Naskah Akademis KUHP BPHN 2010
|
143
5. Tindak Pidana Terhadap Ketertiban Umum
Suatu masyarakat dan dengan sendirinya suatu negara tidak dapat bertahan hidup apabila tidak dapat menjaga keamanan dan ketentraman. Oleh karena itu KUHP sejalan
dengan apa yang dimasukkan dalam Bab I Buku II, yakni tindak pidana terhadap keamanan negara, dalam Bab V mengancam dengan pidana-pidana perbuatan yang
menganggu ketentraman umum.
Rancangan KUHP Baru memuat semua tindak pidana yang tercantum dalam KUHP yang sekarang berlaku, kecuali tiga pasal yang memuat tindak pidana yang menyangkut
kehidupan beragama, yang dipindahkan tempatnya dalam bab tersendiri yang berjudul “ Tindak Pidana terhadap kehidupan beragama”. Kemudian dalam rancangan ditambahkan
dua pasal yang menyangkut penyiaran berita bohong dan kabar tidak pasti yang dapat menerbitkan keonanran di kalangan rakyat.
Perlunya dirumuskan kembali dari pasal-pasal yang ada dalam KUHP sekarang berlaku, dengan alasan bahwa kewibawaan pemerintah serta persatuan dan kesatuan
masyarakat Indonesia tidak boleh dibahayaakan oleh perilaku yang membangkitkan kebencian. Harmonisasi perbedaan pendapat antar kelompok-kelompok atau golongan-
golongan dalam masyarakat merupakan salah satu tujuan kita dalam hidup bermasyarakat yang demokratik. Penggunaan pasal-pasal lama untuk menekan protes dan oposisi
terhadap pemerintah adalah sikap yang sangat keliru. Diharapkan bahwa dengan rumusan yang baru tidak dipergunakan untuk membungkam demokratik.
Yang dapat dikategorikan tindak pidana penyelenggaraan peradilan misalnya: menyuap hakim, sumnpah palsu di pengadilan, menggelapkan akta yang diperuntukan
sebagai bukti di pengadilan, dll. Hanya perlu dicatat, bahwa redaksi dari pasal-pasal dalam rancangan agak berbeda
dengan pasal yang ada sekarang. Misalnya untuk pasal 154 KUHP ada penambahan unsur “yang dapat menganggu stabilitas di bidang politik dan keamanan”. Penambahan
unsur ini mempersempit berlakuknya pasal tersebut, sehingga lebih dapat diterima. Unsur tersebut juga terdapat dalam pasal bandingan dari pasal 156 KUHP. Hanya di pasal ini
tidak ada interpretasi perkataan “golongan bangsa Indonesia”. Kiranya hal ini perlu dipertimbangkan untuk dimasukkan agar tidak ada keragu-raguan dalam penerapan pasal
tersebut.
6. Tindak Pidana Terhadap Penyelenggaraan Peradilan