Gugurnya Kewenangan Pelaksanaan Pidana

Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 132

b. Gugurnya Kewenangan Pelaksanaan Pidana

Dalam RUU KUHP juga telah dirumuskan menngenai gugurnya kewenangan pelaksanaan pidana sebagaimana dirumuskan dalam beberapa Pasal sebagai berikut: Pasal 153 Kewenangan pelaksanaan pidana gugur, jika: 1 terpidana meninggal dunia; 2 daluwarsa eksekusi ; 3 terpidana mendapat grasi dan amnesti; 4 rehabilitasi; atau 5 penyerahan untuk pelaksanaan pidana ke negara lain. Pasal 154 Jika terpidana meninggal dunia, maka pidana perampasan barang tertentu danatau tagihan yang telah disita tetap dapat dilaksanakan. Pasal 155 1 Kewenangan pelaksanaan pidana penjara gugur karena daluwarsa, setelah berlaku tenggang waktu yang sama dengan tenggang waktu daluwarsa kewenangan menuntut ditambah 13 satu per tiga dari tenggang waktu daluwarsa tersebut. 2 Tenggang waktu daluwarsa pelaksanaan pidana harus melebihi lamanya pidana yang dijatuhkan. 3 Pelaksanaan pidana mati tidak mempunyai tenggang waktu daluwarsa. 4 Jika pidana mati diubah menjadi pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat 2, maka kewenangan pelaksanaan pidana gugur, karena daluwarsa setelah lewat waktu yang sama dengan tenggang waktu daluwarsa kewenangan menuntut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 ayat 1 huruf e ditambah 13 satu per tiga dari tenggang waktu daluwarsa tersebut. Pasal 156 1 Tenggang waktu daluwarsa pelaksanaan pidana dihitung sejak tanggal putusan hakim dapat dilaksanakan. 2 Jika narapidana melarikan diri sewaktu menjalani pidana, maka tenggang waktu daluwarsa dihitung sejak tanggal narapidana tersebut melarikan diri. 3 Jika pembebasan bersyarat terhadap narapidana dicabut, maka tenggang waktu daluwarsa dihitung 1 satu hari sejak tanggal pencabutan. 4 Tenggang waktu daluwarsa pelaksanaan pidana ditunda selama : a. pelaksanaan pidana tersebut ditunda berdasarkan peraturan perundang-undangan; atau Naskah Akademis KUHP BPHN 2010 | 133 b. terpidana dirampas kemerdekaannya meskipun pencabutan kemerdekaan tersebut berkaitan dengan putusan pidana lain. Alasan dirumuskannya ketentuan ini dalam RUU KUHP dilatarbekangi oleh: 1 Karena sifat pidana itu melekat pada diri pribadi terpidana, dengan sendirinya apabila terpidana itu meninggal dunia, maka pidana denda tidak dapat dibayar dari harta warisan terpidana. Meskipun pidana denda tidak dapat dibayarkan dari harta warisan terpidana yang meninggal dunia, namun pidana perampasan barang danatau tagihan, tetap dapat dijalankan. 2 Demikian pula dengan tenggang kedaluwarsa gugurnya pelaksanaan pidana lebih lama dari tenggang kedaluwarsa bagi penuntutan karena dalam pelaksanaan pidana, kesalahan terpidana sudah terbukti, sehingga sudah semestinya kalau tenggang waktunya lebih lama dan tidak boleh kurang dari lamanya pidana yang dijatuhkan. 3 Mengingat pidana mati merupakan pidana yang terberat yang dijatuhkan kepada pembuat tindak pidana tindak pidana yang betul-betul dipandang perlu disingkirkan dari masyarakat, maka terhadap pelaksanaan pidana mati tidak dikenal tenggang kedaluwarsanya. Kemudian berkaitan dengan “putusan hakim dapat dilaksanakan” hal ini dimaksudkan adalah putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

6. Pengertian Istilah