Naskah Akademis KUHP BPHN 2010
|
151
mengekpresikan nilai-nilai atau kualitas nilai. Persoalannya akan menjadi semakin komplek bilamana dikaitkan dengan keharusan agar hukum pidana yang akan dibangun
nantinya tidak hanya bersifat defensif saja, tetapi harus pula bersifat antisipatif legislative forward planning Iyer, VR, Krishna, Social Mission of Law, Bombay: Orient
Longman,1976, hal.83.
8. Tindak Pidana Yang Membahayakan Keamanan Umum Bagi Orang, Kesehatan,
Barang, Dan Lingkungan Hidup
Tindak pidana yang mengatur tentang kerusakan lingkungan ini sudah diatur di dalam UU N0. 23 Tahun 1997. Di dalam definisi disebutkan bahwa
“kerusakan atau kehancuran lingkungan hidup‟ adalah tercemarnya atau rusaknya kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan ksejahteraan manusia serta mahluk
lainnya.
” Termasuk juga merusak atau menghancurkan adalah dengan sengaja melepaskan
atau membuang dengan sengaja zat, energi, danatau komponen lain yang berbahaya atau beracun ke dalam tanah, udara, atau air permukaan yang membahayakan terhadap
orang atau barang.
Pengaturan perbuatan pencemaran lingkungan hidup ini dalam KUHP adalah untuk mengatur perbuatan pencemaran lingkungan hidup yang dalam hal ini dimaksudkan
sebagai perbuatan melawan hukum yang memasukkan bahan ke atas atau ke dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan yang diketahuinya atau patut
diduganya akan memebahayaakan kesehatan umum atau nyawa orang lain.
Bedanya pengaturan di sini dengan yang diadakan dalam peraturan perundang- undangan lainnya tentang lingkungan hidup adalah bahwa di sini harus dibuktikan adanya
kemungkinan bahaya untuk kesehatan umum atau nyawa manusia. Berkaitan dengan perlunya diatur Tindak Pidana Terorisme ke dalam KUHP,
mengingat tindak pidana ini sudah diterima sebagai salah satu tindak pidana internasional dan karena itupun sudah ada konvensi internasional yang mencela dan mengancam
dengan pidana terhadap perbuatan tersebut. Indonesia sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa patut menghormati konvensi ini dan karena itu menjadikan perbuatan
terorisme sebagai suatu tindak pidana.
Dalam kegiatan yang disebut dengan terorisme ini yang dilarang adalah perbuatan kekerasan terhadap target-target sipil dengan maksud menimbulkan suasana teror,
ketakutan yang besar atau intimidasi pada masyarakat dan dengan tujuan akhir melakukan perubahan dalam sistem politik yang berlaku. Dalam hal genocide, maka perbuatan yang
dilarang adalah perbuatan kekerasan ataupun bukan, dengan maksud untuk memusnahkan suatu kelompok minoritas yang dapat diidentifikasi berdasarkan suatu
rumpun bangsa, kelompok bangsa, suku bangsa, warna kulit, agama, jenis kelamin, umur atau cacat mental dan fisik.
Naskah Akademis KUHP BPHN 2010
|
152
Kedua jenis tindak pidana tersebut teroris dan genocide dianggap sebagai kejahatan internasional oleh Konvensi Internasional yang mengatur hal tersebut. Meskipun
negara Indonesia belum menjadi peserta dalam konvensi-konvensi tersebut, namun dengan mengingat bahwa perbuatan-perbuatan tersebut jelas-jelas bertentangan dengan
falsafah negara Indonesia.
9. Tindak Pidana Terhadap Hak Asasi Manusia