sapi yang dimangsa serta jejak yang ditinggalkan oleh harimau di sekitar perkampungan.
3.5 Deskripsi Masyarakat 3.5.1 Demografi danPopulasi
Kemukiman Kueh didiami oleh 7.203 jiwa, serta kemukiman Lhoknga memiliki jumlah penduduk sebanyak 7.865 jiwa. Sementara itu, penduduk di
kemukiman Leupung sekitar 8.079 jiwa penduduk. Penduduk Leupung berasal dari “gampong pande” yang terletak di kawasan
pedalaman di bagian hulu sungai krueng Geupu. Oleh karena sering mengalami gangguan binatang buas, penduduk desa pande kemudian hijrah secara bertahap
ke kawasan hilir Kr. Geupu yang berdekatan dengan kawasan pantai. Mereka membentuk perkampungan baru yang diberi nama Lamseunia. Dari desa
Lamseunia inilah penduduk kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai tempat lain di wilayah kemukiman Leupung dan pada saat ini telah terbentuk 6
desa dalam wilayah kemukiman ini. Setelah bencana tsunami melanda wilayah ini sebagian masyarakat yang tinggal di dekat pantai kembali pindah ke kawasan
yang berdekatan dengan hutan. Hal ini dilakukan terutama oleh masyarakat yang berasal dari desa Meunasah Ba U dan Lamseunia. Perpindahan tempat tinggal ini
dikarenakan areal pemukiman lama telah mengalami abrasi pantai dan penurunan permukaan tanah akibat gempa bumi dan bencana tsunami.
Penduduk yang berada di Kemukiman Kueh dan Lhoknga adalah penduduk asli daerah tersebut. Walaupun demikian, ada juga masyarakat yang merupakan
pendatang dari daerah lain seperti dari Lhoong, Pantai Selatan dan Sigli. Para penduduk pendatang ini telah menetap dan berbaur dengan penduduk asli sejak
puluhan tahun yang lalu.
3.5.2 Ekonomi
Sebelum terjadi bencana tsunami, masyarakat bekerja sebagai pedagang, buruh bangunan, petani, dan nelayan serta sebahagian kecil berprofesi sebagai
pegawai negeri. Pasca bencana tsunami, sebagian besar dari mereka kehilangan mata pencaharian. Mereka melakukan apa saja untuk menopang kehidupan
mereka, seperti misalnya mengumpulkan besi tua untuk dijual kembali. Hanya para pedagang, tukang buruh bangunan serta nelayan yang sudah mulai
melakukan aktifitas usaha dan pekerjaan yang mereka tekuni. Sementara yang berprofesi sebagai petani belum bisa berusaha untuk menanam padi di areal
persawahan mereka karena hampir semua lahan tertimbun oleh pasir pantai dan sampah tsunami. Kegiatan bertani yang berlangsung saat ini adalah pengadaan
berbagai jenis komoditi pertanian non-padi seperti cabe, jagung, jahe, semangka.
3.5.3 Budaya
Mayoritas penduduk di ketiga kemukiman yang menjadi wilayah kampanye Bangga berasal dari suku Aceh. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat
mengunakan bahasa Aceh dalam berkomunikasi. Agama yang dianut oleh masyarakat adalah mayoritas Islam.
Kehidupan sosial budaya di kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung masih dapat kita lihat dengan jelas. Antara satu individu dengan individu lainnya
saling membutuhkan, saling menolong dan membantu. Kerja sama masyarakat dapat kita lihat bila di gampong ada yang meninggal. Pada suasana duka ini,
semua masyarakat berkunjung ke rumah yang mendapat musibah untuk saling membantu. Para perempuan membantu dengan persiapan dan pekerjaan di rumah
sedangkan bagi para laki-laki ada yang di rumah ada juga yang menggali kuburan. Begitu juga pada saat kenduri udeep mereka selalu bekerja bersama sama.
Pasca tsunami, sifat individualistis mulai bermunculan pada sebahagian kecil masyarakat terutama dalam upaya mencari serta mendapatkan bantuan
pemulihan. Namun demikian, untuk kegiatan adat mereka masih mau untuk melakukan secara bersama-sama. Budaya-budaya adat yang ada di kemukiman
Kueh, Lhoknga dan Leupung yang menunjukkan bahwa mereka saling bekerja sama atau bergotong royang seperti:
1 Budaya Meurusa Budaya Meurusa ini dimiliki hampir semua masyarakat yang ada di
kawasan pinggiran hutan Aceh Besar. Budaya Meurusa adalah sebuah budaya yang dimiliki masyarakat dalam mencari atau berburu rusa. Dalam meurusa
mereka mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi mulai dari waktu berburu, berapa orang yang diperbolehkan ikut, dimana perburuan akan dilakukan sampai
kepada berapa ekor rusa yang boleh diambil dalam setiap perburuan. Pada saat berburu dilakukan biasanya diketuai oleh seorang pawang ketua.
2 Keunduri Blang Kenduri Blang adalah sebuah kenduri atau pesta rakyat yang dilakukan
pada saat baru akan mulai turun ke sawah sampai panen selesai. Kenduri blang ini biasaya di pimpin oleh seorang ketua yang disebut dengan nama Keujrun Blang
atau Ketua Sawah. Rangkai kenduri blang ini dimulai penentuan waktu tanam bibit sampai selesai panen yaitu pembukaan kembali pagar yang membatasi antara
sawah dan kebun yang menjadi pintu keluar dan masuknya ternak keareal persawahan pembukaan pagee rentang.
3 Kenduri Laot Kenduri laot sama juga halnya dengan kenduri blang, kenduri ini dilakukan
untuk mensyukuri rahmat yang telah diberikan Allah S.W.T dan juga pada kenduri tersebut dibicarkan hal-hal yang berkaitan dengan lembaga adat Panglima
Laot itu sendiri. Kenduri ini dipimpin oleh Panglima Laot beserta staf yang ada di lembaga tersebut. Pada acara kenduri laot ini untuk makan-makannya mereka
memotong atau menyembelih kerbau. Selanjutnya, kepala kerbau yang sudah disembelih ini akan dibuang ke laut sebagai supaya mendapatkan rezeki yang
lebih banyak nantinya ketika mereka kembali lagi melaut. 4 Kenduri Seunebouk
Kenduri Seunebok adalah kenduri yang dilakukan di kebun, biasanya dilakukan pada saat panen raya dan juga sewaktu akan melakukan penanaman
perdana, misalnya pada saat mau tanam cabe. 5 Kenduri Matee
Kenduri matee adalah kenduri yang dilakukan pada saat ada kematian. 6 Kenduri Udeep Perkawinan
Kenduri udeep adalah kebalikan dari kenduri matee yaitu kenduri yang dilakukan terhadap orang yang masih hidup, misalnya pesta perkawinan, sunnatan
rasul dan lain-lain. 7 Kenduri Mauled
Kenduri yang diadakan pada bulan maulid dihitung berdasarkan bulan Arab. Kenduri mauled ini ada yang dilakukan di rumah masing-masing kemudian
hidanannya dibawa ke meunasah atau mesjid dan ada juga yang diadakan secara
besar-besaran. Kenduri, ini biasanya dilakukan di mesjid serta mengundang penceramah agama.
8 Gotong Royong Uro Jum’at Gotong royong uro jum’at gotong royong hari Jum’at. Kegiatan ini
dilakukan hampir di semua gampong di Aceh Besar jika hari Jum’at karena biasanya pada hari tersebut masyarakat tidak ke hutan, ke sawah maupun ke laut
dan pada hari Jum’at itulah mereka berkumpul.
3.5.4 Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam