Naskah Akademis KUHP BPHN 2010
|
139
dimaksud, dimuat dalam daftar undang-undang yang memuat tindak pidana, sebagaimana terlampir dalam Naskah Akademis ini lihat lampiran.
175
Di samping itu, adaptasi terhadap perkembangan tindak pidana internasional yang bersumber dari pelbagi konvensi internasional baik yang sudah diratifikasi maupun yang
belum diratifikasi juga dilakukan, antara lain Tindak Pidana Penyiksaan atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention Against Torture
and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau
Merendahkan Martabat Manusia, 1984. Di samping itu secara antisipatif diatur pula Kejahatan Perang War Crimes yang bersumber pada Statuta Roma 1998 tentang
“International Criminal Court”, dan perluasan Tindak Pidana Korupsi yang bersumber pada
“United Nations Convention Against Corruption 2003. Dengan sistem perumusan tindak pidana semacam itu, maka penambahan
beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, khususnya di dalam Buku II tak dapat dihindarkan. Dalam hal ini terlihat beberapa Bab baru seperti Bab VI tentang
Tindak Pidana Terhadap Proses Peradilan, Bab VII tentang Tindak Pidana Terhadap Agama dan Kehidupan Beragama, Bab IX tentang Tindak Pidana Terhadap Hak Asasi
Manusia, Bab XVII tentang Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika, dan Bab XXXII tentang Tindak Pidana Korupsi.
Seirama dengan proses globalisasi, lajunya pembangunan dan perkembangan sosial yang disertai dengan mobilitas sosial yang cepat serta kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi canggih, diperkirakan jenis tindak pidana baru masih akan muncul di kemudian hari. Oleh karena itu, terhadap jenis tindak pidana baru yang akan muncul yang
belum diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana baru ini, pengaturannya tetap dapat dilakukan melalui amandemen terhadap Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Adapun tindak pidana yang diatur dalam Buku II tentang Tindak Pidana yang melarang beberapa perbuatan yang terkait dengan penyelenggaraan Negara dan
kehidupan berbangsa dan bernegara serta kehidupan bermasyarakat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tindak Pidana Terhadap Keamanan Negara
Pengkhianatan atau makar treason dan tindak pidana terhadap keamanan negara merupakan sebagian dari tindak pidana yang sangat berat dan menguatirkan. Perilaku
dalam kategori ini akan sangat membahaayakan keamanan dan kesejahteraan seluruh bangsa. Di samping tindak pidana yang telah dikenal dalam KUHP sekarang seperti:
makar untuk membunuh Presiden dan Wakil Presiden Pasal 104, makar untuk memisahkan sebagian wilayah Indonesia Pasal 106, makar untuk menggulingkan
175
Secara antisipatif dan proaktif, juga dimasukkan pengaturan tentang Tindak Pidana Pornografi dan Pornoaksi, Tindak Pidana di Dunia Maya dan Tindak Pidana tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Cybercrime, Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Crime, dan lain-lain.
Naskah Akademis KUHP BPHN 2010
|
140
pemerintah Pasal 107 dan pemberontakan, maka KUHP yang akan datang mengenal pula beberapa perilaku yang dijadikan tindak pidana baru. Kriminalisasi ini didasarkan
pada pengalaman masyarakat Indonesia dalam tahun 1965, yang tidak dikehendaki terulang kembali.
Adapun perilaku yang dikriminalisasi untuk mencegah terjadinya pengkhianatan tersebut di atas adalah: perbuatan menentang ideologi negara Pancasila atau UUD 1945,
kegiatan penyebaran faham komunis atau marxisme atau leninisme, dan hubungan dengan organisasi yang berasaskan komunisme, atau marxisme atau leninisme. Adapun
perbuatan-perbuatan tersebut merupakan tindak pidana, apabila menimbulkan akibat terganggunya stabilitas di bidang politik dan keamanan delik materil.
Tindak pidana dalam Bab I Rancangan KUHP, tidak banyak berbeda dengan apa yang ada di W.v.S yang sekarang berlaku, sehingga juga tidak ada pembedaan antara
keamanan negara yang intern dan ekstern, dan antara apa yang disebut hoogverrad dan landverraad. Namun baik hoogverrad maupun landverraad merupakan tindak pidana yang
masuk dalam bab ini. Perancis membedakan antara keamanan negara yang bersifat intern dan yang ekstern, sedangkan Jerman mengadakan pembedaan antara hoogverrad dan
landverraad. Tindak pidana berupa hoogverrad tertuju kepada bentuk pemerintahan atau bentuk negara yang ada, sedangkan tindak pidana yang termasuk landverraad tertuju
kepada keamanan negara, sehingga terancam dari luar. Hoogverrad dan landverraad secara harfiah berati penghianatan tinggi dan pengkhianatan negara. Termasuk
hoogverrad misalnya pemberontakan, dan landverraad misalnya membantu musuh.
Karena tindak pidana terhadap keamanan negara dianggap sebagai tindak pidana yang berat, maka tidak hanya perbuatan yang selesai saja yang diancam pidana, akan
tetapi juga perbuatan berupa permufakatan antara dua orang atau lebih untuk melakukan tindak pidana itu juga diancam pidana. Disamping itu juga ada apa yang disebut tindak
pidana makar, yang masih berupa percobaan. Dalam hal ini meskipun ada pengunduran diri secara sukarela si pembuat tetap dapat dipidana.
Diaturnya tindak pidana keamanan Negara ini di dalam KUHP baru, diharapkan dapat mengganti tindak pidana subversi yang diatur di luar KUHP UU No.
11PNPS1963. Keinginan untuk mencabut UU subversi ini sudah sering dilontarkan, bahkan diusulkan secara resmi dalam suatu lokakarya. Tindak pidana terhadap keamanan
negara ini merupakan delik materil, yaitu berakibat terjadinya keonaran dalam masyarakat atau terganggunya stabilitas di bidang politik dan keamanan. Perbuatan yang dilarang
adalah; a menentang ideologi Pancasila atau UUD 1945 dengan maksud mengubah bentuk negara atau susunan pemerintahan; b menyebarkan propaganda faham
komunisme dengan maksud mengubah bentuk negara atau susunan pemerintahan; dan c mendirikan organisasi atau mengadakan hubungan dengan atau memberikan bantuan
kepada organisasi yang berdasarkan komunisme dengan tujuan untuk mengembangkan komunisme di Indonesia
Naskah Akademis KUHP BPHN 2010
|
141
2. Tindak Pidana Terhadap Martabat Presiden Dan Wakil Presiden