Perumusan Masalah Peran Kampanye Bangga (Pride Campaign) Dalam Penguatan Lembaga Adat Pawang Uteun Untuk Pengelolaan Hutan Berkelanjutan di Aceh Besar

melalui penguatan lembaga adat di Kemukiman Kueh, Lhoknga, dan Leupung. Metodologi Kampanye Pride Kampanye Bangga Melestarikan Alam—untuk selanjutnya akan disebut Kampanye Bangga dengan pendekatan sosial marketing merupakan cara yang dipilih untuk meningkatkan peran dan partisipasi aktif masyarakat di dalam pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan serta berkeadilan. Kampanye Bangga ini ditargetkan bagi setidaknya 23,000 jiwa di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung. Kampanye Bangga ditujukan untuk mendorong perubahan perilaku melalui perbaikan pengetahuan dan sikap masyarakat sasaran PeNA 2006. Kelebihan metode Kampanye Bangga adalah bentuk pendidikan konservasi yang menggunakan teknik pemasaran sosial, memiliki beragam bentuk pendekatan yang bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat serta dapat direplikasikan. Teknik pemasaran sosial yang dikembangkan oleh Rare ini telah direplikasikan dan sukses mengurangi permasalahan konservasi di lebih 40 negara Rare 2006. Metode pendidikan konservasi ini disebut dengan Kampanye Bangga karena kampanye ini akan menginspirasikan orang untuk memiliki kebanggaan terhadap sumber daya alam yang mereka miliki dan mendorong mereka untuk menghargai dan melindungi sumber daya alam yang dimiliki tersebut, termasuk sistem kelembagaan sosial seperti Pawang Uteun yang berperan penting dalam pengelolaan dan pelestarian sumberdaya hutan.

1.2 Perumusan Masalah

Beberapa kegiatan yang berlangsung di dalam dan sekitar kawasan hutan Kueh, Lhoknga dan Leupung cenderung mengancam kelestarian ekosistem hutan yang terdapat di wilayah utara barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini. Kegiatan berupa penebangan liar, pembukaan lahan, galian C, kebakaran hutan, dan gangguan binatang merupakan ancaman yang langsung mempengaruhi kelestarian hutan di Kueh, Lhoknga dan Leupung ini. Berdasarkan tiga kriteria dampak ancaman Area, intensitas dan urgensi dapat diidentifikasi 3 ancaman terbesar bagi ekosistem ini: peringkat pertama adalah penebangan liar, kedua kebakaran hutan, dan ketiga yaitu alih fungsi lahan PeNA 2006. Maraknya kegiatan penebangan liar didorong oleh tuntutan kebutuhan ekonomi, kurangnya sosialisasi tentang pemanfaatan sumberdaya hutan secara berkelanjutan dari instansi terkait dan juga karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut. Rendahnya pendapatan masyarakat terutama belum pulihnya perekonomian pasca tsunami serta masih terpakunya masyarakat pada pemenuhan kebutuhan hidup dasar memberikan kontribusi terhadap meningkatnya aktifitas yang mengancam kelestarian ekosistem hutan dalam bentuk-bentuk kegiatan sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Rendahnya penerapan serta penegakan hukum dan juga tidak berfungsinya lembaga adat, maka kegiatan-kegiatan ilegalpun dilakukan dengan sangat terbuka seperti penebangan, pembukaan lahan, pembakaran lahan dan hutan. Hasil survei yang dilakukan Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh pada tahun 2006 menemukan bahwa adanya keinginan yang besar dari masyarakat untuk kembali mengaktifkan lembaga adat lokal yang mereka miliki dengan menerapkan kearifan lokal yang sudah pernah ada guna melindungi kawasannya. Menurut Primark 2005, jika ditinjau dari ilmu ekologi populasi maka punahnya suatu jenis tumbuhan atau hewan akan menggangu sistem rantai makanan dan menganggu keseimbangan ekologi secara global. Untuk mendorong perubahan perilaku di masyarakat maka perlu juga dilakukan upaya peningkatan pengetahuan dan memperbaiki sikap positif masyarakat tentang pola pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik Sarwono 2002. Untuk menyikapi berbagai masalah yang terjadi itu maka akan dijawab dengan mendorong perubahan perilaku masyarakat di sekitar kawasan hutan dengan menggunakan metode pendidikan konservasi dengan sistem social marketing yang disebut Kampanye Bangga. Metode ini telah direplikasikan di banyak tempat di seluruh dunia dan terbukti telah mampu mendorong perubahan perilaku masyarakat di sekitar kawasan konservasi. Oleh karena itu pertanyaan penelitian yang harus dijawab adalah: Apakah Kampanye Bangga dengan teknik social marketing juga efektif mendorong perubahan perilaku masyarakat di Kemukiman Keuh, Lhoknga dan Leupung, Kabupaten Aceh Besar. 1. Mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat tentang fungsi hutan. 2. Mengetahui bagaimana sikap masyarakat tentang peran fungsi lembaga adat sebelum dan sesudah kampanye 3. Bagaimana sikap masyarakat tentang pola pengelolaan hutan bersama. 4. Bagaiman sikap masyarakat terhadap pengaktifan kembali lembaga adat lokal. 5. Bagaimana bentuk perubahan perilaku yang dihasilkan dari Kampanye Bangga dalam hal ini aksi dan keterlibatan masayrakat.

1.3 Kerangka Pemikiran