Naskah Akademis KUHP BPHN 2010
|
159
dengan iktikad b aik dengan maksud memberi “pelajaran” dimasukkan sebagai alasan
penghapusan sifat melawan hukum atau termasuk delik aduan relatif.
17. Tindak Pidana Pencurian
Hal-hal yang dipertahankan dari semua jenis tindak pidana yang tercantum dalam Bab XXII KUHP dapat dipertahankan untuk tetap dimuat dalam Rancangan KUHP.
Rancangan KUHP telah menambah satu jenis tindak pidana pencurian yaitu: 1.
Satu ketentuan dalam Bab Pencurian ini, yaitu pencurian sesuatu benda suci keagamaan atau benda yang dipakai untuk kepentingan keagamaan atau benda-
benda purbakala. Pencurian benda-benda keagamaan dapat menimbulkan keresahan yang luas dalam umat agama yang bersangkutan dan karena itu perlu diatur tersendiri
di samping tindak pidana pencurian. Begitu pula pencurian benda-benda purbakala yang mempunyai arti yang sangat penting untuk sejarah dan budaya bangsa perlu
diatur tersendiri.
2. Dalam tindak pidana ini perbuatan mengambil barang, hanya sasaran atau obyek dari
pencuriannya adalah benda khusus, yaitu setiap benda keagamaan, yang seringkali menjadi obyek pencurian.
18. Tindak Pidana Perbuatan Curang
Dalam tindak pidana perbuatan curang ini yang dilarang adalah perbuatan yang dilakukan dengan curang yang dapat menyebabkan orang lain menderita kerugian
ekonomis, melakukan pengaduan palsu atau tidak memberitahukan keadaan yang sebenarnya atau memperoleh secara curang suatu jasa untuk diri sendiri atau orang dari
pihak ketiga tanpa membayar penuh penggunaan jasa tersebut.
Pengaturan tindak pidana curang ini dimaksudkan untuk menampung keluhan- keluhan masyarakat tentang kerugian ekonomis yang mereka derita sebagai konsumen
dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Dalam pemikiran tim perbuatan-perbuatan yang dapat dimasukkan disini adalah a.l penipuan terhadap konsumen, penggunaan kartu
kredit atau alat lain yang serupa tanpa ijin dan merugikan pelanggan telepon yang sah.
19. Tindak Pidana Jabatan dan Korupsi
Kejahatan jabatan dalam arti kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh pegawai negeripejabat dalam rangka melakukan tugasnya, tetap harus dilarang,mengingat bahwa
kejahatan tersebut dapat menimbulkan kerugian baik bagi Negara, maupun kepentingan umum, maupun kepentingan individu, yang merupakan haka asasi manusia.Bahkan dalam
rangka mempertahankan pegawai negeripejabat sebagai apparatus Negara yang jujur, bersih dan berwibawa seperti dicantumkan di dalam Spta Prasetya KORPRI dan haarus
dihayati dan diamalkan oleh pegawai negeri, perlu tetap dipertahankan pemberatan pidana terhadap pegawai negeripejabat yang karena melakukan tindak pidana melanggar suaatu
kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu melakukan tindak pidana memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diberikan kepadanya karena jabatannya,
seperti diatur dalam pasal 52 KUHP.
Naskah Akademis KUHP BPHN 2010
|
160
Dalam bab mengenai kejahatan jabatan ini maka perbuatan-perbuatan terlarang yang dilakukan oleh pejabat tersebut digolongkan atas perbuatan-perbuatan yang
merugikan kepentingan umum, keuangan Negara dan kepentingan individu. Tindak pidana yang merugikan keuangan Negara ialah tindak pidana korupsi, menerima suap,
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya memalsukan bukudaftar untuk kepentingan pemeriksaan administrasi. Pegawai negeri yang dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu kejahatan korupsi ini.
Pengaturan tindak pidana korupsi dikembalikan lagi ke dalam RUU KUHP, demikian juga tindak pidana korupsi yang inti dengan rumusan tindak pidana korupsi yang telah
disesuaikan dengan perkembangan pengaturan tindak pidana korupsi dan perkembangan internasional tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dan praktek penegakan
hukumnya. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan perkembangan hukum pidana menuju kepada standarisasi perumusan norma hukum pidana dan pengancaman sanksi pidana
serta menghindari sifat eksepsionalitas atau kesementaraan hukum pidana.
Tindak pidana lainnya pelanggaran larangan bagi pegawai-pegawai Kantor PosTelegrap yang membuka rahasia atau berita yang dipercayakan kepadanya, adalah
melanggar hak asasi surat-menyurat. Demikian juga perbuatan pegawai negeripejabat yang menghancurkan atau merusak surat-suratberita melalui telegram atau telepon, yang
dipercayakan kepadanya. Tindakan-tindakan tersebut adalah pelanggaran terhadap hak- hak atas rahasia surat menyurat.
Tidak kalah pentingnya, ialah tindak pidana yang dilakukan oleh pegawaipejabat Lembaga Pemasyarakatan atau tempat-tempat tahanan, ialah tindak pidana tidak
melaporkan atau membiarkan lari seorang tahanan atau Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang tidak mau memperlihatkan daftar tahanan, daftar narapidana, atau
kepala rumah pendidikan negara yang menolak untuk memperlihatkan daftar orang yang dimasukkan disitu atas permintaan yang sah, kesemuanya merupakan kejahatan-
kejahatan yang melanggar kepentingan umum, terutama dalam penegakan hukum.
Dalam rangka tindak pidana jabatan ini perlu dipertimbangkan dirmasukkannya tindak pidana oleh pegawai negeri yang bertugas sebagai penyidik dengan sengaja dan
melawan hukum melakukan upaya paksa secara tidak sah, yaitu melakukan penangkapan, penahanan, penyitaan, penggeledahan, dan pemeriksaan surat-surat, perbuatan-
perbuatan itu merupakan pelanggaran terhadap hak asasi seseorang dan seperti telah diberi dasar hukumnya dalam Pasal 9 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman dengan penjabarannya di dalam KUHAP secara terperinci maka perlu dikuatkan dengan norma hukum pidana dan ancaman sanksi pidana dala KUHP.
20. Tindak Pidana Pelayaran