow-up plan. Analisis data dilakukan setelah survei pasca kampanye. Daftar kuesioner yang digunakan sama dengan daftar kuesioner survei pra kampanye. Data kuesioner yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program analisis data Survey Pro. Pada analisa yang lihat adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, tokoh penyampai pesan yang masih dipercaya, tingkat pengetahuan masyarakat tentang konservasi, sistem pengelolaan hutan, dan juga keberadaan lembaga adat dalam pengelolaan hutan, baik sebelum kampanye maupun setelah kampanye. V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Demografis Responden Pra Kampanye 5.1.1 Desa Target Lebih dari 50 responden berjenis kelamin laki-laki. Secara keseluruhan kelompok umur responden terdistribusi hampir merata antara kelompok umur 20- 29 tahun 31,4, 30-39 tahun 29,0 dan 40-49 tahun 19,5 . Gambar 6 Proporsi Jenis Kelamin Responden Kelompok Target N=442 Sekitar 70 responden desa target pernah mengikuti serta mendapatkan pendidikan menengah tamat SMPSMA. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan verbal seperti baca dan tulis dimiliki oleh responden. Tabel 6 menggambarkan tingkat pendidikan responden setiap kemukiman. Adapun tingkat pendidikan dari responden yang terbanyak adalah tamat SMA, kedua tamat SMP, sedangkan lainnya memiliki tingkat pendidikan bervariasi yaitu tamat SD, tidak tamat SD, sarjana, diploma dan bahkan tidak sekolah. Gambar 7 Proporsi Tingkatan Usia Responden Kelompok Target N = 442 Tabel 7 Proporsi Tingkatan Pendidikan Responden Kelompok Target N = 442 Kemukiman : Pendidikan terakhir Kueh Leupung Lhoknga Total Tamat SMAsederajat 41.4 21.3 57.1 39.6 Tamat SLTPsederajat 24.3 48.7 17.1 30.3 Tamat SDsederajat 15.1 27.3 12.1 18.3 Tidak tamat SDsederajat 11.8 2.7 4.3 6.3 Other 7.2 0.0 9.3 5.4 Totals 100.0 100.0 100.0 100.0 Dari 442 responden, sebesar 46,1 adalah petani. Sedangkan sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan tetap, yaitu sebesar 74,4 dan Ibu rumah tangga 72,7 yang tersebar di tiga kemukiman kelompok target. Tabel 8 Proporsi Serta Jenis Pekerjaan Responden Desa Target N = 442 Kemukiman Pekerjaan Utama Kueh Leupung Lhoknga Tidak memeiliki pekerjaan tetap 28.3 14.7 31.4 Ibu Rumah Tangga 16.4 32.0 24.3 Petani 22.4 18.0 5.7 Buruh 4.6 10.0 6.4 PelajarMahasiswa 9.9 0.7 10.0 Dagang 6.6 6.0 7.1 Nelayan 0.7 13.3 5.0 Pegawai Negeri 5.9 0.7 5.0 Tidak bekerja 1.3 2.7 1.4 Lain – lain 3.9 2.0 3.6

5.1.2 Kelompok Kontrol

Dari 100 responden kelompok kontrol, sebanyak 69 orang 69,0 adalah laki-laki dan sebanyak 31 orang 31,0 adalah perempuan. Gambar 8 Proporsi Jenis Kelamin Kelompok Kontrol N=100 Responden yang memiliki usia 30 – 39 tahun merupakan kelompok umur terbanyak Gambar 9 dari kelompok kontrol 36,0 , dan hanya sebahagian kecil responden yang memiliki umur diatas 60 tahun yaitu sebanyak 2,0 . Gambar 9 Proporsi Tingkatan Usia Responden Kelompok Kontrol N=100 Tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat SMP 33, kedua tamat SMA 29, sedangkan lainnya memiliki tingkat pendidikan bervariasi yaitu tamat SD 23, tidak tamat SD 13, 2 lainnya tamat perguruan tinggi, diploma dan tidak sekolah. Bidang pekerjaan yang digeluti responden kelompok kontrol mayoritas adalah petani yang mencapai angka 42,0 , selanjutnya, ibu rumah tangga, buruh, pedagang dan lainnya.

5.2 Pilihan dan Jenis Media

5.2.1 Kelompok Target

Hasil survei menunjukkan bahwa 74,9 responden memiliki kebiasaan mendengar radio. Sementara kebiasaan membaca koran dilakukan oleh 55,5 responden. Sehingga kedua media adalah media yang nantinya akan digunakan untuk menyampaikan pesan pesan konservasi kepada masyarakat. Namun demikian secara terperinci Leupung akan banyak menggunaka radio daripada koran karena persentase kebiasaan membaca koran di Leupung hanya 20,7, sementara untuk wilayah kemukiman Kueh dan Lhoknga akan menggunakan kekuatan radio dan koran pada porsi yang serupa karena persentase keduanya yang hampir seimbang. Gambar 10 Kebiasaan Mendengar Radio Kelompok Target N=442 Gambar 11 Kebiasaan Membaca Koran Kelompok Target N=442 Radio Baiturrahman merupakan stasiun radio yang menjadi favorit masyarakat 66,8 , Dari 442 responden yang memiliki kebiasaan mendengarkan radio, 73,3 berprofesi sebagai petani dan memilih Radio Baiturrahman sebagai stasiun radio favorit mereka untuk didengarkan, hal yang sama juga terjadi pada responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga serta wiraswasta yang juga memilih stasiun radio Baiturrahman sebagai stasiun radio favorit mereka. Radio Baiturrahman disiarkan di Banda Aceh dengan jenis program acara hiburan musik, acara keagamaan, berita, kuis dan beberapa acara lainnya. Stasiun radio diurutan kedua yang disukai adalah RRI Banda Aceh yaitu sebesar 38,7 dan urutan ketiga Nikoya dengan total pemilih sebanyak 20,5 dari 442 responden. Jika dilihat dari jenis program yang digemari, maka musik dan berita merupakan acara yang paling banyak diminati oleh responden ketika mendengarkan radio, untuk musik sebesar 72,5 dan berita 48,3. Ya 74.9 Tidak 25.1 Ya 61.1 Tidak 38.9 Tabel 9 Stasiun Radio Favorit Menurut Pekerjaan Responden Kelompok Target N=442 Pekerjaan utama responden Siaran stasion radio yang sering dengar Total Swasta IRT Petani Baiturrahman 66.8 66.7 69.2 73.3 RRI 38.7 41.7 41.0 31.1 Nikoya 20.5 22.6 16.7 8.9 Lain-lain 43.2 56.0 39.7 33.3 Tabel 10 Program Acara Yang digemari Responden Kelompok Target N=442 Pekerjaan utama responden Program acara yang sering dengarkan Swasta Ibu RT Petani Lainnya Musik 70.2 84.6 48.9 75.0 Berita 54.8 46.2 46.7 46.0 Acara keagamaan 19.0 42.3 40.0 16.9 Lain-lain 31.0 7.7 15.6 21.8 Sedangkan untuk koran, Serambi Indonesia merupakan koran yang sering di baca oleh responden, yang punya kebiasaan membaca koran mencapai 96,7 . Secara umum, musik dangdut dan pop adalah jenis musik yang paling digemari oleh responden tabel 11. Walaupun demikian terdapat perbedaan urutan referensi untuk setiap kemukiman. Responden di Kemukiman Kueh memilih musik dangdut 38,8 serta pop 41,1 menjadi jenis musik yang paling banyak digemari oleh responden. Sementara di kemukiman Leupung, jenis musik irama dangdut dan Qasidah merupakan musik yang paling diminati untuk dangdut 52,0 dan qasidah 34,0. Sedangkan untuk Lhoknga 55,0 responden menyatakan menyukai musik pop dan 37,1 menyukai musik dangdut. Tabel 11 Jenis Musik yang digemari Responden Kelompok Target Kemukiman : Jenis musik yang paling senangi Total Kueh Leupung Lhoknga Dangdut 42.8 38.8 52.0 37.1 Pop 37.6 41.4 17.3 55.0 Qasidah 31.7 32.2 34.0 28.6 Nasyid 12.7 13.8 16.7 7.1 Rock 10.9 12.5 2.7 17.9 Lain-lain 22.6 18.4 36.7 12.1 Untuk jenis kesenian favorit 102,5 responden menyukai Dalail khairat disini nilai 100 tidak berlaku karena responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban sebagai pilihan pertama, sedangkan pilihan kedua adalah Seudati sebesar 82,8 dan ini disukai oleh ketiga mukim yang menjadi kelompok target Kampanye Bangga. Sedangkan pilihan ketiga berbeda sebab dua mukim Kueh dan Lhoknga memilih dikee jenis kesenian daerah yaitu sebesar 58,5, sementara Kemukiman Leupung pilihan ketiganya adalah hikayat sebesar 28,7. Tabel 12 Jenis Kesenian Favorit Responden Kelompok Target N=442 Kemukiman Jenis kesenian yang menjadi favorit Total Kueh Leupung Lhoknga Dalail khairat 34.2 38.2 30.0 34.3 Seudati 27.6 31.6 26.0 25.0 Dikee 26.9 34.9 22.0 23.6 Hikayat 21.7 14.5 28.7 22.1 Lain-lain 29.4 27.0 28.0 33.6 Dari semua responden memiliki tingkat kepercayaaan kepada sumber informasi bervariasi Gambar 12, namun demikian tingkat kepercayaan yang paling tinggi adalah informasi yang bersumber dari guru yaitu 90 sangat dipercaya dan dipercaya, diikuti selanjutnya sumber informasi dari anggota keluarga 89,1 dan tokoh agama 87,6. Gambar 12 Tingkat Kepercayaan Kelompok Target kepada Guru N=442

5.2.2 Kelompok Kontrol

Radio adalah media yang sering didengar masyarakat 78,0 . Sementara kebiasaan membaca koran hanya dilakukan oleh 42 orang 42,0 responden. Gambar 13 Kebiasaan Mendengar Radio Responden Kelompok Kontrol N = 100 Ya 58.0 Tidak 42.0 Radio Pijar Harapan Lhoong merupakan stasiun radio yang menjadi favorit masyarakat 37,2 , namun demikian untuk Kemukiman Lhoong, mereka memilih radio Baiturrahman sebagai radio favorit 38,9. Sedangkan untuk koran, Serambi Indonesia merupakan koran yang sering dibaca oleh 95,2 responden yang punya kebiasaan membaca koran, Musik 93,5 dan juga berita 46,8 merupakan acara yang sering didengarkan masyarakat ketika mendengakan radio, tetapi untuk mukim Blang Me sendiri responden memilih acara keagamaan sebagai acara favorit kedua setelah musik 13,3. Untuk jenis kesenian tradisional favorit, responden memilih dalil khairat sebagai pilihan pertama 48 dan pilihan kedua mereka memilih seudati mukim Glee Bruek, hikayat mukim Lhoong dan Blang Me, sedangkan pilihan ketiga, dikee mukim Glee Bruek dan Blang Me dan Lhoong memilih seudati. Tokoh adat merupakan sumber informasi yang paling dipercayai oleh masyarakat 78,0, mengalahkan tingkat kepercayaan terhadap informasi yang bersumber dari Anggota keluarga sendiri 75,0. Gambar 14 Kebiasaan Membaca Koran Kelompok Kontrol N=100

5.3 Hasil Tahap Perencanaan

5.3.1 Studi Literatur

Hasil yang didapatkan pada tahap ini adalah berupa data awal tentang kawasan target seperti yang dapat kita lihat pada bagian 3 dari tesis ini Kondisi Umum Lokasi Penelitian. Disamping itu juga telah dibuat matriks analisa stakeholder. Setelah dianalisa terdapat 30 stakeholder yang harus diundang dalam kegiatan pertemuan stakeholder. Para stakeholder berasal dari perangkat- perangkat desa di kawasan target seperti Geuchik Kepala Desa, Camat, Imum Mukim, Kelompok Pemuda, Kelompok PKK, Kelompok Tani, Tokoh Adat, Ya Tidak Tokoh Agama, Instansi terkait, LSM lingkungan hidup; dan BRR Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

5.3.2 Stakeholder Workshop Pertama

Keterlibatan tokoh formal maupun nonformal sebagai bagian dari para pemangku kepentingan yang dalam hal ini mewakili masyarakat target kegiatan Kampanye Bangga sangatlah diperlukan. Mereka dilibatkan secara langsung dalam proses perencanaan kegiatan guna membangkitkan rasa memiliki sense of belonging terhadap program yang akan dilaksanakan. Masukan dan saran serta informasi dari para pemangku kepentingan mengenai kawasan yang menjadi target sangat membantu dalam penentukan kebijakan serta tindakan yang akan diambil serta diterapkan nantinya, peran aktif dari seluruh komponen masyarakat sangatlah penting demi kelancaran program. Keterwakilan adalah satu faktor yang paling penting untuk dapat membawa kepentingan dan menampilkan gambaran kebutuhan kelompok masyarakat. Oleh karenanya mencari anggota masyarakat yang dapat mewakili kepentingan masyarakat serta memahami secara lengkap kondisi kawasan yang menjadi target Kampanye Bangga menjadi satu syarat mutlak. Maka dari itu diperlukan suatu analisa pemangku kepentingan yang dapat dipakai untuk memutuskan serta menetapkan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang anggotatokoh masyarakat, pejabat pemerintahnon pemerintah dalam lokakarya pemangku kepentingan. Pertemuan stakeholder pertama ini dilakukan di Meunasah Lamseunia Kemukiman Leupung pada tanggal 30 September 2006 yang dihadiri oleh LSM PeNA, ESP-USAID, tokoh perempuan, tokoh pemuda, para Keuchik, POLSEK, Kepala Sekolah Dasar, tokoh agama, tokoh pembangunan, kelompok penghijauan. Adapun matrik stakeholder terlampir. Untuk mendapatkan sebuah model konseptual bersama maka ada beberapa tahapan yaitu : 1. Pembukaan dan perkenalan tentang Kampanye Bangga dan juga tujuan pertemuan yang akan dilakukan serta perkenalan antar peserta. 2. kata-kata sambuatan dari Pak Keuchik sebagai pemilik tempat 3. Kata-kata sambutan dari ketua PeNA Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh yang isinya mengupas sekilas tentang siapa dan apa itu PeNA dan sekilas tentang hubungan antara hutan dan air. 4. Penjelasan model konseptual 5. Diskusi faktor langsung 6. Diskusi faktor tidak langsung 7. Diskusi peringkat ancaman 8. Diskusi slogan 9. Diskusi kandidat maskot 10. Pembacaan do’a 11. Penutupan. Analisa didasarkan kepada beberapa faktor seperti: kepentingan apa yang dibawa orang tersebut, kontribusi atau sumbangsih apa yang kemungkinan dapat diperoleh terutama ketika program sudah berjalan, dan kendala apa yang kemungkinan timbul bagi program jika keikutsertaannya dibatasi. Analisa dilakukan di internal lembaga dengan memperhatikan masukan serta saran yang diperoleh dari diskusi awal yang telah dilakukan dengan berbagai pihak terutama para tokoh masyarakat sekitar kawasan target kampanye bangga melestarikan alam. Gambar 15 Peserta stakeholder workshop sedang menyampaikan idenya dengan menggunakan bantuan metaplan dan fasilitator sedang membantu dalam menyusun faktor ancaman di sticky wall Narasi Model Konsep Hutan Kemukiman Kueh, LhokNga dan Leupung Kondisi yang menjadi target di kemukiman Kueh dan Leupung, Aceh Besar adalah ”ekosistem hutan” nya. Hutan di Kueh dan Leupung merupakan sumber ekonomi bagi masyarakat dan juga merupakan sumber air bagi kehidupan mereka, selain kelimpahan flora dan fauna tentunya. Beberapa kegiatan yang berlangsung di dalam dan sekitar kawasan hutan Kueh dan Leupung cenderung mengancam kelestarian ekosistem hutan yang terdapat di wilayah utara barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini. Kegiatan berupa penebangan liar, pembukaan lahan, galian C, kebakaran hutan, merupakan ancaman yang langsung mempengaruhi kelestarian hutan di Kueh dan Leupung ini. Berdasarkan tiga kriteria dampak ancaman telah dapat diidentifikasi 3 ancaman terbesar bagi ekosistem ini: peringkat pertama adalah penebangan liar, peringkat kedua kebakaran hutan dan peringkat ketiga pembukaan lahan. Maraknya kegiatan penebangan liar didorong oleh tuntutan kebutuhan ekonomi, kurangnya sosialisasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan secara berkelanjutan dari instansi terkait dan juga karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Selain itu, rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan masyarakat masih berpikir untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, sumber daya alam merupakan yang paling mudah menghasilkan uang, karena tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat cenderung rendah maka kegiatan yang mengancam kehidupan mereka dan generasi yang akan datang terus mereka lakukan. Pemanfaatan sumber daya alam dengan cara yang tidak ramah lingkungan terus dilakukan pada kawasan hutan di utara barat daya Nanggroe Aceh Darussalan, ini akan merusak keberadaan kawasan hutan sebagai daerah tangkapan air serta akan berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan, dan pada akhirnya habitat satwa pun terusik sehingga gangguan binatang liar terhadap sumber pendapatan kebun, ternak dll dan keselamatan masyarakat juga mengalami peningkatan. Untuk lebih jelas model konseptual ini dapat dilihat pada lampiran 3.

5.3.4. Kelompok Diskusi Terfokus Focus Group Discussion

Di dalam kerangka perencanaan sudah ditetapkan bahwasanya tujuan utama pelaksanaan FGD adalah untuk memahami strategi masyarakat dalam pemanfaatan hasil hutan yang lestari 10 tahun kedepan. Adapun pertanyaan intinya adalah apa saja yang dilakukan masyarakat untuk menunjang ekonomi keluarganya dan dampak apa yang ditanggung oleh mereka terhadap kegiatan pemanfaatan hasil hutan yang telah mereka lakukan. FGD dilakukan di 6 tempat berbeda dengan kelompok isu yang berbeda pula. Dalam pelaksanaannya, walupun topik pembicaraan dalam diskusi kelompok terfokus tentang faktor langsung yang menjadi ancaman kerusakan hutan, namun dari peserta muncul keinginan serta pernyataan dari mereka untuk melakukan kegiatan rehabilitasi lahanhutan yang telah rusak, “Kita tidak akan mampu menghentikan kegiatan pengrusakan terhadap hutan kita, mari kita tanami hutan yang telah rusak dengan berbagai tanaman yang bermanfaat, minimal kita telah memperkecil luasan kerusakan hutan kita” demikian harapan yang disampaikan oleh para peserta. Pertanyaan yang digunakan dalam FGD dapat dilihat pada lampiran 2. a Konsensus Dari hasil pelaksanaan seluruh FGD, ada beberapa kesamaan pandangan dari para peserta akan beberapa hal yang berkaitan dengan ancaman bagi kelestarian hutan yang terdapat dikawasan kemukiman Kueh dan Leupung, yaitu : 1. Kegiatan penebangan merupakan ancaman terbesar bagi kelestarian hutan serta masyarakat yang terdapat di kemukiman Kueh Leupung. Kegiatan penebangan kayu di hutan yang dilakukan oleh beberapa orang telah menimbulkan dampak yang negatif bagi masyarakat yang lebih banyak. Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak Drs.H. Adi YS tokoh masyarakat Lhonga dalam diskusi terfokus yang dilaksanakan di Meunasah Pulot, “... saya lahir di desa Lamseunia dan sekarang tinggal di Gampong Menasah Bak’u, kami sebagai masyarakat sangat merasakan dampak dari penebangan liar, dahulu Lamseunia tidak pernah banjir, sekarang banjir sudah menjadi ancaman bagi masyarakat Lamseunia” . Demikian juga halnya yang disampaikan M Yusuf dalam diskusi terfokus di Meunasah Tanjong Pak Yusuf, “... penebangan ini dilakukan hanya oleh beberapa orang, manfaat kegiatan penebangan yang bakalan diterima masyarakat banyak hanya bencana yang ditimbulkan dikemudian hari ”. 2. Terjadinya kebakaran hutan dipicu oleh adanya kegiatan pembukaan lahanhutan. Pembersihan area lahanhutan yang ditebangdibuka biasanya dilakukan dengan cara membakar. Walaupun sebahagian sudah membuat sekat bakar namun api yang membesar tetap sulit untuk di kendalikan. Menurut pendapat M Juned BTM tokoh masyarakat Meunasah Bak U peserta FGD di Meunasah Bak U, “... mereka yang membuat ladang-ladang di hutan, menebang kayu dan kemudian dibakar dan pada akhirnya api tidak bisa terkendali maka terjadilah kebakaran” . Selanjutnya Syamsuddin dari Lamseunia menambahkan bahwa “... biasanya disaat membuka lahan kami sudah membuat skat bakar, ya tapi kadang-kadang kebakaran itu sendiri juga tidak dapat terelakkan dengan kata lain tetap terjadi”. 3. Galian C yang dilakukan oleh masyarakat setempat masih dalam skala kecil, seperti yang diakui oleh Dedi Alfian peserta dari Naga Umbang yang bekerja sebagai pengambil batu gunung, “... ya kalau yang dilakukan disini masih secara alam, khususnya dimukim Kueh ini, misalnya pengambilan batu yang saya lakukan masih menggunakan linggis, ya kalau kami katakan masih secara tradisioanal”. Walaupun pada kenyataannya itu juga ada yang melakukan pengambilan batu secara besar besaran terutama pasca tsunami. 4. Masyarakat memahami bahwa kegiatan penebangan, kebakaran hutan, galian C serta pembukaan lahan menimbulkan kerugian, kerusakan lingkungan sekitarnya serta terutama masalah ketersediaan air. Anwar peserta dari desa Kueh berpendapat bahwa “... menurut saya penebangan liar harus bisa kita atasi bersama karena walaupun penebangan itu dilakukan secara kecil- kecilan tetapi lama-kelamaan akan berakibat buruk bagi alam dan juga manusia”. Selanjutnya, Bpk Suwandi, peserta lainya yang berasal dari desa Lamseunia menyatakan bahwa “... selama ini kami sangat susah air, dan air tidak bisa lagi dipergunakan melalui jaringan irigasi untuk persawahan, sehingga masyarakat menunggu hujan untuk menanam padi agar kebutuhan air tercukupi”, dan Ibu Sulasmi dari Lamseunia berpendapat bahwa “... galian C dapat merusak lingkungan” . Usman dari desa Naga Umbang menyatakan ”... menurut analisa saya, yang sudah terjadi dari kegiatan Galian C tersebut adalah, pertama rusaknya jalan dan yang kedua banjir seperti yang terjadi didaerah Lhoknga, disaat hujan kemarin itu penuh air”. 5. Kegiatan yang mengancam kelestarian hutan terutama penebangan dan galian C dilakukan karena tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Disamping itu, kegiatan ini juga sangat mudah untuk mendapatkan uang, mengingat terjadinya peningkatan permintaan, terutama pasca tsunami, sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Anwar “... jadi seperti ini, memang masyarakat ada yang melakukannya karena alasan ekonomi, tetapi menurut saya, menebang bagi mereka merupakan pekerjaan yang mudah untuk mereka lakukan dan juga akan mendapatkan uang dengan cepat. Sementara jika bertani atau berkebun mereka harus menunggu panen, kalau menebang mereka bisa panen terus…. Sementara kita, yang tidak ikut menebang juga akan panen, panen bencana maksud saya”. Hal ini juga di perkuat dengan pernyataan Bapak Zainuddin yang menyikapi maraknya aktifitas galian C, “... kalau menurut saya kita melakukan kegiatan galian C menurut situasi yang terjadi, mungkin untuk saat ini khususnya di Aceh masih pada tahapan rekontruksi, dan pada galian c itu merupakan bahan baku untuk rekontruksi itu sendiri, jadi wajar saja kalau aktivitas galian c lagi maraknya untuk di lakukan. Ya karena itu merupakan realita yang terjadi sekarang ini”. 6. Terjadinya perubahan kondisi lingkunganhutan yang terdapat di kawasan Kueh Leupung. Menurut Bapak M Juned BTM “yang jelas sangat berbeda jika dibandingkan dengan sekitar tahun 56 dulu, sekarang hutan sudah mulai tandus, tanah tidak subur lagi dan yang parah lagi jika terjadi hujan pasti akan banjir paling tidak air sungai pasti keruh”. “Ya, rotan juga sudah tidak banyak lagi seperti dulu, karena kami disini juga mencari rotan, namun sekarang sudah agak susah dibandingkan beberapa tahun yang lalu, mungkin 15 tahun yang lalu” Syamsuddin dari Lamseunia menambahkan. 7. Adanya keinginan dan harapan dari masyarakat untuk melakukan perbaikan kedepan, dan juga perlunya dilakukan rehabilitasi kawasan hutan yang telah rusak, sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Abdurrahman, “... saya mengharapkan hutan kita ini tetap terjaga, perlu adanya reboisasi kembali terhadap lahan-lahan yang sudah rusak dengan tanaman produktif yang memberikan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat”. Selanjutnya Hasbi menyatakan bahwa “.. sebahagian besar harapan saya sama dengan kawan yang lain, apa yang kita nikmati saat ini harus dapat juga dirasakan oleh anak cucu kita, jangan mewariskan bencana bagi mereka. Saya ingin mereka juga dapat menikmati kekayaan alam ini. Sementara itu Adi, salah seorang peserta diskusi yang lain menyatakan pengharapannya, “... kami sangat mengharapkan HPH tidak lagi diberikan izin di daerah ini sehingga nantinya hutan bisa dikelola bersama oleh masyarakat sendiri dan terbentuk sebuah undang-undang atau peraturan tentang permanfaatan hasil hutan yang baik serta manfaatnya dirasakan oleh orang banyak” . b Perbedaan Pendapat Ada di antara masyarakat yang menyatakan bahwa hutan yang ada di Lhoknga dan Leupung memang memiliki perbedaan antara sekarang dan 10 tahun yang lalu. Sekarang sudah semakin buruk dibandingkan 10 tahun yang lalu, ini dikarenakan 10 tahun yang terjadi konflik sehingga masyarakat tidak berani sembarangan ke hutan. Namun demikian ada juga yang mengatakan hutannya biasa saja tetap saja masih bagus dan kayu-kayunya pun masih banyak. Tapi yang jelas Pak Abdullah dari Pulot Leupung tetap bersikeras dan mengatakan bahwa “... hutan kita sekarang sudah sangat rusak, ini dapat kita lihat di Kr. SarahGeupu jika terjadi hujan pasti akan langsung banjir begitu juga dengan jalan-jalan yang ada di Leupung ini”. Selanjutnya Syamsuddin dari desa Lamseunia mencoba memberi solusi dan menyatakan bahwa ”... penebangan harus diperkecil atau kalau bisa dihentikan dan kemudian memberikan kepada mereka pekerjaan lain yang bisa membuat mereka mampu menghidupi keluargannya, kemudian galian C kalau bisa kita suruh tutup saja jadi sungai kita tidak rusak terus, karena galian C ini sangat berpengaruh kepada air, dulu sungai tidak luas dan air pun banyak, sekarang setelah seringnya dilakukan pengambilan pasir dan batu itu dilakukan maka sungai semakin luas dan air pun menjadi sedikit”. Terhadap terjadinya kelangkaan dari beberapa jenis satwa maupun tumbuhan juga terdapat perbedaan pendapat, Bapak Yusri Budiman menyatakan bahwa “... punahnya burung dan tumbuhan bukan disebabkan oleh pelaku penebangan akan tetapi merupakan ulah para oknum yang menangkap secara besar-besaran. Dan pada umumnya yang melakukan adalah orang luar yang masuk ke wilayah kita”. Namun sdr Anwar berpendapat lain dan menyatakan bahwa “... banyaknya pohon yang ditebang telah berakibat pada semakin sedikitnya makanan dan juga tempat bersarang burung dan juga binatang yang lain” c Perbedaan Pengalaman Dampak kerusakan alam berupa bencana banjir hanya di alami oleh masyarakat yang berada di sekitar DAS sementara yang berada di pinggiran hutan serta gunung lebih sering mengalami bencana berupa tanah longsor serta gangguan binatang buas. d Ide-ide Lain Ada beberapa gagasan serta saran menarik untuk ditindaklanjuti yang telah disampaikan oleh masyarakat kepada tim pelaksana FGD, antara lain adalah: 1. Perlunya dilakukan kegiatan penanaman berbagai jenis tanaman yang bermanfaat bagi masyarakat pada pekarangan rumah serta kawasan hutan yang telah rusak, dengan harapan lahan yang telah dibuka serta ditelantarkan dapat kembali produktif dan pada akhirnya ketergantungan masyarakat pada kegiatan yang mengancam kelestarian alamhutan yang selama ini mereka lakukan dapat ditinggalkan. 2. Penyuluhan tentang dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan penebangan, pembukaan lahan, kebakaran hutan serta galian C. 3. Menghidupkan kembali aturan serta kearifan lokal yang dulunya pernah berlaku dengan efektif di kalangan masyarakat Kueh dan Leupung. 4. Penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran. 5. Izin pemanfaatan hasil hutan berupa kayu jangan diberikan lagi untuk kawasan hutan Keuh serta Leupung. Adapun daftar pertanyaan yang digunakan pada saat FGD dapat dilihat pada lampiran 2.

5.3.4 Survei Pra Kampanye

Sebelum dimulainya pelaksanaan survei, Manajer Kampanye bersama dengan staf PeNA mencoba menyusun kerangka perencanaan survei, termasuk didalamnya penyusunan pertanyaan, penentuan jumlah responden baik itu untuk kelompok target maupun masyarakat kelompok kontrol. Hasil perencanaan awal ini dikonsultasikan kepada pihak Rare Indonesia untuk mendapatkan masukan serta saran guna perbaikan kerangka perencanaan survei yang telah kami susun. Setelah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden survei ini selesai disusun dan mendapat persetujuan dari pihak Rare Indonesia. Selanjutnya dilakukan simulasi survei bersama anggota tim survei. Survei Pra Kampanye Bangga Melestarikan Alam dilaksanakan mulai pada tanggal 26 Nov sd 2 Des 2006. Dalam pelaksanaan, berdasarkan penghitungan statistik, dengan jumlah populasi sebesar 23.147 jiwa maka jumlah sampel responden untuk tingkat kepercayaan LOC 95 dan interval CI + 5 poin adalah sebanyak 378 responden. Namun untuk mengantisipasi jumlah kuisioner yang tidak valid sah untuk dianalisa nantinya maka jumlah sampel yang diambil adalah 442 responden. Responden kelompok target ini berasal dan menetap di kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung. Kemukiman Kueh terdiri dari desa Naga Umbang, Lambaro Kueh, Kueh, Lam Ateuk, Aneuk Paya, Lamgaboh, Tanjong, Seubun Keutapang, Seubun Ayon, Lambaro Seubun, serta Nusa, dan Kemukiman Lhoknga terdiri dari desa Mon Ikeun, Weuraya, Lam Kruet dan Lampaya. Kemukiman Leupung terdiri dari desa Layeun, Pulot, Lamseunia, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak U serta Deah Mamplam. Sementara itu, 100 orang yang berasal dan menetap di Kemukiman, Blang Me, Glee Bruek, Lhoong Kecamatan Lhoong Aceh Besar menjadi responden yang mewakili kelompok kontrol bagi survei program Kampanye Bangga Melestarikan Alam. Secara keseluruhan, responden yang diwawancarai dalam survei ini berjumlah 547 orang total jumlah responden kelompok target dan kelompok kontrol. Sebanyak 5 orang responden tidak bersedia untuk menyelesaikan proses wawancara yang dilakukan oleh enumerator. Tetapi target responden tetap terpenuhi, yaitu sebanyak 542 orang responden. Dalam pelaksanaan survei, ternyata banyak hal yang terjadi di luar rencana. Misalnya yang dialami oleh enumerator yang bertugas di desa Lamgaboh Kemukiman Kueh, Enumerator tidak di izinkan untuk melakukan wawancara oleh pihak Mantan GAMKPA. Namun setelah enumerator di dampingi supervisor menjelaskan kepada “oknum” tersebut bahwa kita telah melakukan koordinasi dengan pejabat pemerintah setempat, baik itu di tingkat desa maupun kecamatan, enumerator kembali dapat menjalankan tugasnya sebagaimana yang direncanakan. Larangan untuk melakukan survei juga dialami oleh enumerator yang melakukan survei di desa Mon Ikeun, dengan alasan mereka bosan dengan pihak NGO yang datang hanya untuk mengambil data saja tanpa menyalurkan bantuan. Tetapi setelah diberikan penjelasan bahwa survei ini bukan untuk mendata kebutuhan bagi penyaluran bantuan, tetapi lebih pada upaya bersama yang perlu untuk kita lakukan ke depan guna perbaikan serta pemanfaatan sumberdaya alam yang kita miliki, lagi-lagi mereka kembali bersedia untuk diwawancarai. Hambatan atau larangan bagi enumerator untuk melakukan wawancara tidak hanya terjadi di wilayah desa target. Di desa Lamsuejen yang merupakan wilayah kelompok kontrol, enumerator juga mengalami hal yang sama. Upaya diplomasi kembali dilakukan, negosiator rekan Fadlan dari lembaga Green Camp menjalankan fungsinya. Wawancara kembali dapat dilaksanakan sesuai dengan target responden yang diinginkan. Dari berbagai kejadian diatas, kita dapat mengambil suatu pembelajaran, bahwa apa yang telah direncanakan tidak selamanya berjalan sesuai rencana, dan koordinasi antar berbagai pihak sangat diperlukan. Pertanyaan yang digunakan pada saat survei dapat dilihat pada lampiran 10. Gambar 16 Proses Pelatihan Enumerator Survei kiri dan Pelaksanaan Interview kanan

5.3.5 Pertemuan Stakeholder Kedua

Tujuan dari pertemua stakeholder kedua ini adalah : untuk menyampaikan hasil-hasil temuan yang sudah didapatkan pada stakeholder I, FGD dan survei masyarakat serta penyampaian rencana kerja yang telah rumuskan oleh Tim Pride Campaign PeNA kepada semua stakeholder guna mendapatkan memberikan masukan serta saran; Mendiskusikan objektif yang ingin dicapai bersama guna perbaikan rencana kerja termasuk slogan dan maskot yang dipilih dan beberapa kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam 1 tahun ke-depan; Menyusun dewan penasehat untuk kampanye Pride serta agenda lain yang dirasa perlu sebagai bagian dari persiapan implementasi. Kegiatan ini dilakukan selama lima hari kerja, dengan perincian yang terdiri dari dua hari perencanaan, satu hari pelaksanaan dan dua hari analisa hasil. Rangkaian kegiatan ini dilakukan dari tanggal 20 sampai dengan 24 Februari 2007. Metode Kegiatan adalah; Melakukan presentasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap pra kampanye, dalam hal ini perencanaan yang telah dihasilkan dengan memperhatikan fakta yang ditemukan dari kegiatan Stakeholder Workshop I, Diskusi Kelompok Terfokus FGD serta Survei Masyarakat; Menginformasikan dan mengkonfirmasikan temuan-temuan yang sudah pernah didapat; Menyusun dewan penasehat untuk kampanye Tahapan yang dilalui untuk melakukan kegiatan ini; Perencanaan meliputi analisa matriks stakeholder, diskusi penentuan materi yang akan disampaikan kepada peserta, membuat undangan kegiatan, mendistribusikan undangan, diskusi dengan fasilitator lokal mengenai persiapan tempat dan konsumsi untuk kelancaran kegiatan. Pelaksanaan meliputi Presentasi seluruh hasil analisa temuan, objektif yang ingin dicapai, rencana kerja serta diskusi terbuka guna menyerap kritikan serta saran penyempurnaan rencana kerja yang nantinya akan diimplementasikan, pemilihan dan penentuan dewan penasehat kegiatan Kampanye Bangga melestarikan alam. Analisa hasil : Revisi serta finalisasi rencana kerja serta konsep model akhir. Dari pertemuan ini disepakatilah bahwa slogana yang akan digunakan dalam kampanye adalah ” Uteun Tajaga Rakyat Seujahtra”. Sementara untuk satwa maskot penyampai pesan masyarakat masih tetap dengan pilihan pertama yaitu Cempala Kuneng. Kemudian untuk objektif sementara tetap kepada sasaran yang sudah kita rumuskan di dalam projek plan yaitu sasaran I penguatan lembaga ada di mukim Leupung dan sasaran II rehabilitasi hutan ulayat. Adapun dewan pengawas hasil dari pertemuan masyarakat meminta ada 7 komponen yang terdapat didalamnya yaitu Mukim, Keuchik, guru, Tokoh masyarakat, ulama, pemuda dan perempuan. Dari hasil workshop dan diskusi yang telah dilakukan disepakati untuk melakukan beberapa pertemuan lanjutan seperti pertemuan untuk membahas lebih lanjut mengenai dewan pengawas, penjangkauan masyarakat untuk membicarakn hal-hal yang berkaitan dengan kelancaran program, implementasi program dan sebagainya. Matrik stakeholder workshop dapat dilihat pada lampiran 1.

5.3.7 Menetapkan Sasaran SMART

Tujuan umum dari program ini adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat di kawasan target melalui peningkatan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati yang lestari. Adapun sasarannya yang ingin dicapai adalah: S.1. Meningkatkan kepedulian dan kapasitas masyarakat sehingga mampu berperan aktif dalam upaya pemanfaatan sumber daya secara lestari S.2. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap upaya pelestarian alam dan ekosistem demi pemanfaatan yang berkelanjutan S.3. Memperkuat kembali peran lembaga adat lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam S.4. Adanya kader konservasi yang aktif terlibat dalam pengelolaan kawasan dan mendorong pengambilan keputusan yang ramah lingkungan Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas, diperlukan suatu sasaran antara intermediate objectives yang lebih spesifik sehingga pada akhir kegiatan capaian yang diharapkan dapat lebih jelas dan terukur. Sasaran antara ini adalah: 1. Di akhir program, terwujud pengelolaan sumberdaya hutan berkelanjutan melalui penguatan lembaga adat lokal Pawang Uteun di Kemukiman Leupung untuk menyelamatkan hutan seluas minimal 3000 ha. 2. Pada akhir program, kegiatan Peudeep Lampoh di Kemukiman Kueh, menerapkan prinsip-prinsip ekologi dan keanekaragaman hayati untuk memberi manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi pada setidaknya 1000 ha lahan sehingga mengurangi ancaman pembukaan hutan, untuk pertanianperkebunan. 3. Pada akhir kampanye, masyarakat Mukim Lhoknga sepakat membangun inisiatif Pawang Uteun untuk pengelolaan berkelanjutan dan penyelamatan hutan ulayat seluas 500 ha. 4. Pada bulan ke-12 program, meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai peran hutan sebagai perlindungan sumberdaya air dari 22 menjadi 40. Berdasarkan keempat sasaran antara di atas, disusunlah kerangka kegiatan yang akan dilakukan selama 12 bulan Kampanye Bangga dengan ringkasan seperti yang dapat dilihat di lampiran 4. Sebagai maskot Kampanye Bangga adalah burung Cempala Kuneng, yang juga merupakan burung kebanggaan masyarakat Aceh pada umumnya. Sedangkan slogan yang diusung kampanye ini adalah “Uteun Ta Jaga Rakyat Sejahtera”.

5.3.7 Flagship Species: Cempala Kuneng

Spesies flagship yang digunakan di dalam Kampanye Bangga oleh PeNA adalah burung Cempala kuneng Chopsychus pyrropygus. Cempala Kuneng ini merupakan hasil pilihan dari masyarakat baik pada saat pelaksanaan stakeholder workshop I, FGD maupun survei sebanyak 38,2 masyarakat mengatakan Cempala Kuneng sebagai satwa yang dapat menunjukan kebesaran dan kebanggaan bagi mereka. Keterbatasan informasi maupun tidak mencukupinya data ilmiah merupakan tantangan di dalam menggunakan burung ini sebagai maskot. Lembaga telah memikirkan rencana untuk mengganti dengan satwa pilihan lain gajah sumatera atau harimau sumatera. Namun ketika hasil survei dan FGD didiskusikan kembali pada saat pertemuan stakeholder ke-2, para pemangku kepentingan yang hadir, juga menyuarakan bahwa Cempala Kuneng memang merupakan kebanggaan masyarakat Aceh. Burung Cempala Kuneng Chopsychus pyrropygus sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Aceh, oleh karenanya burung ini dijadikan maskot Provinsi Aceh berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Aceh No 34 tahun 1990. Selain sebagai maskot, burung ini juga sering dilantunkan dalam syair lagu Aceh dan juga syair seudati kesenian tradisional Aceh walaupun sekarang masyarakat sudah tidak pernah melihatnya lagi dan ini juga merupakan salah satu alasan yang kuat kenapa burung ini dijadikan maskot di dalam Kampanye Bangga dengan pertimbangan apakah satwa yang lain nanti akan mengalami hal yang sama seperti burung Cempala Kuneng ini. Hasil survei menunjukkan bahwa 70,4 masyarakat menyatakan bahwa satwa ini pernah ada di daerah mereka. Sementara itu, 46,2 masyarakat menyatakan bahwa satwa ini sudah tidak mereka jumpai lagi di kawasan hutan mereka. Selanjutnya, dari informasi lain yang diterima dari Ir. M Kasim Arifin peraih Kalpataru, saat ini telah meninggal dunia, pada tahun 1995 burung ini pernah dilihat di daerah Lokop, Kabupaten Aceh Tamiang dan pada tahun 2000 Pemda NAD juga pernah memuat iklan di harian Serambi Indonesia kepada siapa saja yang berminat untuk melakukan penelitian tentang satwa langka ini. Tetapi sayang kesempatan itu tidak diambil oleh siapapun sehingga sampai saat ini informasi atau literatur atau deskripsi tentang burung langka ini sangatlah minim. a Klasifikasi Taksonomi Filum : Chordata Anak Filum : Vertebrata Kelas : Aves Bangsa : Passeriformes Suku : Turdidae Marga : Copsychus Jenis : Copsychus Pyrropygus Gambar 17 Cempala Kuneng Copsychus pyrrpygus b Karakteristik Morfologis Keindahan burung ini diperlihatkan oleh warnanya yang coklat keabuan tua mengkilat dengan alis putih di atas mata, serta paruh hitam ramping tajam. Sebagian dada dan perut sampai pangkal ekor berwarna kemerahan. Ukuran tubuh dari ujung paruh sampai ke ujung ekor memiliki panjang sekitar 8 inci. Suaranya panjang merdu serta memukau, nyaring naik turun dan tidak teratur. Bunyinya wu eeee dan we oooo Karakteristik fisik yang spesifik untuk jantan, betina maupun anakan adalah sebagai berikut Maskot Flora Fauna Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, BKSDA Aceh, 2002: Ciri - ciri Betina : Di atas matanya tidak terdapat bagian yang berwarna putih sebagaimana yang dimiliki oleh yang jantan, bagian tenggorokan dan dada bulunya berwarna kuning tua sampai merah sawo, pada bagian dadanya terdapat bagian garis tebal melintang yang berwarna kecoklatan, bulu perutnya berwarna keputihan. Ciri - ciri Anakan : Warna kecoklat-coklatan, kepala warna bintik-bintik kelabu, dada warna kuning kelabu berbintik-bintik khusus anakan betina, c Distribusi Hampir sama dengan beberapa jenis burung lainnya, burung Cempala Kuneng ini juga hidup di hutan. Cempala Kuneng menghuni hutan di daerah pamah sampai ketinggian 900 Meter, terdapat di Aceh dan Sumatera umumnya, Kalimantan dan Semenanjung Malaya BKSDA 2002 . d Perilaku Burung Cempala Kuneng merupakan burung penyanyi kata orang tua dulu karena memang kebiasaan dari burung ini yang suka berkicau. Jadi tidak heran kalau dalam lagu Aceh juga ada lagu Cempala Kuneng. e Reproduksi Belum ditemukan literatur tentang pola reproduksi spesies ini. Namun demikian secara umum burung-burung di dalam marga Copyshycus bereproduksi dengan cara bertelur dan mengerami telurnya Nash S 1999 f Makanan Burung Cempala kuneng ini merupakan kelompok burung cacing. Burung cacing ini membentuk suatu suku besar pemakan serangga yang sebagian besar hidup dilahan berhutan. Selain memakan serangga burung Cempala Kuneng ini juga memakan biji-bijian. g Status Konservasi Data status konservasi mengenai Copsychus pyrropygus tidak tersedia di dalam literatur maupun website, baik itu menurut aturan serta perundang undangan lokal, nasional maupun internasional. Namun dengan memperhatikan kondisi serta keberadaan pada saat ini, juga kalau ditinjau dari segi sejarah, maka penetapan aturan perlindungan burung ini merupakan suatu kebijakan yang di pandang perlu untuk dilakukan. Informasi terbaru yang didapatkan dari kawan kawan jaringan kerja PeNA dalam POKJA kelompok kerja Advokasi Hutan Aceh, burung ini masih terdapat di Lokop serta kawasan pegunungan di dataran tinggi Gayo, untuk membuktikan kebenaran hal tersebut, kawan kawan dari ISAKA Langsa sedang mengupayakan pengambilan dokumentasi photo yang diharapkan dapat dijadikan pembanding dari gambarphoto yang ada guna memastikan kebenaran serta keberadaan satwa tersebut. Cempala Kuneng Copsychus pyrropygus ditetapkan sebagai SatwaBinatang yang menjadi maskot Provinsi Aceh bersamaan dengan penetapan Bungong Jeumpa Michelia champaca sebagai tumbuhan identias daerah Aceh. Penetapan ini berdasarkan surat keputusan Gubernur no 34 tahun 1990. Keputusan ini di keluarkan pada tanggal 14 Agustus 1990.

5.3.8 Merancang Kegiatan Kampanye

Dalam Kampanye Bangga ini semua lapisan masyarakat akan dijadikan kelompok sasaran target mulai dari anak sekolah usia SDsederajat sampai dengan orang tua yang merupakan tokoh adat yang ada di Gampong. Kegiatan yang disusun dalam rencana kerja berdasarkan hasil temuan dilapangan baik pada saat stakeholder workshop , FGD, maupun survei dan dirancang berdasarkan asumsi yang kuat. Beberapa kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan-kegiatan yang telah pernah dilakukan dalam kegiatan Kampanye Bangga di tempat lain seperti pembuatan dan distribusi poster, stiker, lembar dakwah, kalender, pin, lagu konservasi anak, komik, kunjungan sekolah, sandiwara panggung boneka, dan pembuatan billboard. Namun beberapa kegiatan lainnya juga dirancang sesuai dengan karakteristik masyarakat target seperti fasilitasi kesepakatan pengelolaan hutan bersama, diskusi kelompok adat, diskusi kelompok tani, kegiatan peu udeep lampoh , festival dalail khirat, sahabat alam, lomba lukis lingkungan, cerdas cermat konservasi, workshop guru, workshop lembaga adat dan lain-lain. Untuk lebih rincinya bentuk kegiatan yang sudah dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawaw ini. Tabel 13 Bentuk-bentuk pendekatan dalam Kampamye Bangga No. Kelompok Sasaran Materi Komunikasi Bentuk kegiatan 1. Anak-anak Lagu konservasi anak, Komik, Poster, Lembar fakta, Pin , Panggung boneka, kalender, tas sekolah, buku tulis, meja belajar, Kunjungan sekolah, Sandiwara panggung boneka, Lomba lukis lingkungan, lomba cerdas-cermat konservasi, sahabat alam 2. Remaja Pin, poster , lembar fakta, kalender, stiker, baju konservasi, lembar dakwah Pelatihan kader konservasi, pembentukan kelompok pemuda konservasi, diskusi, pemetaan partisipatif 3. Perempuan Dewasa Poster, Lembar fakta, Kalender, pin, Pembuatan kostum dan boneka, workshop guru, diskusi adat 4. Laki-laki Dewasa Poster, Lembar fakta, Lembar dakwah, buklet. Workshop lembaga adat, pemetaan partisipatif, diskusi kelompok tani, diskusi sumberdaya alam, pembuatan lembar dakwah, workshop guru, diskusi pembuatan lembar fakta 5. Umum Poster, Billboard, stiker, lembar dakwah, lembar fakta Distribusi materi cetak dan pemasangan billboard. Dalam pendistribusian materi atau melaksanakan kegiatan manajer kampanye tidak melakukannya sendiri, selain dibantu oleh tim dari satu lembaga juga dibantu oleh relawan lokal dalam hal ini pemuda. Untuk lebih jelasnya bentuk yang kegiatan yang dikembangkan dapat dilihat pada lampiran 5 lengkap dengan segala asumsinya.

5.3.9 Menyusun Rencana Kerja

Setelah semua tahapan dalam perencanaan sudah dilakukan maka hasil akhir yang diperoleh adalah sebuah dokumen rencana kerja yang akan menjadi panduan pada saat menjalankan kampanye. Setiap kegiatan yang dirancang memiliki landasan yang kuat untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan guna perubahan perilaku yang diinginan. Dokumen rencana kerja terdiri dari : 1. Bagian pendahuluan, menjelaskan profil kawsan target kampanye 2. Proses dan hasil pertemuan stakeholder. 3. Proses dan hasil diskusi terfokus. 4. Proses dan hasil survei pra kampanye. 5. Model konseptual. 6. Sasaran-sasaran SMART. 7. Bentuk-bentuk kegiatan yang lengkap dengan asumsi, penanggung jawab kegiatan, waktu pelaksanaan kegiatan, syarat dasar yang diperlukan. 8. Strategi monitoring. 9. Kalender kegiatan. Untuk lebih jelas rencana kerja dan rencana monitoring dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5

5.3.10 Hasil Tahapan Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan Kampanye Bangga Melestarikan Alam di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung, ada berbagai tools kegiatan yang digunakan untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Baik itu kegiatan penjangkauan masyarakat maupun penggunaan materi cetak untuk kampanye. Untuk menetapkan jenis materi dan kegiatan yang akan digunakan dan dilakuan pada saat kampanye telah dilakukan serangkaian pengumpulan informasi maupun diskusi dengan masyarakat baik itu melalui stakeholder workshop, FGD maupun survei yang masyarakat. Setelah semua itu didapatkan barulah disusun rencana kerja yang akan dilakukan. Untuk materi cetak mulai dari proses desain, penentuan maskot, gambar, slogan, bentuk, warna dan juga layoutnya disepakati bersama masyarakat dan sebelum dicetak terlebih dahulu dilakukan uji materi. Ringkasan materi yang diproduksi dapat dilihat pada lampiran 5.

a. Materi Kampanye Yang Diproduksi 1

Poster Poster merupakan media kampanye yang digunakan pada saat awal kampanye. Proses desain mulai dari gambar dan slogan yang sudah dipilih oleh masyarakat baik itu pada saat stakeholder workshop, FGD maupun survei dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. Bentuk, warna dan juga layoutnya disepakati bersama masyarakat sebelum dicetak melalui uji materi. Gambar 18 Poster Uteun Tajaga Rakyat Seujahtra Poster dengan gambar Cempala Kuneng Copsychus Pyrropygus sebagai maskot dalam Kampanye Bangga Melestarikan Alam di Kawasan Hutan Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan kunci kampanye. Pesan yang disampaikan adalah mengenai bagaimana dengan menjaga hutan akan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar kawasan, baik itu dalam menjaga keanekaragaman hayati yang ada maupun keselamatan DAS Kr. Raba dan Kr. Geupu. Poster didistribusikan di tempat-tempat umum seperti warung, balai pertemuan, sekolah dan juga rumah-rumah masyarakat. Selain dibagi-bagikan pada masyarakat poster ini juga selalu digunakan dalam setiap pertemuan dan diskusi masyarakat seperti pada para tokoh adat saat melakukan diskusi adat, penjangkauan sekolah dan pada semua kegiatan kampanye yang telah dilakukan. 2 Pin Media komunikasi lain yang juga digunakan adalah pin. Sama halnya dengan poster, pin juga dicetak pada periode awal kampanye. Gambar yang ada pada pin sama seperti yang ada pada poster yaitu Cempala Kuneng dengan memasukkan slogan kampanye yaitu Uteun Tajaga Rakyat Seujahtra. Pin ini juga disebarkan atau dibagikan pada setiap kegiatan kampanye yang dilakukan terutama pada kegiatan penjangkauan sekolah. Selain bentuknya yang kecil dan pesan yang disampaikan sangat singkat sehingga membuat semua orang mudah dalam membawa juga mengingatnya. Tidak hanya pada penjangkauan sekolah pin juga dibagi pada saat pertemuan dan penjangkauan masyarakat lainnya seperti workshop guru, pelatihan kader konservasi juga bagi anak-anak di gampong yang tidak sekolah di kawasan target. Gambar 19 Anak Sekolah Dasar memakai Pin Kampanye Bangga 3 FactsheetLembar Fakta Factsheetlembar fakta merupakan salah satu media informasi tentang kawasan baik itu keanekaragaman hayati, fungsi hutan, pawang uteun dan isu-isu konservasi lainya. Pesan yang disampaikan dalam factsheet ini adalah pesan- pesan singkat dan sederhana sehingga mudah dicerna dan dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. Selain isi tentang fungsi hutan didalam factsheet ini juga diceritakan tentang spesies flagship yang menjadi maskot, yaitu Cempala kuneng, serta himbauan untuk melakukan kegiatan perlindungan hutan yang terkait dengan keanekaragaman hayati yang ada di kawasan target. Sama seperti materi cetak lainnya factsheet lembar fakta ini sebelum dicetak atau diperbanyak terlebih dahulu diuji dulu di masyarakat perwakilan masyarakat target baik itu tulisannya apakah mereka mengerti dengan isi yang ada didalam factsheetlembar fakta tersebut, warna maupun layoutnya. Setelah mereka setuju dan paham maka barulah dicetak. Factsheet ini dibagikan kepada masyarakat target baik itu untuk masyarakat umum dan juga selalu dijadikan sebagai bahan diskusi pada setiap pertemuan sehingga pesan yang ada selalu diingat karena selalu dibicarakan. Gambar 20 Lembar fakta yang selalu digunakan dalam setiap diskusi masyarakat 4 Lembar Dakwah Sebelum membuat lembar dakwah terlebih dahulu dilakukan diskusi dengan tokoh agama dalam hal ini Tengku Mesjid dan Tengku Meunasah yang ada di kawasan target baik itu dalam mendiskusi pesan yang ingin disampaikan, topik per edisi maupun bentuk cetakannya nanti seperti apa. Semua ini dilakukan tentunya terlebih dahulu mendiskusikan pesan kunci yang ada dikampanye, setelah mereka memahami mengenai pesan kunci yang ada baru selanjutnya tanggung jawab ini diserahkan kepada para teungku tersebut dalam mengembangkannya. Isi dari lembar dakwah ini adalah informasi tentang konservasi dalam pandangan Islam dan disampaikan dalam bahasa yang sangat sederhana sehingga semua orang akan mudah memahaminya. Lembar dakwah ini didistribusikan di setiap mesjid serta meunasah yang ada di kawasan target, yang diberikan kepada pengurus mesjid dan meunasah yang bersangkutan. Gambar 21 Lembar Dakwah 5 Stiker Stiker juga merupakan barang yang dapat dikoleksi selain juga mudah untuk dibawa dan ditempatkan di mana saja. Sementara pesan yang disampaikan juga sama seperti pesan yang ada dimateri cetak lainnya sehingga orang akan mudah untuk mengingatnya. Stiker ini hanya dibagikan pada saat ada kegiatan untuk pemuda, yaitu pada kegiatan pelatihan kader pemuda konservasi dan diskusi dengan pemuda. Gambar 22 Stiker Kampanye Bangga 6 Buku Tulis Buku tulis juga merupakan barang yang dapat dikoleksi selain juga merupakan media yang mudah diingat oleh anak-anak karena bersifat fungsional, yaitu dapat digunakan sehari-hari dalam kegiatan belajar, Selain itu, bentuknya unik tidak tersedia di toko dan menarik, serta memiliki pesan konservasi di dalamnya. Buku tulis ini hanya dibagikan pada saat ada kegiatan untuk anak-anak, jadi tidak semua anak yang ada di kawasan target mendapatkannya. Gambar 23 Buku Tulis Kampanye Bangga 7 Tas Sekolah Kampanye Bangga Tas juga sama seperti materi yang lain yang digunakan untuk kegiatan sekolah. Selain bentuknya yang menarik tas ini juga tidak dapat dibeli ditoko-toko sehingga haya anak-anak tertentu saja yang bisa memilikinya dan itu juga bisa membuat mereka bangga ketika dia menceritakan bagaimana dia mendapatkan tas tersebut. Tas ini dibuat sebanyak 12 buah dan dibagikan sebagai penghargaan kepada pemenang lomba lukis lingkungan dan lomba cerdas cermat konservasi. 8 Meja Belajar Meja belajar untuk anak-anak yang dibuat sebanyak 12 buah digunakan dan didistribusikan pada kegiatan sekolah untuk mereka yang telah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Desain dan pesan yang digunakan tetap konsisten dengan materi lainnya yang sudah pernah ada. Gambar 24 Meja Belajar Kampanye Bangga 10 Infosheet Infosheet dengan judul ”Haba Mukim” dalam dua edisi berbeda yang dibuat dalam kampanye bangga ini yaitu infosheet Lembaga adat pawang uteun yang dibuat oleh para kader pemuda konservasi yang ada di kemukiman Leupung yang berisikan informasi tentang masyarakat Leupung dan peran serta fungsi lembaga adapt Pawang Uteun. Sementara itu, infosheet peu udeep lampoh yang ditulis oleh kader pemuda konservasi kemukiman Kueh dan Lhoknga berisikan keanekaragaman hayati serta prinsip-prinsip yang diterapkan dalam kegiatan k udeep lampoh. Kedua infosheet ini dicetak sebanyak masing-masing 500 eksemplar dan dibagikan kepada masyarakat yang ada di kawasan target. 11 Buklet Sumberdaya Alam Buklet ini dibuat untuk mengingatkan masyarakat di kawasan target supaya mereka mengetahui keanekaragam hayati selain pesan-pesan konservasi yang ada didalamnya dan sumberdaya alam yang mereka miliki. Selain itu di dalam buklet ini juga dituliskan bebargai macam khasiat tumbuhan obat beserta cara pemanfaatannya yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Pembuatan buklet ini juga sama seperti pembuatan materi yang lain yaitu dilakukan bersama-sama masyarakat mulai dari merancang sampai siap cetak. Jadi sebelum dicetak dilakukan uji materi dulu dan kemudian baru dicetak sebanyak 750 buah dengan ukuran yang kecil yaitu 10 x 19 cm sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana dan didistribusikan kepada masyarakat yang ada di kawasan target. Buklet ini juga digunakan sebagai bahan diskusi pada setiap pertemuan dengan tokoh adat. 12 Komik Komik yang dibuat oleh para guru ini diangkat dari skenario panggung boneka dan dibagikan dalam kegiatan kunjungan sekolah dan juga anak-anak ada umumnya di kawasan target. Komik lingkungan ini dibagikan ke sekolah-sekolah dasar yang ada di kawasan target yaitu kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Anak-anak sangat menyukai komik karena banyak gambar yang bisa dilihat, dan ide ceritanya pun mengenai pengalaman mereka sehari-sehari dengan memasukkan pesan-pesan konservasi di dalamnya, sehingga ini akan membawa kedekatan dengan pembacanya karena sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat. 13 Kostum Maskot “Cempala Kuneng” Penyampaian pesan konservasi melalui penyuluhan yang mengikutsertakan si Kuneng – nama popular bagi maskot kampanye membuat anak-anak senang dan gembira, terkesan serta tentunya akan mempermudah mereka untuk mengingatnya, hal ini dikarenakan pesan disampaikan dengan menarik sehingga menimbulkan kegembiraan. Kostum maskot ini dibuat oleh ibu-ibu di mukim Leupung. Awalnya, mereka tidak mau membuat dengan alasan mereka belum pernah membuatnya, tetapi setelah dijelaskan akhirnya mereka mau mencoba membuat. Ternyata pendekatan partisipatif yang dilakukan sangat terasa memudahkan mereka menerima apa yang dibicarakan, hingga tanpa diduga bukan satu kostum yang berhasil dibuat tetapi 2 dua kostum maskot yang berhasil mereka buat, dan ini merupakan permintaan mereka untuk menjahit satu lagi supaya lebih lancar. Pembuatan kostum maskot ini telah selesai dikerjakan pada bulan Juni 2007. contoh kostum dapat dilihat pada lampiran 6. 14 Billboard Untuk mensosialisasikan pentingnya upaya bersama dalam melakukan pelestarian sumberdaya guna menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat hutan bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan juga meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai peran serta fungsi hutan sebagai perlindungan sumberdaya air serta membangun inisiatif masyarakat untuk melakukan kegiatan pengelolaan sumber daya hutan secara berkelanjutan, maka dibuatlah billboard. Billboard yang dibuat berukuran 3 x 4 Meter dengan jumlah 2 buah serta dipasang di Kecamatan Lhoknga dan Kecamatan Leupung. Gambar dan pesan yang disampaikan sama dengan gambar dan pesan yang terdapat di poster, dan ini tidak akan membingungkan audiens konsistensi pesan dan gambar yang selalu sama. Billboard yang dipasang ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk terus menjalankan aksi konservasi bagi penyelamatan kawasannya. 15 Kalender Gambar yang digunakan dalam kalender adalah gambar anak-anak pemenang lomba lukis lingkungan yang diadakan pada bulan Agustus 2007. Dari gambar yang digunakan diharapkan akan menumbuhkan rasa bangga mereka terhadap apa yang sudah mereka hasilkan. Kalender ini dibuat untuk edisi dua tahunan`sehingga dapat memastikan pesan yang disampaikan tetap diingat di masyarakat karena mereka terus dapat melihat kalender tersebut selama dua tahun. Kalender dibagikan disekolah-sekolah terutama bagi mereka yang memiliki lukisan dan juga masyarakat umum pada setiap diskusi dan pertemuan. 16 Panggung Boneka Panggung boneka dibuat dari pipa PVC diameter 1 ½ inchi dan dibuat oleh Relawan Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh. Layartirai penutup panggung dijahit oleh ibu-ibu penjahit boneka. Gambar latar belakang dibuat oleh seniman lokal Wadi di Banda Aceh. Inti cerita dalam panggung boneka ini secara garis besarnya adalah bagaimana dampak kerusakan hutan terhadap ketersediaan air yang ada di Kr. GeupuSarah kemukiman Leupung. Cerita untuk panggung boneka ini disusun bersama oleh para guru pada saat lokakarya guru. 17 T-Shirt Gambar dan tulisan pada T-shirt dibuat sama dengan desain materi cetak lainnya yaitu gambar mascot dengan pesan kampanye didalamnya. Pembuatan t- shirt ini terbatas dan hanya dibuat sebanyak 50 buat serta dibagikan pada saat kegiatan pelatihan kader pemuda konservasi. T-shirt ini dibagikan tidak hanya untuk peserta tetapi juga untuk semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut. 18 Siaran Pers Peran media massa sangatlah penting dan salah satu sarana yang umum digunakan dalam menyebarkan pesan-pesan kampanye. Maka dalam kampanye ini juga ikut melibatkan menggunakan pers untuk mempublikasikan kegiatan yang telah dilakukan koran lokal Serambi Indonesia yang gunakan. Kegiatan Kampanye a Penjangkauan Masyarakat 1 Kunjungan Masyarakat Diskusi ini dilakukan sebanyak enam kali dimulai dari bulan Mei sd Oktober 2007. adapun yang menjadi sasaran pada diskusi ini adalah Pawang Uteun, Kelompok penghijauan, mukim, Keuchik dan tokoh masyarakat lainnya, yang dilakukan di Mukim Leupung. Yang dibicarakan dalam diskusi ini bagaimana pengelolaan hutan selama ini dilakukan , hasil hutan apa saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat, bagaimana sistem pembagian hasil, kearifan lokal apa saja yang pernah ada, siapa saja yang terlibat dalam kelompok penghijauan dan bagaimana sistem kerjanya serta lembaga adat yang ada saat ini. Hal yang menarik yang sering terjadi di awal diskusi adalah orang enggan untuk diajak bersama-sama, tetapi seringkali setelah diskusi berjalan setengah ada saja orang yang bertambah, dan juga kebanyakan diskusi yang dilakukan pesertanya tidak diberikan perdiem tatapi mereka semangat untuk mengikutinya, walaupun kita tahu selama ini pasca bencana tsunami semua di Aceh itu harus dibayar bahkan untuk membersihkan rumah sendiri sekalipun. 2 Pemetaan Partisipatif Pemetaan ini dilakukan dalam beberapa tahap kegiatan yang dimulai dengan PRA partcipatory Rural Appraisal selama satu hari yang diikuti oleh 21 peserta dengan capaian hasil adanya kesepakatan bahwa masyarakat setuju untuk melakukan pemetaan hutan ulayat seluas 3000 ha yang akan dikelola oleh lembaga adat pawang Uteun. kemudian ada pelatihan penggunaan GPS kepada masyarakat yang akan digunakan dalam dalam pengambilan data survei. Mereka juga diajarkan bagaimana cara membuat peta nantinya setelah melakukan pengambilan data. Yang terakhir peserta bersama-sama membentuk kelompok kerja untuk melakukan survei ke lapangan. Pada saat PRA ini juga dilakukan pembuatan peta dasar peta sketsa, dalam peta dasar ini digunakan tanda-tanda umum yang dikenal masyarakat untuk batas-batas kawasan, misalnya pohon beringin dan sebagainya. Meminta masukan awal dari ketua masyarakat, tokoh adat yang sangat mengenal kawasan untuk mendapatkan koreksian atau masukan dan input terhadap peta dasar. Kemudian setelah melakukan PRA mereka melakukan survei untuk pengambilan data yang diikuti oleh 12 orang selama 8 hari. Pemetaan lapangan dilakukan yaitu berangkat dari titik awal pemetaan dan kembali ke titik awal lagi. Setiap anggota tim memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda ada yang memetakan sumberdaya, mencatat titik koordinat yang telah diambil. Setelah data didapatkan tim kembali ke gampong untuk membuat peta. Data yang sudah didapat dituliskan diatas kerta milimeter block A3 dengan menggambarkan titik koordinat yang kemudian di overlaykan pada peta dasar, kemudian dilanjutkan dengan memindahkan peta hasil koreksi ini ke data digital. Setelah semuanya dihasilkan peta itu kemudian didiskusikan lagi dengan masyarakat dengan membuat pertemuan lanjutan, dan setelah mendapat persetujuan dari wakil masyarakat mengenai informasi yang telah dihasilkan baru kemudian dimunculkan dalam satu bentuk peta peta ulayat. Gambar 25 Masyarakat dengan Tim Kampanye sedang membaca peta dasar yang dijadikan landasan pada saat pembuatan peta hutan ulayat 3 Seri Diskusi Pengelolaan Sumber Daya Alam Diskusi ini bertujuan untuk menggali aturan-aturan adat yang ada pada sebuah lembaga adat khusus lembaga adat Pawang Uteun dalam pengelolaan hutan. Diskusi ini dilakukan mulai bulan Juni sd November 2007 dan yang menjadi sasaran tokoh masyarakat di Mukim Lhoknga Dalam diskusi itu kita coba melihat bagaimana keberadaan lembaga adat Pawang Uteun diwilayah tersebut. 4 Workshop Lembaga Adat Kegiatan ini dilaksanaan pada tanggal 4-5 November 2007 yang bertempat di Aula Kantor Camat kecamatan Leupung. Workshop yang melibatkan para wakil masyarakat dan tokoh adat dari tiga mukim yang menjadi target kampanye, sedangkan metode yang digunakan adalah: Sharing peserta Fasilitator, Pemaparan Materi Nara sumber, Diskusi FasilitatorNara Sumber, yang kemudian menghasilkan rencana tindak lanjut pertemuan tingkat gampong untuk menggali aturan adat lokal yang dimilki yang kemudian diplenokan lagi. Secara umum, lokakarya ini diarahkan untuk membangunmemperkuat lembaga pawang uteun di kemukiman Leupung dengan tujuan : 1. Membangkitkan kembali kearifan tradisional yang ada pada masyarakat Leupung 2. Penguatan peran masyarakat lokaladat dalam pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan di wilayah mereka 3. Meletakkan kembali peran, fungsi dan kewenangan lembaga pawang uteun dalam sistem kehidupan sosial masyarakat sesuai dengan adat dan budaya masyarakat yang sejalan dengan konteks kehidupan masa kini dan masa datang. Komentar: hati-hati dengan penggunaan kalimat “sesuai dengan adat dan budaya yang telah berlaku sejak jaman dahulu secara turun-temurun” Æ nanti bisa jadi orang terikat pada masa lalu dan mencoba memaksakan berbagai peraturan adat yang dulu ada namun secara konteks sebetulnya tidak tepat untuk diterapkan di masa sekarang maupun masa depan 4. Mengawali diskusi membangun mekanisme pengelolaan hutan ulayat yang luas dan batas nya telah ditetapkan melalui pemetaan partisipatif berbasis masyarakat. 5 Seri Diskusi Adat Diskusi adat yang merupakan tindak lanjut dari pertemuan workshop lembaga adat telah di laksanakan didua gampong di kemukiman Leupung yaitu gampong Meunasah Bak U yang dihadiri oleh14 orang dan Gampong Lamseunia dihadiri oleh23 orang pada tanggal18 dan 19 Januari 2008. Hasil yang telah dicapai pada pertemuan ini adalah aturan dan sanksi adat yang ada dimasing- masing gampong. Dari hasil pertemuan tingkat gampong ini diplenokan lagi pada pertemuan tingkat mukim sehingga disepakati satu draf peraturan dan sanksi adat Pawang Uteun di kemukiman Leupung. 6 Diskusi Kelompok Tani Diskusi kelompok tani yang dilakukan di kemukiman Kueh tepatnya gampong Nusa untuk kegiatan Peu Udeep Lampoh pada tanggal 10 Januari 2008 dihadiri oleh 38 orang yang merupakan anggota dari kelompok tani, dan mereka telah menyepakti beberapa aturan main untuk kegiatan tersebut. Aturan yang telah disepakati bersama adalah, setiap anggota kelompok harus memiliki lampoh kebun untuk ditanami dan lampohnya harus sudah ada pagar sesuai dengan hadis maja yang ada dalam poster kampanye bangga “umong meuateung lampoh meupageu artinya setiap yang dikatakan sawah pasti ada pematang dan apa yang dikatakan dengan lampoh pasti sudah ada pagar kalau tidak itu namanya lapangan bola”, dan semua anggota kelompok setuju dengan hal itu. Adapun tindak lanjut dari hasil diskusi masyarakat akan mulai melakukan penanaman dengan terlebih dahulu menggali lubang tanam di lahan mereka masing-masing dan seminggu kemudian setelah memberikan bibit dilihat kelapangan tim PeNA dan masyarakat yang telah kita pilih bersama waktu diskusi apakah itu benar dilakukan, karena kalau tidak bibit itu akan diambil kembali dan diberikan kepada mereka yang mau. Gambar 26 Diskusi Kelompok Tani Mukim Kueh b Program Sekolah 1 Workshop Guru Workshop guru dilaksanakan pada tanggal 21 sd 22 Juni 2007 dengan melibatkan perwakilan para guru tingkat Sekolah DasarSederajat yang terdapat di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Kegiatan ini dihadiri oleh 16 orang peserta yang berasal dari 8 sekolah yang terdapat di lokasi kegiatan Kampanye Bangga Melestarikan Alam. Guna tercapainya tujuan yang diinginkan, workshop ini dibantu oleh seorang fasilitator, Sdr Azanuddin Kurnia MP Azen dan juga menghadirkan 4 orang pemateri atau narasumber, yaitu sdr Ilham Sinambela, S.hut WWF Aceh, Efendi Isma S.hut STIK Banda Aceh dan Bapak Sukri Dinas Pendidikan Aceh Besar. Workshop guru ini telah menghasilkan beberapa hal yang berkaitan dengan rencana kunjungan sekolah yaitu : a. Jadwal Kunjungan Sekolah b. Lagu Konservasi c. Skenario Panggung Boneka d. Draft kegiatan SAHABAT ALAM Gambar 27 Para peserta workshop guru sedang membuat draft kunjungan sekolah 2 Kunjungan Sekolah Kunjungan sekolah dilakukan pada sekolah-sekolah Dasar di kemukiman Kueh, Lhonga dan Leupung sepanjang bulan Juli-September 2007. Anak-anak sangat senang ketika pada kunjungan sekolah tiba-tiba ada si Kuneng maskot yang muncul dan bermain-main bersama mereka. Pesan yang disampaikan akan dengan mudah dapat diingat karena pada saat kita bercerita kepada mereka tentang arti pentingnya hutan bagi kehidupan mereka akan cepat mengerti karena pesan yang disampaikan sangat sederhana ditambah lagi pada saat pertujukan maskot mereka juga diajak bernyanyi bersama-sama lagu konservasi untuk sekolah yang dibuat oleh para guru-guru pada saat Workshop guru. Ada 1000 lebih siswa yang sudah disasar dengan total guru berjumlah lebih dari 100 orang pada pertunjukan maskot ini. Maskot yang diberi nama si Kuneng memang sangat akrab dengan anak-anak. Manual yang digunakan pada saat kunjungan sekolah dapat dilihat pada lampiran 14. Gambar 28 Seorang Pelajar Sedang Membaca Cara Menjaga Hutan Bersama Si Kuneng 3 Pertunjukan Panggung Boneka Pertunjukan panggung boneka dilakukan di 12 sekolah yang ada di lokasi target. Persiapan yang dilakukan meliputi penyusunan naskah panggung boneka, pembuatan boneka tangan, dan pembuatan perlengkapan set panggung boneka panggung, layar penutup panggung dan gambar latar belakang panggung boneka. Draft naskah panggung boneka dibuat oleh guru-guru peserta workshop guru bulan Juni 2007. Naskah ini kemudian direvisi dan disempurnakan oleh tim PeNA dan RARE. Terdapat 7 karakter dalam cerita panggung boneka Kampanye Bangga Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Semua boneka tangan ini dibuat oleh ibu-ibu penjahit dari gampong amseunia, Kemukiman Leupung. Pertunjukan panggung boneka di serahkan kepada sekolah dan digilir sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama, jadi panggung baneka ini sepanuhnya dikelola oleh sekolah guru sebagai koordinator dan anak-anak sebagai pemainnya. Skenario panggung boneta dapat dilihat pada lampiran 11. 4 Cerdas Cermat Cerdas cermat konservasi yang dilaksanakan di SD 1 Lhoknga diikuti oleh 27 siswa dari 9 sekolah yang hadir dengan masing-masing utusan tiga siswa setiap sekolah dari 13 total yang diundang pada tanggal 9 Januari 2008. Dewan juri dari cerdas cermat ini adalah para wakil guru yang ada di sekolah kawasan target. Cukup mengembirakan hasil yang didapat dari cerdas cermat ini dimana peserta yang ikut sudah mulai paham tentang arti penting perlindungan hutan untuk kehidupan, ini terlihat dari pertanyaan dilontarkan. Pertanyaan yang diberikan pada cerdas cermat konservasi ini adalah khusus diambil dari pelajaran IPA dan RPAL yang ada di kurikulum sekolah Dasar dan juga materi yang diberikan saat kunjungan sekolah kunjungan Maskot. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada saat cerdas cermat juga merupakan hasil godokan bersama dengan para guru dan juga komite sekolah. 5 Sahabat Alam Kegiatan Sahabat Alam ini bertujuan memberi contoh dan menyediakan sarana praktek langsung kepada anak didik dari setiap sekolah untuk melakukan upaya serta tindakan nyata dalam rangka pelestarian sumberdaya alam. Gambar 29 Kegiatan Sahabat Alam, guru dan murid sedang melakukan penanaman pohon Walaupun program Sahabat Alam yang telah dilakukan belumlah mencapai hasil yang memuaskan tapi paling tidak kegiatan tersebut telah dilakukan pada lima sekolah yang ada di kawasan target dengan jumlah bibit yang telah ditanam sebanyak 50 batang dengan jenis sawo, pinang, trembesi dan asam jawa. Namun demikian tanggapan positif dari para guru untuk kegiatan ini sangat mengembirakan. Sahabat alam ini sepenuhnya diserahkan kepada anak didik yang dipilih oleh sekolahnya baik pada saat penanaman maupun perawatan. Dari kegiatan sahabat alam ini anak diberi tanggung jawab untuk menjaga tanamannya dan pada bulan keenam penanaman akan dinilai dan akan diberi penghargaan atas usaha dan kepeduliannya terhadap usaha pelestarian sumberdaya alam. 6 Lomba Lukis Lomba Lukis lingkungan telah dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2007 yang diikuti oleh 47 peserta dan 23 orang guru pendamping dari 13 sekolah yang ada di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Lomba lukis ini juga sukses karena dukungan dari pihak sekolah baik itu dewan guru maupun komite sekolah. Pada kegiatan lomba lukis ini anak-anak peserta Lomba diberikan materi kampanye berupa materi cetak. Dari materi yang diberikan diharapkan anak-anak akan kembali mengingat kepada pesan-pesan konservasi yang terdapat pada materi cetak tersebut. Sebelum kegiatan lomba dilaksanakan acara dimulai dengan pembukaan oleh protokol, kemudian penyuluhan tentang keanekaragaman hayati yang disampaikan oleh manajer kampanye, kemudian penyampaian kriteria dan tata tertib lomba oleh ketua tim juri, dan dianjurkan dengan kata sambutan dari Ketua Gugus sekaligus membuka dengan resmi acara lomba lukis lingkungan dengan tema Uteun Tajaga Rakyat Seujahtra. Kegiatan Lomba Lukis ini mendapat apresiasi yang sangat tinggi dari para siswa, kehadiran Pak Sukri Narasumber pada workshop Guru yang lalu saat pelaksanaan kegiatan lomba Lukis juga merupakan hal yang sangat membuat kami terharu. Beliau datang, walaupun kami tidak mengundang nya karena pertimbangan ketersediaan waktu serta kesibukan beliau. Namun sacara kebetulan beliau sedang melakukan supervisi ke sekolah dan mengetahui ada kegiatan yang dilakukan pleh PeNA bersama para Guru dan Komite sekolah. Pak Sukri datang langsung ke lokasi perlombaan. Pak John Pontius ESP Aceh juga meluangkan waktu hingga berakhirnya seluruh rangkaian kegiatan lomba lukis. Sesi permainan, kuiz dan lagu konservasi juga mendapat perhatian para siswa, guru dan hadirin lainnya, terutama saat menyanyikan lagu konservasi, semua menikmati alunan lagu Uteun Ta Jaga Rkayat Seujahtra. Semangat bersama mulai muncul dari peserta yang hadir. Gambar 30 Penyerahan hadiah kepada pemenang lomba lukis lingkungan c Program Pemuda Pelatihan Kader Pemuda Konservasi Pelatihan ini telah dilaksanakan pada tanggal 13-17 Desember 2007 di Banda Aceh yang di ikuti oleh 16 peserta dari 22 peserta yang diundang di 22 gampong yang ada di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Pelatihan ini juga mendapatkan dukungan dari FFI- Aceh Program. Pelatihan ini dibagi dalam dua sesi yaitu empat hari materi ruangan dan satu hari praktek lapangan. Adapun materi yang diberikan pada pembekalan diruangan adalah sebagai berikut : a. Kelengkapan Dasar terdiri dari : 1. Visi dan Misi DEPHUT bidang PHKA oleh M.Umar Said S.Hut BKSDA NAD 2. Peraturan dan perundang-undangan Kehutanan oleh Win Rima Putra S.Hut DISHUT NAD b. Kelompok Inti terdiri dari 1. Ekologi dan Konservasi Hutan oleh Ir.Cut Maila Hanum MP STI- Kehutanan 2. Perlindungan dan Pengamanan Hutan oleh Amri Samadi S.Hut DISHUT NAD 3. Investigasi Gangguan Kawasan Hutan oleh Afrizal Akmal Farum Hutan Aceh 4. Pemetaan dan Rehabilitasi Lahan Kritis oleh Eddy Suryanta S.Hut BPDAS NAD 5. Penyuluhan Konservasi Sumberdaya Alam oleh M.Umar Said S.Hut BKSDA NAD 6. Pengenalan dan investigasi Satwa oleh Abdullah FFI c. Penunjang terdiri dari : 1. Pengenalan GPS oleh Tan Suprianto ESP-Aceh 2. Kondisi Hutan NAD Paska Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami oleh Abdullah FFI Hasil yang telah didapat dari pelatihan kader pemuda konservasi yang sudah dilakukan adalah adanya kader di masing-masing gampong yang siap dan bersedia membantu kegiatan kampanye bangga di lokasi target. Untuk peserta dari kemukiman Kueh dan Lhoknga, mereka sepakat untuk adanya kegiatan tindak lanjut setelah pelatihan yaitu peu udep lampoh dan pembuatan kelompok pemuda konservasi tingkat kecamatan. Sementara itu untuk kemukiman Leupung mereka ingin membuat kebun konservasi pencontohan dengan menanami berbagai macam jenis tanaman yang bernilai ekonomi dan juga ekologi dan “Saya punya tanah di gampong Pulot kurang lebih 2,5 ha dan kita bisa menggunakan tanah tersebut, sementara untuk aturan kita bisa sepakati bersama ” itulah penuturan semangat pak Saleh peserta dari gampong Meunasah Bak U. Gambar 31 Foto bersama, peserta dan pemateri pada kegiatan pelatihan kader pemuda konservasi

5.4 Hasil Analisis Efektivitas dan Implikasi Pendekatan Kampanye Bangga