Peringanan Pidana Pilar Ketiga: Pidana dan Pemidanaan

Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 54 bersifat retributif, atas dasar doktrin kebebasan kehendak sekalipun sudah dimodifikasikan 134 karena pengaruh Aliran Modern yang menghendaki agar supaya pidana harus cocok dengan si pelaku. Dalam perkembangannya kemudian karakteristik-karakteristik yang berkaitan dengan perbuatan pidana juga dapat dipertimbangkan sebagai hal-hal yang memberatkan dan meringankan pemidanaan. Berkaitan dengan hal tersebut, dibawah ini diuraikan mengenai hal-hal yang memperingankan dan memperberat pidana sebagai berikut:

a. Peringanan Pidana

Pada prinsipnya, kemungkinan penggurangan terhadap ancaman minimum khusus itu harus diberikan. Terlebih pula minimum khusus seperti diusulkan di atas relatif cukup tinggi, yaitu berkisar antara 3 bulan sampai 7 tahun. Sekedar perbandingan misalnya, di Norwegia ada yang dirumuskan dalam pasal mengenai percobaan Chapter 4 dan ada yang dimasuk dalam bab mengenai “alasan-alasan memperingan dan memperberat pidana” chapter 5. Dalam sala satu pasal percobaan yaitu Pasal 51 KUHP Nurwegia dirumuskan : „The attempt is subyect to milder punishment than the comploted felony; the punishment may be reduced to less then the minimum provided for such an offence or to a milder type of punishment”. Dalam salah satu pasal dari Chopter 5, yaitu Pasal 55 KUHP Norwegia dirumuskan kemungkinan penggurangan pidana di bawah minimum untuk pelaku tindak pidana di bawah usia 16 tahun. Demikian pula dimungkinkan peringanan pidana minimum khusus dalam hal : 135 1 perbuatan dilakukan untuk menyelamatkan nyawa atau harta seseorang tetapi batas- batas kewenangan menurut undang-undang untuk melakukan hal itu dilampaui; 2 perbuatan dilakukan dalam keadaan marah yang beralasan, dibawah paksaan atau bahaya yang mendesak atau dilakukan selama ada kekurangan-sadaran yang disebabkan oleh kemabukan yang disengaja; 3 Sipelaku sesat akan sifat melawan hukumnya perbuatan atau ada error iuris; 4 dalam hal penyertaan, apabila kerja sama itu pada dasarnya disebabkan oleh ketergantungan pada orang lain yang bersalah atau peranannya kurang berarti dibandingkan orang peserta lainnya. Masalah lain adalah yang berhubungan dengan pengurangan pidana untuk delik- delik culpa. Selama ini memang kealpaan tidak semata-mata dipandang sebagai hal yang meringankan, karena ada delik culpa yang berdiri sendiri dan ada pula yang dipandang atau diancam sama berat dengan apabila dilakukan dengan sengaja. Namun demikian, di dalam perundang-undangan pidana selama ini ada juga beberapa delik culpa yang memang merupakan pasangan dari delik dolus dan diancam dengan pidana yang berbeda dan jauh lebih ringan. Berdasarkan pengkajian Tim terhadap perbandingan ancaman 134 Nigel Welker, Sentencing in a Rational Society, Pelican Book, Penguin Books, Middlesex, England, 1972, hal. 203-294. 135 Makalah Prof. Barda Nawawi . Hal. 13-15 Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 55 pidana untuk delik dolus dan delik culpa yang berpasangan, khususnya yang terdapat dalam KUHP sebelum perubahan berdasarkan UU No. 11960, diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada keseragaman atau kesebandingan maksimum pidana untuk delik culpa, baik dilihat dari perbuatannya maupun dilihat dari akibatnya. Misalnya untuk delik-delik dolus yang diancam dengan maksimum 4 tahun penjara lihat Pasal-pasal 231, 408, 426, 427,477 KUHP, delik culpanya ada yang diancam 1 bulan kurungan Pasal 231 ayat 4 dan 409, ada yang 2 bulan kurungaan Pasal 426 ayat 2 dan 477 ayat 2 dan ada yang diancam pidana kurungan 3 bulan Pasal 427 ayat 2. Ancaman maksimum 3 bulan kurungan untuk delik culpa itu ternyata juga diancam dalam pasal 334 yang delik dolusnya Pasal 333 diancam denagan pidana penjara 8 tahun. Dilihat dari sudut akibatnya misal timbul bahaya bagi umum, memang terlihaat ada keseragaman maksimum pidana untuk delik culpa yaitu 4 bulan 2 minggu penjara atau 3 bulan kurungan, tetapi tidak sebanding dengan delik dolusnya yang diancam dengan pidana penjara yang berbeda-beda yaitu ada yang diancam maksimum 9 bulan Pasal 191 bis, ada yang 9 tahun Pasal 192 dan ada yang 12 tahun Pasal 196 dan 200. Di samping itu, terlihat suatu pola umum menurut sistem KUHP sebagai berikut : 1 untuk perbuatan dengan culpa : diancam dengan pidana kurungan maksimum1 sampai 3 bulan atau denda; 2 untuk yang menimbulkan akibat, terlihaat pola sebagi berikut : AKIBAT Ancaman Maksimum Pidana Delik Dolus Penjara Delik Culpa Penjara Kurungan Denda bahaya umum 7 – 12 th 4 bl,mg 3 bl ada bahaya bagi nyawakesehatan 15 th 9 bl 6 bl ada mati SH20 th 1 th. 4 bl 1 tah Tdk. ada Dalam hubungannya dengan penyusunan RUU Buku II, Tim memandang perlu adanya suatu patokan dalam menentukan maksimum pidana penjara untuk delik-delik culpa berdasarkan prinsip keseragaman. Dalam rapat-rapat Tim diajukan dua patokan : 1 Patokan relatif yaitu : - untuk perbuatan dengan culpa maksimumnya : 16 dari maksimum delik dolus; - - untuk yang menimbulkan akibat : maksimumnya 14 dari maksimum delik dolus 2 Patokan absolut, yaitu : - untuk perbuatan dengan culpa, maksimumnya : 1 tahun - - untuk yang menimbulkan akibat - bahaya umum : 2 tahun - bahaya bagi nyawakesehatan : 3 tahun - akibat mati : 4 tahun - - untuk delik yang diancam dengan pidana mati penjara seumur hidup : 5 tahun Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 56

b. Pemberatan Pidana