Tindak Pidana Menelantarkan Orang

Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 154 c. Melakukan perbuatan cabul dengan jenis kelamin yang sama antara sesama orang dewasa. perlu dicek lagi Yang perlu dipersoalkan adalah, apakah abortus akan dimasukkan dalam pengaturan tindak pidana terhadap kesusilaan, ataukah tindak pidana terhadap nyawa, masih perlu dipermasalahkan. menurut KUHP Pasal 345, 347 dan 348 merupakan kejahatan terhadap nyawa, sedangkan menurut Pasal 299 merupakan kejahatan terhadap kesusilaan. Oleh karena rancangan perbuatan-perbuatan tersebut dimasukkan dalam bab yang mengatur tindak pidana terhadap kesusilaan.

11. Tindak Pidana Menelantarkan Orang

Tindak pidana menelantarkan orang ini dimasukkan dalam bab tersendiri dalam RUU KUHP, yang diartikan terdiri atas menyebabkan atau membiarkan orang dalam keadaan terlantar, sedangkan menurut hukum yang berlaku baginya ia wajib memberi nafkah, merawat atau memelihara orang yang dalam keadaan terlantar itu. “Menurut hukum yang berlaku baginya” menunjuk kepada hukum tertulis maupun tidak tertulis. Disamping itu juga dimasukkan dalam bab ini sebagai tindak pidana: menyebabkan atau membiarkan orang dalam keadaan terlantar, sedangkan menurut perjanjian yang diadakannya ia wajib memberi nafkah, merawat atau memelihara orang yang dalam keadaan terlantar itu. Pasal 525 dan pasal 526 rancangan menyebutkan sebagai tindak pidana yang dikualifisir oleh akibatnya, dan karena itu ancamannya diperberat. Lebih jauh pasal 527 rancangan berisikan alasan yang memberatkan tindak pidana jika tindak pidana itu dilakukan oleh ibu atau bapak yang ditelantarkan, atau anak yang dibuang supaya ditemukan oleh orang lain, atau jika salah satu perbuatan tersebut mengakibatkan luka- luka berat atau mengakibatkan matinya orang atau anak tersebut. Sebaliknya pasal 528 rancangan berisikan ancaman pidana yang justru lebih ringan. Disini tindak pidananya terdiri atas membuang anaknya sendiri supaya ditemukan orang lain, atu meninggalkannya, dengan maksud untuk melepaskan tanggung jawab atas anak yang dilahirkan. Unsur lain yang menentukan adalah bahwa perbuatan dilakukan oleh seorang ibu karena takut akan diketahui oleh orang lain tentang kelahiran anaknya, dan tindakan tersebut dilakukan tidak lama kemudian setelah ia melahirkan anak itu. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal tersebut, hakim harus meneliti tiap-tiap kejadian, apakah hubungan antara tertuduh dan orang yang berada dalam keadaan terlantar memang dikuasai oleh hukum atau perjanjian yang mewajibkan tertuduh memberi nafkah, merawat, atau memelihara orang yang terlantar tersebut. Ketentuan dalam Pasal ini memuat peringanan ancaman pidana yang didasarkan pada pertimbangan bahwa rasa takut seorang ibu yang melahirkan diketahui orang lain sudah dianggap suatu penderitaan. Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 155 Selanjutnya rumusan Pasal tersebut menunjukkan adanya kewajiban setiap orang menyelamatkan jiwa orang lain dari bahaya maut, sepanjang pertolongan itu tidak membahayakan dirinya atau orang lain.

12. Tindak Pidana Penghinaan