Tindak Pidana Pelayaran Tindak Pidana Penerbangan dan Tindak Pidana Terhadap Sarana Serta

Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 160 Dalam bab mengenai kejahatan jabatan ini maka perbuatan-perbuatan terlarang yang dilakukan oleh pejabat tersebut digolongkan atas perbuatan-perbuatan yang merugikan kepentingan umum, keuangan Negara dan kepentingan individu. Tindak pidana yang merugikan keuangan Negara ialah tindak pidana korupsi, menerima suap, menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya memalsukan bukudaftar untuk kepentingan pemeriksaan administrasi. Pegawai negeri yang dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu kejahatan korupsi ini. Pengaturan tindak pidana korupsi dikembalikan lagi ke dalam RUU KUHP, demikian juga tindak pidana korupsi yang inti dengan rumusan tindak pidana korupsi yang telah disesuaikan dengan perkembangan pengaturan tindak pidana korupsi dan perkembangan internasional tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dan praktek penegakan hukumnya. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan perkembangan hukum pidana menuju kepada standarisasi perumusan norma hukum pidana dan pengancaman sanksi pidana serta menghindari sifat eksepsionalitas atau kesementaraan hukum pidana. Tindak pidana lainnya pelanggaran larangan bagi pegawai-pegawai Kantor PosTelegrap yang membuka rahasia atau berita yang dipercayakan kepadanya, adalah melanggar hak asasi surat-menyurat. Demikian juga perbuatan pegawai negeripejabat yang menghancurkan atau merusak surat-suratberita melalui telegram atau telepon, yang dipercayakan kepadanya. Tindakan-tindakan tersebut adalah pelanggaran terhadap hak- hak atas rahasia surat menyurat. Tidak kalah pentingnya, ialah tindak pidana yang dilakukan oleh pegawaipejabat Lembaga Pemasyarakatan atau tempat-tempat tahanan, ialah tindak pidana tidak melaporkan atau membiarkan lari seorang tahanan atau Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang tidak mau memperlihatkan daftar tahanan, daftar narapidana, atau kepala rumah pendidikan negara yang menolak untuk memperlihatkan daftar orang yang dimasukkan disitu atas permintaan yang sah, kesemuanya merupakan kejahatan- kejahatan yang melanggar kepentingan umum, terutama dalam penegakan hukum. Dalam rangka tindak pidana jabatan ini perlu dipertimbangkan dirmasukkannya tindak pidana oleh pegawai negeri yang bertugas sebagai penyidik dengan sengaja dan melawan hukum melakukan upaya paksa secara tidak sah, yaitu melakukan penangkapan, penahanan, penyitaan, penggeledahan, dan pemeriksaan surat-surat, perbuatan- perbuatan itu merupakan pelanggaran terhadap hak asasi seseorang dan seperti telah diberi dasar hukumnya dalam Pasal 9 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dengan penjabarannya di dalam KUHAP secara terperinci maka perlu dikuatkan dengan norma hukum pidana dan ancaman sanksi pidana dala KUHP.

20. Tindak Pidana Pelayaran

Mengingat bahwa negara Indonesia sebagai negara kepulauan, sarana perhubungan lewat sungai dan laut perlu memperoleh perlindungan hukum pidana guna mencegah dari gangguan keamanan atau tindak pidana. Oleh sebab itu, tindak pidana di Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 161 bidang pelayaran dirumuskan secara lebih lengkap yang diambil dari konvensi-konvensi antar negara tentang pengamanan laut bebas, seperti Convention on the High Seas tahun 1958 dimana Indonesia menjadi Negara peserta. Di samping diatur dalam bab tersendiri, pada bagian lain juga diatur mengenai tindak pidana terkait dengan pelayaran, yakni B ab tentang “Kejahatan yang membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang”, terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai keselamatan pelayaran, yakni pasal 196 KUHP Pasal 211 Rancangan KUHP ialah tindakan-tindakan menghancurkan, merusak, mengambil atau memindakan tanda untuk keselamatan pelayaran, atau menggagalkan pekerjaannya atau memasang tanda secara salah. Selain itu, ialah pasal 198 KUHP pasal 212 Rancangan KUHP yang memidanakan tindakan melawan hukum yang berupa menenggelamkan, mendamparkan, menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai atau merusak kendaraan air. Persoalannya, apakah dikumpulkan menjadi dalam satu bab tersendiri atau tersebar dalam pasal-pasal dalam bab-bab lain perlu dilakukan pertimbangan yang matang dalam memilih model pengaturannya yang paling tepat dan cocok dalam hukum pidana Indonesia.

21. Tindak Pidana Penerbangan dan Tindak Pidana Terhadap Sarana Serta

Prasarana Penerbangan Perumusan tindak pidana penerbangan dan tindak pidana terhadap sarana serta prasarana penerbangan pada prinsipnya tetap mempertahankan rumusan yang ada dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1976 tentang Perubahan dan Penambahan Beberapa Pasal Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bertalian Dengan Perluasan Berlakunya Ketentuan Perundang-Undangan Pidana, Kejahatan Penerbangan, Dan Kejahatan Terhadap SaranaPrasarana Penerbangan. Persoalan perumusan hukum pidana yang muncul kemudian, ketika tindak pidana di bidang penerbangan dan saranaprasarana penerbangan tersebut juga menjadi rumusan tindak pidana teorisme sebagaimana diatur dalam Perpu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 dimuat dalam Pasal 8, yaitu kapan dan dalam hal apa suatu tindak pidana penerbangan masuk sebagai tindak pidana penerbangan dan kapan dan dalam hal apa sebagai tindak pidana terorisme? Kesulitan ini akan terjadi dalam praktek penegakan hukum, karena rumusan daam Pasal 8 huruf a sd huruf r adalah penggandaan dari Pasal 479a sd 479r KUHP. Oleh sebab itu, pemabahasan mengenai duplikasi norma hukum pidana tersebut dapat diberi penjelasan yang tegas, agar tidak terjadi perbedaan interpretasi dalam praktek penegakan hukum yang menyebabkan terjadinya perampasan hak seseorang yang menjadi tersangkaterdakwaterpidana karena alasan kekliruan dalam penerapan hukum.

22. Tindak Pidana Pemudahan, Penerbitan, Dan Pencetakan