III. KEADAAN UMUM LOKASI
3.1 Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung Kabupaten Aceh Besar
Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung berada dalam Satuan Wilayah Sungai SWS Kr. Aceh. Jika dilihat secara administratif pemerintahan, Satuan
Wilayah Sungai SWS Kr. Aceh berada di dalam wilayah kota Banda Aceh Kabupaten Aceh Besar. Sementara secara geografis daerah ini terletak pada posisi
N 05º 23 dan E 095 º 17. Satuan Wilayah Sungai SWS Kr. Aceh pada bagian utaranya berbatasan
langsung dengan Selat Malaka, bagian selatan dengan SWS Kr. Teunom- Lambeuso Aceh Jaya, bagian baratnya berbatasan dengan Samudera Hindia dan
bagian timurnya berbatasan dengan SWS Kr. Meureudu – Baro Pidie.
Gambar 3 Peta DAS dan Wilayah Target Kampanye Bangga
Kemuki man
Lhoknga
Dalam wilayah kemukiman Kueh dan Lhoknga terdapat sebuah sungai yaitu Kr. Raba yang memiliki panjang 9.80 Km dengan luas daerah pengaliran sungai
daerah aliran sungai yang mencapai 73,3 Km2 serta memiliki potensi air sebesar 98.392.320 M3tahun. Sementara itu, di kemukiman Leupung terdapat Sungai
Krueng Geupu dengan panjang aliran sungai 53 Km, dengan luas DAS 91 Km2 dan potensi air pertahun sebesar 121.728.960 M3. Kedua sungai tersebut termasuk
ke dalam SWS Kr. Aceh. SWS Kr. Aceh memiliki 57 buah sungai dengan luas Daerah Pengaliran
SungaiDaerah Aliran Sungai DPSDAS yang mencapai 3.632.73 Km2 dan panjang sungai 759.19 Km serta memiliki potensi air sebesar 3,357,953,280
M3tahun. Dinas pekerjaan umum 2006.
3.2 Deskripsi Kawasan Target
Perkembangan pembangunan di bidang pemukiman, pertanian, perkebunan, industri, ekploitasi sumber daya alam berupa penambangan, dan ekploitasi hutan
yang tidak menerapkan kaidah ekologi dapat menyebabkan penurunan kondisi hidrologis suatu daerah aliran sungai DAS. Pada saat DAS tidak dapat berfungsi
optimal atau mengalami ketidakseimbangan maka tata air dan sistem hidrologis yang ada menjadi terganggu. Hal ini dicerminkan dengan misalnya terjadinya
banjir, berkurangnya debit air terutama di musim kering dan tingkat sedimentasi yang tinggi. PeNA 2006
Penurunan fungsi hidrologis tersebut menyebabkan penurunan kemampuan DAS untuk menyimpan atau “storage” air pada musim penghujan dan kemudian
melepas air sebagai “base flow” pada musim kemarau. Pada musim penghujan air akan langsung mengalir menjadi aliran permukaan yang kadang-kadang
menyebabkan banjir dan sebaliknya pada musim kemarau aliran “base flow” sangat kecil bahkan pada beberapa sungai tidak ada aliran sehingga ribuan hektar
sawah dan tambak ikan tidak mendapat suplai air tawar. BPS 2004 Kerusakan DAS Kr. Aceh merupakan akibat kerusakan lingkungan
khususnya hutan menyusul maraknya kegiatan eksploitasi kawasan hutan yang tidak terkendali, baik oleh perusahaan pemegang hak pengusahaan hutan HPH
dan ijin pemanfaatan hasil hutan kayu IPHHK maupun tebangan liar. Konversi hutan untuk perkebunan, transmigrasi dan pertambangan turut berkontribusi
dalam memperparah kerusakan lingkungan. Padahal DAS Kr. Aceh memegang peranan penting dalam penyediaan air bersih bagi kebutuhan hidup masyarakat
Aceh Besar dan kota Banda Aceh, termasuk masyarakat yang menetap di kawasan pesisir Kecamatan Leupung dan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar.
Kerusakan lingkungan yang telah berlangsung lebih dari tiga puluh tahun ini, selain dipicu oleh penebangan liar dan eksploitasi hasil hutan, juga merupakan
dampak pembakaran hutan serta kerusakan ekosistem yang terjadi akibat bencana tsunami. Pasca tsunami, kerusakan sumberdaya alam khususnya hutan di Aceh
mengalami peningkatan. Kegiatan penebangan liar semakin marak terjadi, hal ini dilatarbelakangi oleh semakin meningkatnya permintaan kayu untuk kebutuhan
pembangunan kembali wilayah Aceh yang mengalami kerusakan akibat hantaman gelombang tsunami.
3.3 Karakteristik Fisik Kawasan