Lampu Teplok Lembu Peralatan dan Perlengkapan .1 Mas Kawin

84 makhluk-makhluk halus, dan pohon pisang yang digunakan masih muda. Kenapa ada sanggar dan haruaya diikat di pohon pisang, itu diibaratkan seperti hubungan yang saling erat dan menyatu dan kalau sanggar dan haruaya itu sarsar terpisah maka ditakutkan hubungannya mereka juga akan renggang bahkan terpisah Selain ditanam pelepah pisang juga diletakkan di depan pintu rumah, ketika kedua pengantin akan memasuki rumah, mereka akan disampak dibuang beras ke atas sehingga mengenai kepala mereka dan menyebutkan kata “horas”, kemudian kedua pengantin akan menginjak pelepah pisang tersebut, dimana kaki sebelah kanan yang pertama pijak baru kemudian dilanjutkan kaki kiri. Dimana artinya adalah semoga kedua pengantin membawa berkah, rejeki dan kebahagian bagi yang punya rumah, sebab masyarakat percaya jika memijak pelepah pisang kedua pengantin akan membawa “hadinginon” penyejuk untuk yang punya rumah. Foto 16 pohon pisang yang ditanam di depan rumah Sumber : Peneliti

4.3.3 Lampu Teplok

Lampu teplok dalam adat Angkola digunakan pada adat marbagas yang dilaksanakan di rumah pengantin perempuan, ketika pengantin perempuan akan Universitas Sumatera Utara 85 meninggalkan rumah, rombongan akan membawa lampu teplok yang berukuran kecil dan dalam keadaan menyala, masyarakat percaya apabila lampu ini mati maka pernikahan mereka tidak akan langgeng tetapi apabila lampu teplok ini terus hidup sampai di rumah pengantin laki-laki maka pernikahan mereka akan langgeng.

4.3.4 Lembu

Lembu dalam adat Angkola tidak termasuk dalam upa-upa, tetapi lembu tetap digunakan di semua adat Angkola. Dalam adat Angkola lembu disebut juga juhut pardagingan daging perdagingan, dimana lembu digunakan sebagai perdagingan dalam adat Angkola, daging lembu akan dimasak dan dijadikan sebagai makanan bagi tamu yang datang. Sehari sebelum acara adat perkawinan dilaksanakan, orang tua pihak laki- laki sudah membeli seekor lembu. Kemudian pada pagi hari, lembu tersebut akan disembeli atau dipotong. Setelah selesai, kemudian mereka akan memotong- motong lembu tersebut, sebelumnya mereka sudah mengembangkan ambal yang berguna sebagai tempat daging lembu. Setelah selesai dipotong, kemudian daging tersebut akan dipotong dan diiris kecil-kecil. Daging ini biasanya dimasak soup, semur, anyang dan digulai. Yang mempunyai tugas ini adalah pihak anak boru dan pisang raut dari pengantin laki- laki, mereka yang bertugas mulai dari menyembelih sampai memotong-motong. Kebiasaan lainnya, daging lembu ini akan mereka panggang, kemudian mereka campurkan kecap asin, bawang merah dan cabai. Dan ini semua dilakukan pihak laki-laki. Universitas Sumatera Utara 86 Setelah selesai diiris-iris kecil, kemudian mereka akan memberikan kepada pihak perempuan untuk mencuci daging tersebut dan memasaknya. Sedangkan pihak laki-laki akan membantu mengambil kayu bakar. Daging lembu ini juga dimasak khusus untuk makanan para raja-raja, masyarakat biasa menyebutnya dengan “anyang babiat”. Anyang babiat dibuat tanpa di masak, daging lembu tersebut dicuci bersih kemudian ditambah garam dan jeruk nipis, kemudian ditunggu sampai bumbu meresap. Cara pemasakan ini sama dengan masakan khas batak Toba yaitu makanan naniura yang terbuat dari ikan yang mentah, yang menjadi perbedaannya hanya bahan utamanya saja.

4.3.5 Bendera