Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu Saran

114 mencampurnya dengan ajaran agama yang mereka anut . Pada masyarakat Luat Halongonan kemudian membentuk suatu lembaga adat dan budaya diharapkan agama dan kebudayaan akan bergandengan sama, sebab pada zaman dahulu, budaya dan agama tidak berjalan dengan selaras, hal itu dapat kita lihat pada adat istiadat perkawinan, ketika adzan berkumandang, prosesi adat perkawinan terus berjalan bahkan ketika adzan berkumandang gendang musik yang mengiringi manortor tetap berjalan, orang-orang yang terlibat di dalamnya akan terus manortor dan raja-raja tetap berada di kursi yang disediakan, sehingga bisa dikatakan, orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak akan melaksanakan sholat, mereka semua akan meninggalkan sholat. Selain itu, setiap adat pernikahan selalu di identik dengan minuman tuak. Sebab acara perkawinan zaman dahulu dilaksanakan tiga hari tiga malam tanpa berhenti sehingga tuak digunakan untuk orang-orang yang terlibat tetap segar. Menurut Tongku Mukmin selaku Ketua Lembaga adat dan budaya, mereka telah bertemu dengan MUI Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Padang Lawas Utara, untuk membahas jalan keluar agar adat istiadat khususnya adat perkawinan dapat berjalan tetapi tidak mengganggu Agama, dimana salah satu keputusannya adalah ketika tiba Sholat prosesi adat perkawinan berhenti sejenak dan ketika waktu sholat selesai, adat perkawinan kembali dilanjutkan sehingga agama dan adat perkawinan atau adat lainnya dapat berjalan berbarengan sehingga tidak ada gesekan yang terjadi di masyarakat.

c. Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu

kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari Universitas Sumatera Utara 115 suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Menurut Sutan Nalobi akulturasi yang dapat kita lihat saat ini adalah adanya musik kibot, dahulu kibot tidak ada, selesai upacara perkawinan, selesai juga seluruh acara, tetapi saya tidak tahu pasti kapan budaya kibot ini mulai muncul, budaya kibot ini muncul dari budaya barat. Daerah Kabupaten Padang Lawas utara yang berbatasan dengan wilayah Mandailing natal dan kota padang, menyebabkan lambat laut acara pesta perkawinan Orang Angkola khususnya di Luat Halongonan mendapat imbasnya, dimana adat-adat Angkola terjadi perubahan disebabkan adanya pengaruh kebudayaan lainnya seperti etnis Mandailing di Mandailing Natal. Kebudayaan Angkola juga dapat pengaruh dari daerah Minangkabau, dimana pada pemberian gelar raja, masyarakat Angkola mengenal Mangaraja, Patuan, Namora tetapi ketika masyarakat Angkola mendapat pengaruh dari daerah Minangkabau, dimana pemberian gelar raja berubah menjadi Tongku, Sutan, dan Baginda. Selain dari gelar, kebudayaan masyarakat Angkola juga mendapat akulturasi dari budaya melayu, dimana pada pakaian yang dipakai kedua pengantin sudah memakai pakaian melayu, selain baju adat Angkola. Zaman dahulu tidak ada hiburan setelah selesai acara adat, tetapi pada saat ini, setelah selesai acara adat acara dilanjutkan dengan kibot, dimana pada saat ini biasanya kedua pengantin akan menggunakan pakaian lain yaitu berupa pakaian melayu. Universitas Sumatera Utara 116

7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran kepada beberapa pihak yang terkait dalam upacara adat perkawinan Orang Angkola sebagai berikut: 1. Pihak Lembaga adat dan budaya Kecamatan Halongonan Lembaga adat dan budaya sebagai payung dalam pelestarian adat-adat di Angkola terutama adat perkawinan. Dimana pada saat ini kecintaan masyarakat pada adat dan istiadat yang turun temurun dari nenek moyang mereka mulai hilang, mereka mulai mengerjakan adat istiadat hanya sebagai formalitas saja tanpa memikirkan makna-maknanya. Sehingga disini peneliti berharap kepada Lembaga adat dan budaya bisa mengembalikan kecintaan masyarakat terhadap adat dan istiadatnya, baik dengan menggunakan sosialisasi maupun perlombaan. 2. Masyarakat Peneliti berharap masyarakat dapat memelihara dan menjaga adat istiadat nenek moyangnya, dalam setiap pelaksanaannya diharapkan masyarakat mengerjakannya dengan sepenuh hati dan mengamalkan nilai-nilai filosofi. Sebab jika kebudayaan ini punah, maka masyarakat tidak mempunyai identitas yang dapat dibanggakan. 3. Pemerintah Pemerintah diharapkan berperan penting dalam melestarikan adat istiadat masyarakat khususnya adat perkawinan. Pemerintah dapat mempunyai solusi melestarikannya dan nilai-nilai filosofinya. Pemerintah dapat membuat pergelaran seni atau membuat destinasi pariwisata. Universitas Sumatera Utara 117 GLOSARIUM a. Abit godang adalah ulos b. Ahli bait adalah orang yang melaksanakan pesta c. Ama-ama adalah laki-laki yang sudah menikah d. Anak namboru adalah anak dari saudara kandung perempuan dari orang tua laki-laki e. Anak boru pihak yang mengawini putri kita Kahanggi kawan semarga atau seketurunan Pisang raut anak boru dari anak boru f. Anduri adalah alat yang digunakan untuk memisahkan beras dari kotoran g. Bale-bale adalah sebuah bangunan yang biasanya terbuat dari kayu dan bambu yang sudah di belah, bale-bale ini biasanya digunakan juga sebagai tempat duduk-duduk dan bersantai h. Boli adalah sejumlah uang diberikan kepada keluarga calon pengantin perempuan atas beli dari anaknya i. Burangir disurduhon adalah daun sirih yang dipersembahkan j. Dalihan na tolu adalah kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Dalihan na tolu ditentukan tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama, ketiga hal tersebut adalah Kahanggi, Mora dan Anak Boru. k. Hatobangon adalah seseorang yang dituakan di dalam satu kampung. l. Horja godang adalah pesta besar m. Horja sadari adalah pesta satu hari n. Ina-ina adalah perempuan yang sudah menikah Universitas Sumatera Utara 118 o. Itak adalah makanan yang terbuat tepung beras dicampur kelapa parut dan gula yang dibungkus dengan daun pisang lalu dikukus p. Juluan adalah tempat duduk paling dihormati q. Kahanggi kawan semarga atau seketurunan Anak boru pihak yang mengawini putri kita Mora pihak kemana kita mengambil isteri r. Madaniah adalah terdiri dari jenis budaya yang hidup rukun s. Mandokkon hata adalah orang yang bertugas memberikan kata t. Mangalap aek adalah orang yang bertugas mengambil air u. Mangandung adalah meratap v. Marpege-pege adalah musyawarah antara keluarga dan tetangga yang diadakan pada malam hari untuk membantu keluarga yang ingin mengadakan pesta w. Mora ni mora adalah kelompok mora dari mora dan pisang raut adalah anak boru ni anak boru anak boru dari anak boru x. Naposo bulung adalah laki-laki yang belum menikah y. Nauli bulung adalah perempuan yang belum menikah z. Paco-paco adalah kain percak aa. Pago-pago ni adat adalah peraturan adat bb. Pangalusi adalah orang yang menjawab cc. Panusunan Bulung adalah yang diangkat sebagai pimpinan adat di lingkungan yang sedang mengadakan horja dan merupakan raja adat yang dianggap ahli tentang adat istiadat Universitas Sumatera Utara 119 dd. Partuturon adalah tutur atau panggilan kepada seseorang ee. Parsili pamatang adalah mahar ff. Perjanjian Monis adalah perjanjian batas antara dua kerajaan gg. Surat Tumbaga Holing adalah surat yang mengatur tentang adat tata cara pernikahan Angkola hh. Sasagun adalah makanan yang terbuat dari tepung beras dan ditambahkan dengan gula ii. Tahi godang adalah Musyawarah besar jj. Tepak adalah kotak kayu kecil dan biasanya berwarna kuning kk. Tikar hambi yaitu tikar yang dianyam tiga lapis dengan pinggirnya tiga warna ll. Toke adalah juragan mm. Tongosan adalah sesuatu yang dititipkan biasanya berupa benda nn. Tukang mardahan adalah orang yang bertugas memasak Universitas Sumatera Utara 29

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN