Tindak Pidana Terhadap Negara Sahabat, Kepala Negara Sahabat, Dan Tindak Pidana Terhadap Kewajiban dan Hak Kenegaraan

Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 142 jenis-jenis penghinaan, pembunuhan, penganiayaan, dsb. juga berarti harus ditiadakan karena dipandang bertentangan dengan prinsip “equality before the law”.

3. Tindak Pidana Terhadap Negara Sahabat, Kepala Negara Sahabat, Dan

Perwakilan Negara Sahabat Tindak pidana yang dicantumkan dalam Bab III Rancangan KUHP Baru tidak berbeda dengan apa yang tercantum dalam Bab III KUHP yang sekarang masih berlaku. Dalam pembukaan UUD 1945, antara lain telah dinyatakan bahwa negara Indonesia mempunyai fungsi menjadi tujuan, yaitu: ”…ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ”. Fungsi yang demikian itu tentunya mempengaruhi sikap negara dan bangsa Indoensia terhadap negara-negara itu, khususnya negara-negara sahabat, termasuk kepala negara dan perwakilannya. Jadi dasar Bab III itu tidak terletak pada suatu kewajiban atau peradaban internasional, akan tetapi terletak pada kesadaran akan kenyataan, bahwa antara penguasa yang sah di dunia ini ada solidaritas kepentingan. Perbuatan yang diancam pidana dalam bab ini adalah : a. makar untuk melepaskan wilayah negara sahabat dari pemerintahan yang sah, b. makar untuk merubah pemerintahan negara sahabat, c. permufakatan jahat untuk melakukan pidana tersebut pada a dan b d. makar pembunuhan kepala negara sahabat, e. penyerangan terhadapa diri kepala negara sahabat f. penghinaan terhadap kepala negara sahabat g. penodaan, bendera, lagu kebangsaan, lambing negara dari negara sahabat h. penghinaan terhadap wakil negara asing yang bertugas di Indonesia i. tindak pidana penyiaran hal-hal yang berupa penghinaan terhadap kepala negara atau wakil negara sahabat di Indonesia j. pidana tambahan.

4. Tindak Pidana Terhadap Kewajiban dan Hak Kenegaraan

Dalam negara yang berkedaulatan rakyat seperti negara Indonesia, maka perwakilan rakyat merupakan atribut yang tidak dapat ditinggalkan. Berfungsinya badan- badan yang mewujudkan perwakilan rakyat dengan sendirinya harus dijamin, demikian pula dengan pelaksanaan hak pilih seseorang. Pemaksaan dan penyuapan pada waktu pemilihan diancam pidana. Melakukan perbuatan curang atau perbuatan lain yang mengakibatkan suara seseorang dalam pemilihan tidak berharga merupakan tindak pidana. Dalam bab ini tidak ada hal-hal yang dikeluarkan dari KUHP yang berlaku sekarang. Dalam Rancangan KUHP Baru disebut dengan tegas nama-nama perwakilan rakyat itu, seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 143

5. Tindak Pidana Terhadap Ketertiban Umum