commit to user 22
Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran itu
disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada. Jika siswa hanya mencoba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan struktur kognitifnya maka terjadilah belajar
dengan hafalan. Sebaliknya jika siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi baru itu dengan struktur kognitifnya maka yang terjadi adalah belajar bermakna.
Pada penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing melalui eksperimen dan demonstrasi dimana siswa mengalami sendiri dalam memperoleh
konsep sehingga siswa mempunyai kemampuan yang tinggi karena konsep yang didapat sendiri akan bertahan lebih lama dan lebih bermakna. Salah satu contoh
pembelajaran listrik dinamis yang sesuai dengan teori belajar Ausubel adalah ketika siswa menemukan konsep konduktor dan isolator melalui pengamatan
eksperimen atau demonstrasi, konsep ini akan bertahan lama karena siswa mengalami sendiri.
c. Inkuiri Terbimbing
Menurut Sudjana dan Ibrahim 2000 pembelajaran adalah proses mengkoordinasikan sejumlah komponen berupa tujuan, bahan ajar, metode dan
alat, serta penilaian agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal
mungkin menuju perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
commit to user 23
Menurut Hamalik 2001 pembelajaran adalah sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Corey dalam Sagala 2007 pembelajaran adalah proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sehingga, pembelajaran adalah proses terlibatnya manusia, lingkungan, prosedur,
sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan belajar mengajar. Menurut Amien 1979 pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang
lebih menekankan peran aktif siswa baik fisik maupun mental dalam proses pembelajaran dengan menekankan pengalaman belajar yang mendorong siswa
untuk dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental yang dilakukan misalnya merumuskan problema, merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap ilmiah.
Menurut Margono 1998 pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dimana siswa sendiri bebas memilih atau mengatur obyek belajarnya, mulai dari
penentuan masalah, proses pengumpulan data, analisis sampai eksperimentasi. Sedangkan menurut Arifin 1995 pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses
dimana terdapat interaksi yang tinggi antara siswa, pengajar, alat atau bahan, materi pelajaran dan lingkungannya.
commit to user 24
Berdasarkan pendapat Amien 1979 dan Margono 1998 tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan inkuiri yaitu pembelajaran
yang lebih menekankan peran aktif siswa dalam memperoleh suatu konsep sedangkan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan
fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan. Proses pembelajaran dengan inkuiri memberikan kesempatan luas kepada siswa yang
merupakan prasyarat bagi siswa untuk berlatih mandiri. Menurut Khalick 2004 inkuiri dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi inquiry-
as-means inquiry in science dan sisi inquiry-as-ends inquiry about science pembelajaran.
Dalam pengertian
inquiry-as-means adalah
pendekatan instruksional yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan
pemahaman terhadap sains. Inquiry-as-ends adalah hasil yang diharapkan bahwa siswa belajar untuk menemukan inquiry dalam konteks sains dan
mengembangkan pemahaman
epistemologis atas
sains, pengembangan
pengetahuan sains, dan kemampuanketrampilan menemukan inquiry skill yaitu: mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah penelitian, merancang dan
melakukan penelitianpenyelidikan, dan merumuskan, mengkomunikasikan dan mempertahankan hipotesis, model dan penjelasan hasil penelitian Khalick 2004.
Terdapat dua hal utama dalam proses penemuan ilmiah scientific inquiry process yaitu pengalaman dan pengamatan Bourdeau 2000. Proses inkuiri harus
melalui pengalaman yang dirasakan secara langsung mengenai gejala atau fenomena alam yang dihadapi. Pengalaman langsung dilakukan dengan
melakukan pengamatan atau observasi terhadap objek fenomena. Berdasarkan
commit to user 25
pengalaman dan pengamatan tersebut diperoleh proses penemuan ilmiah oleh siswa pebelajar.
Beberapa ahli membedakan antara discovery dengan inquiry sebagai bagian dari penyelidikan sebaliknya ahli-ahli lain menulis tentang penemuan heurisitic
modes yang meliputi discovery dan inquiry penemuan. Sund 1975 berpendapat bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu
konsep atau sesuatu prinsip, proses mental tersebut: logam apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan organisme, dan
sebagainya. Inquiry menurut Sund 1975 meliputi juga discovery. Dengan perkataan lain, inquiry adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Artinya, proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya: merumuskan problema, merangsang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Penemuan penyelidikan, sering dipertukarkan
pemakaiannya dengan discovery penemuan dan pemecahan masalah problem solving. Skema Science Inquiry ini diilustrasikan pada gambar 1 berikut ini.
commit to user 26
1. Menentukan apa yang diamati dan dipelajari oleh siswa dan
mengidentifikasi senjangan pengetahuan atau ketidaktahuan ilmu.
3. Apa yang ingin dipelajari dan diketahui oleh siswa? Pertanyaan
apa yang dimiliki oleh siswa terkait pelajaran yang ingin diketahui tersebut?
4. Kelompok siswa membuat
pertanyaan dan menyusun hipotesis yang dapat
dieksplorasi melalui penyelidikan ilmiah.
11. Kelompok siswa menyusun ulang
pertanyaan dan hipotesis yang dapat
dieksplorasi melalui penyelidikan ilmiah.
6. Kelompok siswa merancang penyelidikan ilmiah sederhana.
7. Kelompok siswa memilih peralatan perlengkapan untuk
memperoleh data ilmiah yang disusun dalam lembar kerja data ilmiah.
8. Kelompok siswa melakukan pengambilan data penyelidikan dan
melengkapi lembar kerja data ilmiah.
9. Kelompok siswa melaporkan analisis mengenai hasil temuan
penyelidikan ilmiah dan tanggapan mereka untuk menjawab pertanyaan penyelidikan, berdasarkan hasil investigasi.
10. Melalui diskusi kelompok, berusaha untuk menerapkan temuan mereka dalam pengalaman keseharian atau kehidupna nyata.
11. Apakah seluruh kelompok siswa merasa puas terhadap temuan mereka dapat menjawab peratanyaan dan hipotesis awal?
10a. Jika ya merasa puas, maka dapat berlanjut ke proses
penemuan selanjutnya, berganti topik.
10b
. Jika tidak merasa puas .
DO
REFLEC T
APPLY Aktivitas Proses
Pembimbingan oleh
GuruInstruktur
Aktivitas siswa yang diberikan
oleh guru
Sumber: National Research Council 1996
Gambar 2.1. Science Inquiry In Action
commit to user 27
Berdasarkan Gambar 2.1 di atas dapat diterangkan model aksi penemuan ilmiah menurut National Research Council Amerika 1996. Proses penemuan
diawali dengan: 1 penentuan apa yang diketahui dan yang telah diamati oleh siswa, ideetifikasi senjangan pengatahuan siswa; 2 Apa yang ingin diketahui
oleh siswa, pertanyaan apa yang dimiliki oleh siswa; 3 Siswa atau tim mengungkap pertanyaan atau rumusan hipotesis yang dapat dieksplorasi melalui
penyelidikan ilmiah; 4 Siswa atau tim merancang penyelidikan ilmiah sederhana; 5 Siswa atau tim memilih peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
investigasi ilmiah; 6 Siswa atau tim mengumpulkan data ke dalam kertas kerja ilmiah; 7 Siswa melaporkan hasil investigasi dan temuan mereka yang sudah
dianalisis sebelumnya, dilakukan forum diskusi untuk pembahasan hasil dikaitkan pertanyaan awal investigasi; 8 Melalui forum diskusi kelompok dieksplorasi
pengembangan penerapan contoh dalam keseharian; 9 Apakah tercapai kepuasan ilmiah pada diri siswa?; 10a jika terdapat kepuasan ilmiah maka proses inkuiri
dilanjutkan ke inkuiri selanjutnya; 10b jika masih belum tercapai kepuasan ilmiah maka proses kembali ke langkah 4 tetapi dengan sebelumnya melakukan
perbaikanrevisi pertanyaan investigasi yang diajukan. Mengacu pada model yang dirumuskan National Science Education
Standard America NSES 2006, terdapat 5 elemen esensial belajar dan mengajar, yaitu: 1 Siswa terikat dengan pertanyaan yang berorientasi ilmiah, bredasar atas
pertanyaan apa dan mengapa; 2 Siswa memberikan prioritas terhadap bukti ilmiah untuk mengembangkan dan mengevaluasi secara ilmiah; 3 Siswa
merumuskan penjelasan ilmiah dari bukti ilmiah untuk menjawab pertanyaan
commit to user 28
ilmiah; 4 Siswa mengevaluasi penjelasan ilmiah yang diajukan dihadapkan dengan penjelasan alternatif yang ada terutama yang mencerminkan pemahaman
ilmiah; 5 Siswa mengkomunikasikan penjelasan atas fenomena yang mereka usulkan hasil dari investigasi ilmiah.
Tabel 2.1 Langkah Penemuan di Dalam Kelas dan Ragam Langkah Penemuan Ragam Langkah Esensial Penemuan
Siswa berpegang pada pertanyaan
ilmiah Siswa
mengemukakan masalahpertanyaan
ilmiah Siswa memilih
beberapa pertanyan yand
sudah disediakan,
mengemukakan pertanyaan
baru. Siswa
mempertajam atau
memperjelas pertanyaan yang
disediakan oleh guru, materi ajar,
atau sumber lain Siswa
berpegang pada pertanyaan
yang disediakan oleh guru,
materi ajar, atau sumber lain.
Siswa lebih mengacu pada
bukti ilmiah dalam menjawab
pertanyaan ilmiah.
Siswa menentukan bukti apa yang yang
relevan dan mengumpulkan
bukti ilmiah tersebut.
Siswa diarahkan untuk
mengumpulkan data tertentu.
Siswa diberikan sejumlah data
dan diminta untuk
menganalisisnya. Siswa diberikan
sejumlah data dan diberitahu
bagaimana menganalisis
Siswa merumuskan
penjelasan ilmiah dari bukit
ilmiiah yang diperolehnya.
Siswa merumuskan penjelasan ilmiah
setelah merangkum bukti-bukti ilmiah
yang terkait. Siswa
dibimbing dalam proses
merumuskan penjelasan
ilmiah dari bukti ilmiah
yang diperoleh. Siswa diberikan
langkah yang mungkin dalam
menggunakan bukti ilmiah
untuk merumuskan
penjelasan ilmiah.
Siswa disediakan
dengan bukti dan penjelasan
ilmiah.
Siswa mengkaitkan
penjelasan ilmiah yag sudah
dirumuskan tadi dengan
pengetahuan ilmiah yang
sudah ada. Siswa secara
mandiri menguji sumber lain dan
mnyusun hubungan berbagai penjelasan
ilmiah terkait. Siswa diarahkan
ke ruang dan sumber
pengetahuan ilmiah.
Siswa diberikan kaitan sumber
atau pengetahuan ilmiah yang
mungkin terkait.
Siswa mengkomunikasi
kan dan menjustifikasi
penjelasan ilmiah.
Siswa menyusun argumentasi yang
logis dan nalar untuk
mengkomunikasikan penjelasan ilmiah
Siswa dibimbing dan
dilatih untuk pengembanngan
dalam komunikasi
hasil Siswa disediakan
sejumlah petunjuk yang
digunakan untuk mempertajam
komunikasi Siswa diberikan
langkah dan prosedur untuk
komunikasi hasil
penyelidikan ilmiah.
MORE Arah Kemandirian Siswa
LESS LESS
Arah Peranan Guru MORE
Sumber: National Research Council 2002
commit to user 29
Menurut Arifin 1995 ciri pembelajaran dengan inkuiri sebagai berikut: 1 Cara berpikir berkembang dari pengamatan pada masalah tertentu kepada
genaralisasi; 2 Tujuan pengajaran adalah mempelajari proses obyek tertentu masalah tertentu sampai generalisasi tentang obyek tersebut; 3 Guru sebagai
pengontrol-data, materi, obyek dan sebagai pemimpin dalam kelas; 4 Siswa memberikan reaksi terhadap data, materi, obyek untuk menemukan pola hubungan
berdasarkan pengamatannya dan berdasarkan pengamatan lain dalam kelas; 5 Kelas dianggap sebagai laboratorium; 6 Generalisasi, biasanya tercipta dari
siswa; 7 Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi. Margono 1998 memilah beberapa hal yang menjadi ciri dari pendekatan
inkuiri, yaitu: 1 Siswa menemukan masalah sendiri atau mempunyai keinginan yang kuat untuk memecahkan suatu masalah; 2 Masalah dirumuskan
seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk dipecahkan; 3 Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari data; 4 Siswa
menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 5 Siswa
melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk pengumpulan data; 6 Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan.
Berdasarkan pendapat dari Arifin 1995 dan Margono 1998 di atas dapat dirangkum bahwa pembelajaran inkuiri mempunyai ciri: 1 Guru menyajikan
bahan pelajaran tidak dalam bentuk jadi, tetapi siswalah yang diberi peluang untuk mengadakan penelaah penyelidikan dan menemukan sendiri jawabannya
melalui teknik pemecahan masalah; 2 Siswa menemukan masalah sendiri atau
commit to user 30
mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah; 3 Masalah dirumuskan seoperasional mungkin, sehingga terlihat kemungkinannya untuk
dipecahkan; 4 Siswa merumuskan hipotesis, untuk menuntun dalam mencari data; 5 Siswa menyusun cara-cara pengunpulan data dengan melakukan
eksperimen, mengadakan pengamatan, membaca, dan memanfaatkan sumber lain; 6 Siswa melakukan penelitian secara individual atau kelompok untuk
pengumpulan data; 7 Siswa mengolah data dan mengambil kesimpulan. Kelebihan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar 1989 adalah:
1 Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat, atau mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain; 2 Hasil
belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik
kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru; 3 Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas; 4
Dapat melatih keterampilan kognitif siwa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. 5 Dapat membangkitkan keingintahuan
siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. Kelemahan pembelajaran inkuiri menurut Bruner dalam Dahar 1989
adalah: 1 Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar; 2 Jika diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar, kemungkinan besar
tidak berhasil; 3 Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional, biasanya agak sulit terdorong, dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan
pembelajar sendiri; 4 Lebih mengutamakan pengertian, sikap dan keterampilan,
commit to user 31
memberi kesan terlalu idealis; 5 Ada kesan dana terlalu banyak, terlebih jika penemuannya kurang berhasil, hanya merupakan suatu pemborosan.
Menurut Margono 1998 bahwa dilihat dari besar kecilnya informasi dari guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, inkuiri dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu: inkuiri bebas free inquiry, inkuiri terbimbing guided inquiry, dan inkuiri bebas termodifikasi free-modified inquiry. Inkuiri bebas merupakan
suatu kegiatan belajar yang memberikan kebebasan siswa untuk menentukan masalah sendiri, mencari konsep, merancang eksperimen sampai mencari
kesimpulan. Inkuiri terbimbing merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana dalam pemilihan masalahnya ditentukan oleh guru, tetapi dalam
penemuan konsep oleh murid dengan cara memberikan pertanyaan yang mengarah pada penemuan konsep. Inkuiri bebas termodifikasi merupakan suatu
kegiatan inkuiri bebas, tetapi dalam penentuan masalahnya diberikan oleh guru. Pada pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus didorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan.
Langkah tersebut disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
commit to user 32
Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No
Langkah Pokok
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Perumusan
masalah o
Menjelaskan prosedur Inkuiri. o
Menyajikan situasi problematika. dengan pertanyaan, mengajukan
persoalan. o
Mendengarkan dan mengikuti prosedur.
o Megidentifikasi masalah
untuk merumuskan hipotesa. 2.
Merumuskan hipotesa
o Membimbing siswa untuk
merumuskan hipotesa. o
Merumuskan hipotesa 3.
Pengumpulan data
eksperimen o
Memberi alat dan bahan. o
Memberi LKS sebagai petunjuk eksperimen.
o Meminta siswa untuk melakukan
eksperimen. o
Membimbing kegiatan siswa. o
Mengamati proses pengambilan data.
o Mengambil dan
memeriksa. o
Membaca. o
Melakukan kegiatan sesuai prosedur LKS
4. Mengolah data
o Membimbing dalam mengolah
data. o
Mengadakan diskusi dengan Siswa.
o Mengolah data.
o Berdikusi
5. Membuat
kesimpulan o
Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan
o Membuat kesimpulan
Sumber: Joyce dan Weil, 2000
Berdasarkan tabel 2.2 diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat lima tahap langkah pembelajaran inkuiri, yaitu: perumusan masalah, merumuskan hipotesis,
pengumpulan data eksperimen, mengolah data, dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini digunakan pembelajaran inkuiri terbimbing guided inquiry.
Menurut Joyce dan Weil 2000 langkah kegiatan inkuiri terbimbing adalah: a Guru menyajikan situasi polemik dan menjelaskan prosedur inkuiri kepada para
siswa; b Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka lihat dan dialami; c Pengumpulan data eksperimen, para siswa diperkenalkan
dengan elemen baru ke dalam situasi yang berbeda; d Memformulasikan penjelasan; e Menganalisis proses inkuiri.
commit to user 33
Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge 1973, yaitu: 1 Meningkatkan potensi intelektual siswa; 2
Memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan; 3 Memperpanjang proses ingatan; 4 Memahami konsep-konsep sains dan ide-idenya dengan baik; 5
Pengajaran terpusat pada siswa; 6 Menghindarkan siswa belajar dengan hafalan. Kelemahan
inkuiri menurut
Suryobroto 2002:201
adalah: 1
Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini; 2 Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu
hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu; 3 Harapan yang ditumpahkan
pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai
pembelajaran inkuiri.
2. Metode Demonstrasi