74
menyalami seluruh yang duduk. Setelah selesai, kemudian pengantin akan dibawa masuk ke rumah pengantin laki-laki.
4.2.4 Prosesi Upa-upa
Upa-upa atau pangupa adalah beberapa jenis bahan makanan tertentu dengan kelengkapannya yang masing-masing mengandung makna simbolik
dahulu dipandang mengandung kekuatan magis dan khusus dipersembahkan kepada satu orang tertentu atau lebih melalui upacara adat ritus yang dinamakan
pangupa. Pada waktu mempersembahkannya, upa-upa atau pengupa diletakkan diatas satu wadah khas dan penyampaiannya kepada orang yang bersangkutan
diantar atau disertai dengan pidato adat yang diucapkan oleh para kerabat dan orang-orang tertentu. Dalam hal ini, upa-upa atau pangupa dipandang berfungsi
sebagai parhitean ni sinta-sinta titian bagi doa. Di zaman dulu, ritual mangupa erat kaitannya dengan religi kuno sipelebegu
yang dianut oleh nenek moyang orang Batak pada masa itu. Sejak agama masuk dan dianut oleh umumnya Orang Angkola, pelaksanaan acara tradisi mangupa
mengacu kepada ajaran agama Islam di samping ajaran adat. Kata-kata nasihat dalam acara mangupa pun disampaikan sesuai dengan norma-norma agama Islam.
Upacara adat mangupa atau mangupa tondi dohot badan dilaksanakan untuk memulihkan atau menguatkan semangat spirit serta badan. Bahan untuk
mangupa dinamakan pangupa yang berupa hidangan yang porsinya bervariasi sesuai dengan jumlah hadirin atau undangan. Pangupa yang terkecil terdiri atas
telur kampung, garam dan nasi yang dilaksanakan ala kadarnya oleh halak sabagas orang satu rumah. Pangupa yang sedang adalah pengupa manuk
Universitas Sumatera Utara
75
pangupa ayam, pangupa yang besar adalah pangupa hambeng pangupa kambing, dan pangupa yang terbesar adalah pangupa horbo pangupa kerbau.
Foto 13 Horbo kerbau yang akan dijadikan upa-upa Sumber : Peneliti
Secara simbolik bahan yang terkandung dalam pangupa seperti telur bulat yang terdiri atas kuning telur dan putih telur mencerminkan “kebulatan”
keutuhan tondi dan badan. Upacara mangupa dilaksanakan supaya “horas tondi
madingin pir tondi matogu ” yang bermakna “selamatlah tondi dalam keadaan
dinginsejuknyaman, keraslah tondi semakin teguh bersatu dengan badan ”
sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan yang dijalani. Upacara mangupa juga melibatkan Dalihan Na Tolu, disamping Dalihan Na
Tolu upacara mangupa yang sedang dan besar juga melibatkan unsur lain, yaitu Hatobangon orang yang dituakan dari tetangga sekampung dan raja panusunan
bulung pengayom suatu Dalihan Na Tolu tertentu yang bertindak sebagai pemimpin upacarapenyimpul.
Begitu juga pada pelaksanaan pernikahan, dimana pihak pengantin laki-laki sudah menyiapkan seekor kerbau, dimana nantinya akan digunakan sebagai bahan
Universitas Sumatera Utara
76
upacara mangupa. Prosesi ini saling berkaitan satu dengan yang lain sehingga sebelum dilaksanakan upacara mangupa, kedua pengantin terlebih dahulu
mengikuti prosesi adat tapian raya bangunannacar Dalam kenyataannya upa-upa ini ada beberapa macam yaitu, Pira Ni
Manuk telur ayam, garam, nasi, manuk ayam, hambeng kambing, dan Horbo kerbau, tergantung kemampuan mereka, tetapi jika mereka memilih, telur ayam,
ayam, kambing mereka tidak bisa mengundang raja-raja untuk menghadiri acara upa-upa, tetapi jika mereka sanggup memotong kerbau mereka berhak memanggil
raja-raja untuk menghadiri acara upa-upa. Kedua pengantin akan didudukkan di atas tikar nadihamdi, didepan mereka
sudah tersedia balai nasi, itak godang dan kepala kerbau, dimana yang membuat balai nasi ini adalah Naposo Bulung dan Nauli Bulung muda-mudi, alasan
kenapa mereka yang membuatnya karena ini merupakan perpisahan terakhir terhadap temannya yang akan melanjutkan kehidupan berumah tangga.
Foto 14 balai nasi Sumber : Peneliti
Universitas Sumatera Utara
77
Naposo bulung dan Nauli bulung akan membuat kenang-kenangan mereka selama masih remaja, mereka akan membuat hiasan-hiasan yang mengingatkan
pada masa-masa mereka bermain seperti gambar bunga dan burung yang diukir. Didalam balai nasi ini terdapat sebatang pohon pisang, dan akan dihiasi dengan
pelepah kelapa, disampingnya telur, ayam, sipulut yang di pohul digenggam yang berwarna warni dan dilapisi dengan abit godang. Setelah masuk ke dalam
rumah, semua yang hadir akan duduk melingkar, ditengah-tengah dari juluan duduklah kedua pengantin, sebelah kanan mereka duduk kaum ibu dari ahli bait
dan sebelah kiri mereka duduk kaum ibu barisan anak boru, hatobangon dan bersama harajaon dengan maksud mangupah upah-upah berikutnya.
Selama pengantin berada di Tapian Raya Bangunan, petugas upah-upah telah pula menyiapkannya sehingga begitu pengantin sampai di rumah acara
upah-upah segera dapat dilaksanakan. Di depan kedua pengantin akan tersedia balai nasi, itak godang, kepala kerbau dan nasi yang berisi ayam, hati ayam, dan
ditengah-tengah hati ayam dibuat garam yang diletakkan di atas daun pisang. Kemudian ibu dari pengantin laki-laki yang pertama mandokkon hata
mengatakan kata kemudian dilanjutkan kahanggi, anak boru, pisang raut dan yang terakhir moranya, setelah selesai kemudian dilanjutkan orang tua laki-laki
dari pengantin laki-laki yang mandokkon hata mengatakan kata baru dilanjutkan kahanggi, anak boru, pisang raut, mora dan yang terakhir dari raja-raja dan
hatobangon. Setelah selesai mandokkon hata mengatakan kata kemudian raja- raja dan hatobangon akan mempersilahkan kedua pengantin untuk mencicipi upa-
upa berupa hati ayam dan garam. maksud dan tujuan dari mencicipi tersebut adalah dimana garam diumpamakan sebagai yang mardai berasa rasa garam
Universitas Sumatera Utara
78
diumpamakan sebagai hal-hal yang pahit dalam berumah tangga, hati ayam diumpamakan sebagai yang manis-manis dalam berumah tangga dan garam
diumpamakan sebagai hal yang pahit dalam rumah tangga, sehingga nantinya kedua pengantin akan dapat membedakan mana yang pahit dan manis dan dapat
memilihnya dengan bijak. Setelah kedua pengantin selesai mencicipinya kemudian kedua pengantin akan mambalos hata membalas kata biasanya kedua
pengantin akan mengucapkan ucapan terima kasih atas doa dan nasehat- nasehatnya.
Anak boru yang bertugas membawakan acara, demi suksesnya acara upah- upah ini, semua yang memberikan kata-kata nasehat selalu diiringi umpama-
umpama dan pantun-pantun yang enak didengar sehubungan dengan upah-upah itu.
“terimalah tulang siri ini, terimalah tulang burangir sirara huduk sibontar adop-
adop sataon sora malos” sirih kami suguhkan pada saat naiknya matahari di pagi ini, mudah-mudahan bertambah tuah kalian, mudah rezeki dan hendaknya
selalu mendapat lindungan dari Yang Maha Kuasa. Pagi ini kalian di upah-upah melaksanakan apa yang terniat dalam hati kami, karena senangnya hati maka niat
yang sudah begitu lama itu dilaksanakan pada hari ini, jadi sekarang yang menyampaikan kata upa-upa adalah Suhut Habolonan dalam hal ini Ibu Kandung
pengantin laki-laki. Menurut Sutan Nalobi biasanya yang mereka ucapkan adalah “ baen madung mulak hamu amang sian tapian raya bangunan mudah-mudahan
nian mayup ma haposoan dohot habujingon, tua doma amang dohot rasoki dohot martua hamu, baen on ma amang dapotan anak ni horbo pangalo-alo ni tondi
dohot badan mu horas hamu amang parumaen panjang umur muyu dohot rondah rasoki muyu, holong roha muyu diau da amang parumaen karena sudah pulang
Universitas Sumatera Utara
79
kalian dari tapian raya bangunan, mudah-mudahan maroban dame hamu amang inang”.
Foto 15 Mandokkon hata menyampaikan kata kepada kedua pengantin Sumber : peneliti
Adapun isi dari balai nasi adalah sipulut yang pohul digenggam dan diberi warna, warna yang biasanya adalah merah, kuning, putih, telur, daging
tabur-tabur, garam Adapun makna yang terkandung didalamnya adalah sipulut yang di pohul
digenggam adapun maksudnya sipulut yang di pohul digenggam adalah di ibaratkan kehidupan rumah tangga mereka mereka selalu tetap kuat dan bersatu,
sebab jika sipulut ini tidak di pohul digenggam dan dibiarkan berserakan ditakutkan kehidupan berumah tangga mereka juga akan sama, tetapi jika sipulut
ini di pohul digenggam maka dipercaya kehidupan rumah tangga mereka akan bersatu dan kuat seperti sipulut yang di pohul digenggam, maksud dari
warnanya adalah dalam paradaton ini adalah Dalihan Na Tolu maksudnya sudah ikut serta Dalihan Na Tolu dikampung tersebut membesar-besarkan acara
pernikahan tersebut sehingga sukses dan berjalan lancar.
Universitas Sumatera Utara
80
Tolor telur disebut juga tolor nadihobolan dimana maksudnya supaya kebal dan kuat tondi rap kesehatan kedua pengantin telur yang digunakan adalah
telur yang sudah matang. Daging tabur-tabur maksudnya martabur do koum di jae rap dijulu bertabur saudara-saudara di kiri dan kanan .
Kepala kerbau diletakkan di diatas anduri dilapisi bulung ujung daun ujung yang terbuat dari daun pisang, maksud dari bulung ujung yaitu bulung
ujung mamarujung si ulaihon i tunapade diharapkan kedua pengantin mempunyai ujung kehidupan yang baik, anduri agar kedua pengantin yang
diupah-upah aso malo mamisahkon napade rap nasopade agar dapat memisahkan yang baik-baik dan yang tidak baik. Dalam upa-upa ini tidak
diletakkan Abit Godang, sebab Abit Godang diparundung-undung di las ni ari, dipargobak-gobak di ngali ni ari, maksudnya adalah abit godang sudah dipakai
dalam manortor sehingga ketika mangupa-upa tidak diikutkan. Itak godang ini terdiri dari dua, yaitu itak godang daboru perempuan dan
itak godang laklai laki-laki, dimana jika itak godang laki-laki terdapat dua telur di dalamnya sedangkan itak godang perempuan terdapat satu telur didalamnya,
dari bentuk juga berbeda, itak godang perempuan lebih kecil dibandingkan itak godang laki-laki.
Itak daboru perempuan disebut juga nadipardila horbo dan itak godang laklai laki-laki disebut marbulan tula, disini tujuan kedua itak godang ini sama,
jika adat mengatakan tappal mar sipagodangan udut marsipaginjangan saling sanjung-sanjungan, saling membantu.
Universitas Sumatera Utara
81
Selain itu, disekitar upa-upa atau pangupa juga diletakkan yang lainnya, seperti itak ratusan itak ratusan dimana lebih kecil dibanding dengan itak
godang, dimana maksud dari itak ratusan ini adalah, memberitahukan kepada pengantin perempuan bahwa saudara-saudara kita ratusan banyak, kita banyak
sekeluarga, selain itak ratusan juga terdapat simanis wajit dimana maksudnya diharapkan nantinya perkataan-perkataan yang keluar dari mulut kedua pengantin
manis-manis, dan perilaku mereka juga manis, selain itu juga terdapat sasagun, dimana maksudnya tidak boleh ribut, ketika ada masalah mereka akan diam.
Juga terdapat peti-peti, dimana maksudnya momosan ni dong sippanan na soada artinya ketika ada masalah tidak boleh langsung diberitahukan kepada
orang lain, harus disimpan dulu dalam hati, peti-peti ini diibaratkan hati, jadi ketika ada masalah, masalah tersebut akan disimpan di dalam peti-peti tersebut.
kemudian pakean sasalin pakaian satu stel artinya salin sian halak nadua tolu, dalam berpakaian di dalam masyarakat tidak beda dengan orang lain, jangan beda
sendiri berpakaiannya, anggiat mardakka mardupang maranak marboru. Piso panyahatan pisau panyahatan dimana maksudnya piso pisau dibalut
dengan paco-paco berwarna kuning, manyorahon sahat mara maksudnya menyerahkan tanggung jawab pengantin perempuan dari ibunya ke ibu pengantin
laki-laki, sehingga tidak ada tanggung jawab ibu dari pengantin perempuan terhadap anaknya seperti kebutuhan sehari hari dan materi. Biasa ini dilakukan
Hatobangon Huta desa. Abit godang undung-undung di las ni ari gobak-gobak di ngalian ari maksudnya abit godang digunakan ketika ada pesta adat
berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
82
4.3 Peralatan dan Perlengkapan 4.3.1 Mas Kawin