51
Acara dilanjutkan dengan mangan itak gur-gur santan paborgo-borgo, dimana maksudnya semoga kedua pengantar semakin gur-gur atau semakin
sukses dan santan paborgo-borgo maksudnya semoga kedua pengantin dalam menjalani rumah tangga selalu dingin-dingin. Kemudian pihak Pangatak
Pangetong akan memberitahukan kepada Hatobangon atau Raja-Raja bahwasanya di dalam rumah ini sudah bertambah satu, kemudian pangatak
pangetong akan bertanya kepada Hatobangon dan Raja-Raja kemana acara selanjutnya, kemudian Hatobangon atau Raja-Raja akan menyuruh Pangatak
Pangetong untuk manyurduhon burangir baru kemudian dilanjutkan dengan mandokkon hata mengatakan kata yang dimulai dari pihak perempuan, yang
dimulai dari orang tua perempuan pengantin laki-laki kemudian dilanjutkan pihak Kahanggi, Anak boru dan Mora dan dilanjutkan dengan pihak laki-laki yang
urutannya sama, baru dilanjutkan pihak Hatobangon dan Raja-Raja. Dimana inti dari mandokkon hata mengatakan kata adalah memberikan ucapan selamat
kepada kedua pengantin dan mendoakan mereka langgeng.
3.3.2 Martahi
1. Tahi godang
Dalam hal ini hadirlah kaum sisolkot saudara, Hatobangon, harajaon, orang kaya Luat dan raja panusunan bulung, dalam tahi ini juga
dilaksanakan dengan menggunakan burangir sirih. Dalam tahi godang disediakan makanan berupa daging kambing. Kemudian yang terlibat
didalamnya akan menentukan tanggal acaranya dan siapa-siapa yang bertugas mengundang dan menyambut para tamu. Kemudain Panusunan
Bulung akan menyampaikan bahwa alat untuk mengundang ini adalah
Universitas Sumatera Utara
52
haronduk panyurduan dibalut abit godang, disini yang bertugas mengantar adalah naposo bulung biasanya dua orang untuk membawa
burangir panyurduan atau yang disebut juga burangir pudun-pudun untuk menjemput Raja-Raja agar datang melaksanakan kerja yang sudah
dimusyawarahkan. 2.
Tahi haruaya mardomu bulung atau maralok-alok haruaya bulung Setelah selesai dilaksanakan kerja tersebut datanglah semua para Raja-
Raja ke pesta tersebut, dalam hal ini semua sudah dipersiapkan yakni sudah menaikkan abit godang, disini hanya melaksanakan pesta di
kedatangan Raja-Raja, tahi ini disebut tahi haruaya mardomu bulung atau maralok-alok haruaya bulung karena di tahi ini semua Raja-Raja
hadir dari semua kampung. Pada Tahi Godang biasanya orang-orang yang datang akan memberikan
bantuan kepada yang ingin berpesta dan biasanya bantuannya berupa uang. Akan ada yang bertugas mencatat siapa-siapa saja yang memberikan bantuan uang dan
berapa besarannya. Jika uang terkumpul banyak maka biasanya akan ditentukan Horja Godang pesta besar tetapi jika uang yang di dapat sedikit maka akan
dibuat Pesta Siriaon pesta satu hari
3.3.3 Pesta adat
Pada Orang Angkola pelaksanaan adat perkawinan dilaksanakan tiga hari tiga malam. Tapi pada saat ini pesta perkawinan kembali berubah yaitu satu hari
satu malam. Satu hari sebelum acara horja godang pesta besar, pihak laki-laki sudah
membeli seekor lembu sebagai pardagingan, dimana daging lembu ini akan
Universitas Sumatera Utara
53
digunakan sebagai makanan untuk para tamu undangan. Bahkan apabila daging satu ekor lembu ini kurang, pihak laki-laki sebagai yang punya pesta akan
membeli daging tambahan di pasar atau pajak. Selain daging lembu, pada horja godang pesta besar juga menggunakan
sayur-sayuran sebagai teman daging lembu tadi, biasanya yang digunakan adalah tunas kelapa sawit yang masih muda dan yang bertugas mencari dan
mengambilnya adalah laki-laki dan buah nangka yang masih muda, dan yang biasa bertugas mengambil ini adalah perempuan.
Yang bertugas untuk semua itu adalah Anak boru dari pihak laki-laki, mulai dari memotong, mengiris dan memasak. Pembagian tugasnya juga jelas, dimana
yang mengiris atau memotong-motong daging adalah bagian laki-laki dan sayur- sayuran bagian perempuan, tetapi untuk bagian memasak kadang-kadang mereka
bersama-sama memasak. Kebiasaan lainnya, laki-laki yang memotong-motong daging akan mengambil hati dan daging lembu secukupnya kemudian mereka
panggang, dan setelah matang kemudian daging tadi dicampur dengan kecap asin, cabai dan bawang merah, kemudian menjadi lauk mereka makan siang.
Sehari sebelum horja godang pesta besar, biasanya kaum ibu akan mencari daun pisang yang masih muda, setelah terkumpul banyak mereka akan
membawa pulang, sesampainya di rumah kemudian mereka akan menjemur daun pisang tersebut atau menaruhnya di atas bara api, sehingga daun pisang ini jadi
layu, dimana fungsi dari daun pisang ini adalah untuk membungkus nasi, itak simanis wajit. Ketika horja godang pesta besar setiap tamu yang akan pulang,
tuan rumah akan memberikan nasi bungkus dan lauk pauk.
Universitas Sumatera Utara
54
Selain untuk membungkus nasi, daun pisang juga digunakan untuk membungkus wajit, itak ratusan dan itak godang, para ibu-ibu akan berkumpul di
suatu tempat, biasanya para ibu-ibu ini juga sekalian menggosip ketika membuatnya.
Foto 5 ibu-ibu Sedang Membuat Itak Ratusan Sumber : Peneliti
Sebelumnya juga para muda-mudi akan berkumpul di rumah pengantin laki- laki ini, para laki-laki akan bergotong royong mendirikan tenda atau taratak dan
perempuan membuat minuman buat mereka selain itu para perempuan juga bertugas menghias tenda atau taratak tersebut, sehingga tenda atau taratak tersebut
menjadi bagus. Sehari sebelumnya juga para pemuda dan bapak-bapak akan mencari pohon
pisang sitabar dua buah, mereka mencari pohon pisang sitabar yang masih muda dan belum berbuah, setelah di dapat pohon pisang ini kemudian dibawa pulang ke
rumah pengantin laki-laki, kemudian mereka akan menanam pohon pisang ini di depan rumah dan kemudian mereka hias dengan sanggar dan daun pohon haruaya,
Universitas Sumatera Utara
55
setelah selesai ditanam kemudian mereka menyangkutkan tikar diatasnya dengan tulisan
“Horas Tondi Madingin Pir Tondi Matogu” Ketika waktu menunjukkan untuk makan, pihak tuan rumah akan
menyediakan rumah-rumah tetangga pengantin laki-laki ini untuk tempat makan, rumah untuk perempuan dan laki-laki berbeda, pihak yang bertugas mangatak
menyusun makanan mulai dari piring, cuci tangan, gelas, sambal, sayur adalah pihak anak boru dari pihak pengantin laki-laki, setelah semua selesai diatak
disusun kemudian dihitung berapa piring yang tersedia, kemudian dipanggil masuk ke dalam, biasanya pihak mora dan kahanggi yang diduluankan sedangkan
untuk anak boru akan menunggu, jika masih ada yang kosong baru mereka masuk ke dalam rumah.
Selain di dalam rumah, diluar rumah juga disediakan meja makan, yang berisi nasi dan lauk pauk, jadi siapa yang ingin makan dapat mengambil sendiri
atau masyarakat biasa menyebutnya “makan prancis”. Dalam adat perkawinan
Orang Angkola, perkawinan tidak akan sukses jika tidak didukung oleh Dalihan Na Tolu dan yang lainnya, adapun yang terlibat dalam adat pernikahan dan dapat
dilihat sukses atau tidaknya. Adapun yang menjadi pelaksananya yaitu : 1.
Raja panusunan bulung pemimpin sidang 2.
Suhut pihak yang hajatan 3.
Anak boru kumpulan keluarga dari suhut yang merupakan putri dari suhut yang telah berkeluarga
4. Pisang raut kumpulan keluarga dari anak boru yang putri dan telah
berkeluarga 5.
Raja parhata protokoler pesta
Universitas Sumatera Utara
56
6. Hatobangon raja adat setempat yang dituakan
7. Hombar balok tetangga
8. Raja torbing balok raja adat kampung tetangga
9. Paralok alok peserta
10. Raja Pamusuk
BAB IV JALANNYA UPACARA ADAT PERKAWINAN
Universitas Sumatera Utara