Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 111 yang terdapat dalam perumusan tindak pidana, melainkan cukup mengubah pasal yang mengatur kategori denda dalam Buku Kesatu. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ini diatur pula mengenai jenis pidana, berat ringannya pidana dan cara pelaksanaan pemidanaan secara khusus terhadap anak. Hal ini karena baik dipandang dari perkembangan fisik maupun psikis anak berbeda dari orang dewasa. Selain itu, pengaturan secara khusus terhadap anak berkaitan dengan kenyataaan bahwa Indonesia telah meratifikasi Konvensi Internasional tentang Hak-hak Anak Convention on the Rights of the Child dalam kerangka pemajuan dan perlindungan Hak- Hak Asasi Manusia.

1. Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan

Dilihat dari keseluruhan sistem pemidanaan, ruang lingkup berlakunya hukum pidana juga merupakan bagian integral dari sistem pemidanaan, karena keseluruhan aturan umum dan khusus untuk dapat dipidananya seseorang terkait erat dengan asas- asas ruang berlakunya hukum pidana. Asas-asas ruang berlakunya hukum pidana sebagaimana dirumuskan dalam RUU KUHP terdiri dari : a. Menurut waktu : asas legalitas; b. Menurut tempat : asas territorial, asas nasional aktif personal, asas nasional pasif asas perlindungan, dan asas universal. Jadi pada dasarnya, asas-asas ruang berlakunya hukum pidana menurut Rancangan tidak jauh berbeda dengan KUHP yang sekarang berlaku. Namun ada juga perbedaan dan perkembangannya, sebagai berikut: a. Disamping mengatur ruang berlakunya hukum pidana menurut waktu dan menurut tempat, Rancangan juga mengatur tentang “waktu terjadinya tindak pidana” “tempus delicti”Time of the ActTime of commision of an offenceTime of perpetration of a crime dan “tempat terjadinya tindak pidana” “locus delicti”Place of the ActPlace of commission of an offencePlace of perpetration of a crime; kedua hal ini tidak diatur dalam KUHP yang sekarang berlaku. b. Mengenai ruang berlakunya hukum pidana menurut waktu asas Legalitas. RUU KUHP tetap mempertahankan asas legalitas formal seperti dalam KUHP, namun diperluas juga ke asas legalitas material; c. Mengenai ruang berlakunya hukum pidana menurut tempat asas teritorial, personal, nasional pasif, dan universal, pada awalnya yaitu sd Rancangan 2002 tidak jauh berbeda pengaturannya dengan KUHP. Namun dalam Rancangan 2004-2005 mengalami perubahan sebagai berikut : Hal yang menarik dari RUU KUHP di atas, ialah: a. Yang dipandang sebagai “kepentingan nasional” tidak hanya “kepentingan negara”. Tetapi juga “kepentingan warga negara Indonesia di luar negeri” yang menjadi sasarankorban tindak pidana Dalam KUHP yang sekarang berlaku, kepentingan hukum dari WNI di luar negeri, tidak dilihat sebagai “kepentingan Nsional” yang harus Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 112 dilindungi oleh hukum nasional, tetapi seolah-olah hanya disarankan sepenuhnya kepada hukum yang berlaku di negara asing itu. Dengan adanya pasal 4 itu, berarti pula hukum pidana sistem pemidanaan nasional dapat juga berlaku bagi WNA yang melakukan tindak pidana terhadap WNI di luar teritorial Indonesia. 174 b. Kepentingan nasional yang akan dilindungi itu tidak dirumuskan secara “limitatif yang pasti definiterigid ”, yaitu tidak dengan menyebut pasal-pasal tertentu, tetapi dirumuskan secara “limitatif yang terbuka open”. c. Kepentingan yang terancam oleh kejahatan-kejahatan yang bersifat internasional transnasional seperti cyber crime, korupsi, dan money laundering juga dipandang sebagai kepentingan nasional yang dilindungi.

2. Tindak pidana