110
Semakin pesatnya perkembangan zaman juga berdampak kepada adat dan tata cara perkawinan etnis Angkola khususnya di Luat Halongonan. Ada beberapa
faktor-faktor tantangan kedepan terhadap adat dan tata cara perkawinan yaitu :
a. Faktor Sosial
Perkawinan menurut masyarakat Batak Toba merupakan sistem perkawinan yang bersifat Endogami. Perkawinan ini memiliki sebuah aturan dimana individu
menikah dengan pasangan yang berasal dari dalam kelompoknya atau yang berasal dari ras atau etnis dan agama yang sama Glen. Dalam Laswell Laswell,
1982. Menurut Cavalli Sforza dan Feldman suatu kelompok budaya dapat mewariskan ciri-ciri perilaku kepada generasi selanjutnya melalui mekanisme
belajar dan mengajar. Pewarisan budaya satu generasi ini diistilahkan oleh Cavalli Sforza dan Feldman sebagai Vertical Transmission atau transmisi tegak karena
melibatkan penurunan ciri-ciri budaya orang tua ke anak cucu, walaupun transmisi tegak merupakan satu penurunan budaya budaya, budaya masih
memiliki dua bentuk lagi yang berbeda yaitu transmisi mendatar dan transmisi miring.
Penyebab terjadinya perubahan dapat berasal dari luar masyarakat dari luar maupun dalam masyarakat tersebut dan tidak mungkin sesuatu berubah tanpa
sebab dan alasan. Akulturasi adalah suatu perubahan yang terjadi akibat kebudayaan luar yang sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur kebudayaan
tersebut melebar dan menyatu kedalam kebudayaan itu sendiri. Proses perubahan senantiasanya meliputi berbagai aspek kehidupan,
misalnya dalam praktek upacara perkawinan. Lubis 2005 : 155 mengatakan
Universitas Sumatera Utara
111
bahwa perkawinan merupakan suatu hal yang pokok dalam struktur sosial, sehingga setiap perubahan dalam praktek perkawinan menunjukkan bahwa
masyarakat itu sedang mengalami perubahan. Perubahan budaya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tidak terlepas dari faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan itu. Apabila diidentifikasikan banyak faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan itu, antara lain :
Faktor lingkungan Faktor waktu
Haviland 1993 : 251 dapat diambil kesimpulan bahwa kebudayaan itu berubah karena lingkungan telah berubah maka budaya yang bersifat adaptif
mungkin akan merubah pandangan tentang lingkungannya dan tentang tempatnya sendiri didalamnya. Faktor pendorong lainnya yang mengakibatkan terjadinya
perubahan menurut Robert M dan Charles H Page dalam Selo Sumardjan 1991 : 303 yaitu adanya suatu perubahan ideologi dasar suatu masyarakat misalnya
dalam agama atau konsep dalam negara atau perubahan orientasi dari masa lampau ke masa depan sehingga menimbulkan kekuatan-kekuatan yang
menyebabkan timbulnya perubahan sosial. Sumber-sumber pokok dari perubahan dan perkembangan sosial terletak dalam lingkungan biologi, teknologi
masyarakat. Perubahan dan perkembangan sosial ini akan mendorong perubahan kebudayaan.
Tetapi masa sekarang ini manusia yang akan melakukan rangkaian kegiatan terlebih dahulu memperhitungkan waktu yang akan dipergunakan dan sekaligus
menganalisis kegiatan tersebut dari segi manfaat dan kegunaannya. Apabila
Universitas Sumatera Utara
112
manfaatnya kurang dirasakan maka perlu dilakukan secara efektif dan efisien, karena kehidupan manusia itu tidak seluruhnya tergantung dari adat istiadat.
Selain itu pola pikir yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut merupakan kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat.
Soekanto 2001 : 177 menjelaskan bahwa manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesama dan akhirnya menghasilkan interaksi dari
pola tingkah laku yaitu pola kebudayaan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat di Luat Halongonan
tidak begitu mengikuti adat perkawinan, dimana salah satunya adalah Faktor lingkungan dan waktu dimana sekarang masyarakat lebih suka berladang dan
bertani, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk menyekolahkan anaknya, dimana pada saat ini, para orang tua berlomba-lomba untuk menyekolahkan
anaknya ke kota, demi menaikkan harkat dan martabat keluarganya. Sehingga anak-anak yang sekolah ke kota akan lambat laun melupakan adat istiadatnya dan
menggunakan budaya kota. Selain itu, masyarakat di Luat Halongonan juga tidak lagi mengamalkan
makna-makna yang terkandung dalam adat istiadat seperti dalam adat perkawinan, masyarakat tidak sepenuhnya berada dalam acara tersebut, mereka malah asyik
berkumpul-kumpul di warung-warung yang terdapat di sekitar acara pesta tersebut Menurut Sutan Nalobi selaku Panusunan Bulung salah satu yang menjadi
alasan masyarakat tidak begitu mengikuti adat istiadat seperti adat perkawinan adalah masyarakat sudah lupa dan tidak menghayati makna-makna filosofis yang
terkandung didalam adat perkawinan, sehingga masyarakat tidak menganggap
Universitas Sumatera Utara
113
adat istiadat tersebut menjadi prioritas lagi, mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka. Dapat kita lihat pada sekarang, masyarakat lebih suka mengadakan pesta
pernikahan anak-anaknya dalam satu hari pesta haroan, dimana adat perkawinan yang sebelumnya acara adat perkawinan tiga hari tiga malam, tetapi sekarang
masyarakat tidak memakainya lagi, seluruh prosesi yang dilaksanakan selama tiga hari tiga malam berubah menjadi pesta perkawinan satu hari saja, dimana
konsekuensi dari hal tersebut adalah sebagian ritual atau makna-makna yang terkandung akan hilang sebagian.
b. Faktor Agama