5.3.4 Survei Pra Kampanye
Sebelum dimulainya pelaksanaan survei, Manajer Kampanye bersama dengan staf PeNA mencoba menyusun kerangka perencanaan survei, termasuk
didalamnya penyusunan pertanyaan, penentuan jumlah responden baik itu untuk kelompok target maupun masyarakat kelompok kontrol. Hasil perencanaan awal
ini dikonsultasikan kepada pihak Rare Indonesia untuk mendapatkan masukan serta saran guna perbaikan kerangka perencanaan survei yang telah kami susun.
Setelah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden survei ini selesai disusun dan mendapat persetujuan dari pihak Rare Indonesia. Selanjutnya
dilakukan simulasi survei bersama anggota tim survei. Survei Pra Kampanye Bangga Melestarikan Alam dilaksanakan mulai pada tanggal 26 Nov sd 2 Des
2006.
Dalam pelaksanaan, berdasarkan penghitungan statistik, dengan jumlah populasi sebesar 23.147 jiwa maka jumlah sampel responden untuk tingkat
kepercayaan LOC 95 dan interval CI + 5 poin adalah sebanyak 378 responden. Namun untuk mengantisipasi jumlah kuisioner yang tidak valid sah
untuk dianalisa nantinya maka jumlah sampel yang diambil adalah 442 responden. Responden kelompok target ini berasal dan menetap di kemukiman Kueh,
Lhoknga serta Leupung. Kemukiman Kueh terdiri dari desa Naga Umbang, Lambaro Kueh, Kueh, Lam Ateuk, Aneuk Paya, Lamgaboh, Tanjong, Seubun
Keutapang, Seubun Ayon, Lambaro Seubun, serta Nusa, dan Kemukiman Lhoknga terdiri dari desa Mon Ikeun, Weuraya, Lam Kruet dan Lampaya.
Kemukiman Leupung terdiri dari desa Layeun, Pulot, Lamseunia, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak U serta Deah Mamplam.
Sementara itu, 100 orang yang berasal dan menetap di Kemukiman, Blang Me, Glee Bruek, Lhoong Kecamatan Lhoong Aceh Besar menjadi responden yang
mewakili kelompok kontrol bagi survei program Kampanye Bangga Melestarikan Alam.
Secara keseluruhan, responden yang diwawancarai dalam survei ini berjumlah 547 orang total jumlah responden kelompok target dan kelompok
kontrol. Sebanyak 5 orang responden tidak bersedia untuk menyelesaikan proses wawancara yang dilakukan oleh enumerator. Tetapi target responden tetap
terpenuhi, yaitu sebanyak 542 orang responden. Dalam pelaksanaan survei, ternyata banyak hal yang terjadi di luar rencana. Misalnya yang dialami oleh
enumerator yang bertugas di desa Lamgaboh Kemukiman Kueh, Enumerator tidak di izinkan untuk melakukan wawancara oleh pihak Mantan GAMKPA. Namun
setelah enumerator di dampingi supervisor menjelaskan kepada “oknum” tersebut bahwa kita telah melakukan koordinasi dengan pejabat pemerintah setempat, baik
itu di tingkat desa maupun kecamatan, enumerator kembali dapat menjalankan tugasnya sebagaimana yang direncanakan.
Larangan untuk melakukan survei juga dialami oleh enumerator yang melakukan survei di desa Mon Ikeun, dengan alasan mereka bosan dengan pihak
NGO yang datang hanya untuk mengambil data saja tanpa menyalurkan bantuan. Tetapi setelah diberikan penjelasan bahwa survei ini bukan untuk mendata
kebutuhan bagi penyaluran bantuan, tetapi lebih pada upaya bersama yang perlu untuk kita lakukan ke depan guna perbaikan serta pemanfaatan sumberdaya alam
yang kita miliki, lagi-lagi mereka kembali bersedia untuk diwawancarai. Hambatan atau larangan bagi enumerator untuk melakukan wawancara
tidak hanya terjadi di wilayah desa target. Di desa Lamsuejen yang merupakan wilayah kelompok kontrol, enumerator juga mengalami hal yang sama. Upaya
diplomasi kembali dilakukan, negosiator rekan Fadlan dari lembaga Green Camp menjalankan fungsinya. Wawancara kembali dapat dilaksanakan sesuai
dengan target responden yang diinginkan. Dari berbagai kejadian diatas, kita dapat mengambil suatu pembelajaran,
bahwa apa yang telah direncanakan tidak selamanya berjalan sesuai rencana, dan koordinasi antar berbagai pihak sangat diperlukan. Pertanyaan yang digunakan
pada saat survei dapat dilihat pada lampiran 10.
Gambar 16 Proses Pelatihan Enumerator Survei kiri dan Pelaksanaan Interview kanan
5.3.5 Pertemuan Stakeholder Kedua