Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap

1. Pengenalan GPS oleh Tan Suprianto ESP-Aceh 2. Kondisi Hutan NAD Paska Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami oleh Abdullah FFI Hasil yang telah didapat dari pelatihan kader pemuda konservasi yang sudah dilakukan adalah adanya kader di masing-masing gampong yang siap dan bersedia membantu kegiatan kampanye bangga di lokasi target. Untuk peserta dari kemukiman Kueh dan Lhoknga, mereka sepakat untuk adanya kegiatan tindak lanjut setelah pelatihan yaitu peu udep lampoh dan pembuatan kelompok pemuda konservasi tingkat kecamatan. Sementara itu untuk kemukiman Leupung mereka ingin membuat kebun konservasi pencontohan dengan menanami berbagai macam jenis tanaman yang bernilai ekonomi dan juga ekologi dan “Saya punya tanah di gampong Pulot kurang lebih 2,5 ha dan kita bisa menggunakan tanah tersebut, sementara untuk aturan kita bisa sepakati bersama ” itulah penuturan semangat pak Saleh peserta dari gampong Meunasah Bak U. Gambar 31 Foto bersama, peserta dan pemateri pada kegiatan pelatihan kader pemuda konservasi

5.4 Hasil Analisis Efektivitas dan Implikasi Pendekatan Kampanye Bangga

Sejauh mana kegiatan kampanye konservasi memberikan pengaruh kepada peningkatan pengetahuan dan berdampak pada kepedulian dan dukungan aksi dari masyarakat di kawasan hutan kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung maka dapat dilihat pada analisa yang dilakukan mengenai perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat tersebut.

5.4.1 Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap

Mengukur perubahan pengetahuan masyarakat mengenai peran hutan sebagai perlindungan sumberdaya air, nilai 22 ini diambil dari kuesioner no 33 yaitu arti dari konservasi hutan. Pada akhir kampanye dengan berbagai kegiatan yang dilakukan kepada masyarakat telah meningkatkan pemahaman masyarakat di kawasan target. Perbandingan hasil survei sebelum dan setelah Kampanye Pride dijalankan menunjukkan pencapaian program ini terhadap perubahan sikap masyarakat mengenai hutan dan air. Gambar 32 Responden kelompok target yang merasa tahu arti kata “Konservasi” Gambar 33 Responden kelompok kontrol yang merasa tahu arti kata “Konservasi” Sebelum kampanye dilaksanakan, masyarakat di kelompok target yang merasa tahu konservasi sebesar 11,8 , namun di akhir periode kampanye dilakukan angka ini meningkat menjadi 35,5 yaitu menjadi 47, 3 . Sementara ini, pada kelompok kontrol, peningkatan responden yang merasa tahu arti konservasi meningkat dari 9,20 naik menjadi 31,0 jadi terdapat peningkatan sebesar 22. Dengan membandingkan peningkatan pengetahuan dari kelompok target dan kelompok kontrol, dapat dihitung kontribusi dari kampanye Pride yaitu sebesar kurang lebih 39 terhadap perubahan pengetahuan masyarakat target yang mengetahui arti konservasi. Berbagai kegiatan penjangkauan dilakukan terhadap di berbagai kelompok masyarakat baik anak- anak, remaja, maupun dewasa dengan menggunakan media komunikasi seperti lembar fakta, lembar dakwah, poster, komik, dan lagu konservasi. Kegiatan pendampingan dan diskusi yang dilaksanakan menyebabkan masyarakat target 10 31 90 69 20 40 60 80 100 Persentase Responden Kelompok Kontrol yang merasa tahu arti kata Konservasi N=100 Sebelum Kampanye 2006 Setelah Kampanye 2008 Sebelum Kampanye 2006 10 90 Setelah Kampanye 2008 31 69 TAHU TIDAK TAHU 11.8 47.3 88.2 52.7 20 40 60 80 100 Persentase Jumlah Responden Target yang Merasa Tahu Arti Kata Konservasi N=442 Sebelum Kampanye 2006 Setelah Kampanye 2008 Sebelum Kampanye 2006 11.8 88.2 Setelah Kampanye 2008 47.3 52.7 TAHU TIDAK TAHU sering mendengarmembaca kata “konservasi”. Peningkatan pengetahuan yang terjadi pada masyarakat kontrol diduga karena ada intervensi dari lembaga- lembaga lainnya di daerah desa kontrol, terutama terhadap kelompok pemanfaat hasil hutan . Gambar 34 Pemahaman Masyarakat mengenai arti konservasi Kelompok Target Gambar 35 Pemahaman Masyarakat mengenai arti konservasi Kelompok Kontrol Selanjutnya, dari pengetahuan kelompok target terhadap makna dari kata konservasi, maka terdapat temuan lain pada masyarakat target tersebut. Temuan ini adalah responden yang memahami konservasi tidak dibedakan oleh pekerjaan dan kemukiman sebagai: a. “pemahaman pemanfaatan hasil hutan secara adil dan bijaksana” dari 26,30 meningkat menjadi 35,6 terjadi peningkatan 11 dan di kelompok kontrol 25,0 meningkat menjadi 35,30 sama dengan 10,3 . b. “perlindungan hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air”, pada masyarakat target dari 22,8 sebelum kampanye dan menjadi 39,4 jadi meningkat sebesar 17 , sementara untuk kelompok kontrol terjadi penurunan dari 50,0 sebelum kampanye menjadi 23,5 setelah kampanye. c. “pengelolaan hutan dengan memperhatikan kelestarian hasil dan manfaat” tidak ada perubahan hasil sebelum kampanye dan setelah kampanye pada 26,3 35,6 22,8 39,4 54,4 54,3 20 40 60 Persentase Arti Konservasi Menurut Masyarakat Kelompok Target N=442 Sebelum Kampanye 2006 Setelah Kampanye 2008 Sebelum Kampanye 2006 26,3 22,8 54,4 Setelah Kampanye 2008 35,6 39,4 54,3 Pemanfaatan hasil hutan secara adil dan bijaksana Perlindungan hutan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air Pengelolaan hutan dengan memperhatikan kelestarian hasil dan manfaat 25,00 35,30 50,00 23,50 50,00 35,30 0,00 20,00 40,00 60,00 Persentase Arti Konservasi Menurut Masyarakat Kelompok Kontrol N=100 Sebelum Kampanye 2006 Setelah Kampanye 2008 Sebelum Kampanye 2006 25,00 50,00 50,00 Setelah Kampanye 2008 35,30 23,50 35,30 Pemanfaatan hasil hutan Perlindungan hutan yang Pengelolaan hutan dengan kelompok target yaitu 54 dan pada kelompok kontrol dari 50,0 sebelum kampanye menurun menjadi 35,3 . Pada piramida dibawah juga dapat kita lihat peningkatan pengetahuan masyarakat, biarpun peningkatanya hanya 2 yaitu dari 80,2 yang paham bahwa akibat dari kegiatan penebangan berpengaru pada ketersediaan air sebelum dilakukan kampanye naik menjadi 82 setelah dilakukan kampanye. Walaupun berbagai kegiatan telah dilakukan tetapi pendampingan yang dilakukan tidak dapat menyasar keseluruhan populasi yang ada di kelompok target dan juga pendistribusian materi cetak yang terlambat sehingga tidak dapat didiskusikan pada setiap pertemuan. Gambar 36 kegiatan penebangan berdampak pada ketersediaan air pada kelompok target dan kelompok kontrol Jika ditinjau dari pemahaman responden terhadap makna kata ‘konservasi’ terlihat bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada responden target sebelum dan setelah kampanye, walaupun terjadi peningkatan jumlah masyakarat yang merasa tahu arti konservasi 39,. Tidak tercapainya Sasaran 4 ini secara optimal dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a. tidak semua masyarakat di kelompok target dapat disasar semuanya b. adanya informasi yang terputus pada saat pendampingan, c. juga pelibatan yang tidak kontinyu pada masyarakat dampingan. Hal yang paling mendasar dari tidak tercapainya sasaran ini secara optimal adalah adanya keputusan dari manajer kampanye untuk tidak menetap di kawasan kerja karena jarak dari lembaga ke lokasi kerja dapat mudah ditempuh dikombinasikan dengan karakteristik masyarakat yang sejak pasca-tsunami mulai jenuh dengan berbagai kegiatan dari berbagai LSM, atau pun adanya harapan bahwa kegiatan dari LSM akan menyediakan dana tunai. Jika manajer kampanye 21,2320,40 59,0061,30 0,00 50,00 100,00 persentase Kegitan Penebangan Berdampak Pada Ketersediaan air Kelompok Target N=442 Sebelum Kampanye 2006 Sesudah Kampanye 2008 Sebelum Kampanye 2006 21,23 59,00 Sesudah Kampanye 2008 20,40 61,30 Sangat Berpengaruh 11,50 8,00 62,10 61,00 0,00 50,00 100,00 Persentase Kegiatan Penebangan Berdampak Pada Ketersediaan air Kelompok Kontrol N=100 Sebelum Kampanye 2006 Sesudah Kampanye 2008 Sebelum Kampanye 2006 11,50 62,10 Sesudah Kampanye 2008 8,00 61,00 Sangat Berpengar memutuskan untuk menetap di kawasan kerja maka idealnya dapat tumbuh rasa percaya dari masyarakat di kawasan sehingga lebih kondusif untuk membangun kebersamaan bersama masyarakat target kerja. Selain itu juga setelah dilakukan kampanye terjadi perubahan sikap dari masyarakat. Mereka sudah semakin tahu bahwa memang kembali kepada kearifan lokal yang mereka miliki akan sangat membantu mereka dalam melindungi kawasan guna mendapatkan hasil dalam jangka waktu yang lebih lama. Rasa memiliki juga akan membuat keinginan untuk melindungi akan menjadi lebih besar. Keinginan masyarakat untuk kembali kesistem adat, terlibat langsung dalam pengelolaan hutan, dan penegakkan hukum dalam melindungi kawsan dapat kita lihat pada tabel 14 di bawah ini. Tabel 14 Persentase perubahan masyarakat masyarakat pra dan pasca Kampanye Persentase No Item Pra Kampanye Pasca Kampanye 1 Penyebab kerusakan hutan karena kegiatan Penebangan 64,0 68,1 2 Pelibatan masyarakat langsung akan lebih baik dalam sebuah pengelolaan hutan 40,0 50,2 3 Menghidupkan kembali aturan adat “Mudah” 34,2 43,9 4 Jika hukum adat diterapkan kembali untuk melakukan penelolaan hutan “Setuju” 79,0 80,8 5 Penegakan hukum 48,2 58,1 Hasil survei pasca kampanye memang telah menunjukkan bahwa ada perubahan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kebersamaan untuk melinduni kawasan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan Kampanye Bangga yang dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun efektif mempengaruhi aspek afektif masyarakat. Sikap adalah sesuatu yang dipelajari bukan bawaan, oleh karena itu sikap lebih mudah untuk dipengaruhi dan diubah Sarwono 2002. Beberapa kegiatan dalam Kampanye Bangga dirancang untuk mempengaruhi aspek afektif masyarakat sasaran seperti diskusi adat, diskusi sumberdaya hutan dan manfaat hutan bagi kehidupan, kunjungan sekolah ternyata dapat mempengaruhi rasa yang akhirnya mampu mempengaruhi sikap, karena semua kegiatan dilakukan secara partisipatif.

5.4.2 Perubahan Perilaku