Akad Nikah Paturunkon Boru

46 Kemudian rombongan yang datang menerima semua persyaratan tersebut dan menyatakan meminta waktu untuk memenuhi seluruh persyaratan. Kemudian burangir disurduhon kembali dan makkobar boru dilanjutkan kembali. Pada kesempatan ini pihak dari pengantin laki-laki meminta untuk meminjam senjata kepada harajaon. Setelah harajaon memberikan kemudian senjata itu diserahkan kepada harajaon dengan posisi gagangnya ke arah harajaon dan mata senjatanya menghadap yang datang, maksudnya sebagai tanda menyerah atau tunduk sambil menyerahkan persyaratan-persyaratan yang dapat dipenuhi misalnya parsili pamatang uang 20 juta dan parbajuon 50 buah dan pago-pago adat yang lain tidak ada yang cukup dan menyatakan bahwa sejumlah inilah yang dapat dipenuhi sementara ini dan kekurangannya dapat ditambah di kemudian hari. Biasanya seluruh peserta makkobar boru dari calon pengantin perempuan menyatakan tidak terima dengan sedikitnya jumlah yang diserahkan tetapi keputusannya diserahkan sepenuhnya kepada Panusunan Bulung. Apabila Panusunan Bulung menerima maka kami semua juga menerima. Pada akhirnya harajaonhatobangon melalui Panusunan Bulung menyatakan bahwa „unduk-unduk di toru bulu halak na tunduk inda tola dibunu‟ artinya orang yang sudah menyerah tidak boleh lagi dihukum dan persembahanpun diterima. Selesailah makkobar boru dan sahlah perkawinan menurut adat.

3.2.4 Akad Nikah

Akad nikah adalah ijab daripada pihak wali perempuan atau wakilnya dan qabul dari pihak calon suami atau wakilnya. Akad nikah merupakan syarat wajib Universitas Sumatera Utara 47 dalam proses atau upacara perkawinan menurut Islam. Akad nikah boleh dijalankan oleh wali atau diwakilkan kepada seorang juru nikah. Setelah selesai acara adat makkobar boru acara dilanjutkan dengan Akad Nikah untuk meresmikan pernikahan mereka menurut Agama. Acara ini biasanya dilaksanakan pada pagi harinya, prosesi akad nikah mulai dipersiapkan, tikar hambi 19 yang terdiri dari tiga lapis akan dikembangkan di depan tuan kali dan akan diduduki oleh calon pengantin laki-laki. Bahasa yang digunakan dalam akad nikah dilihat dari kondisi, apabila calon pengantin laki-laki fasih berbahasa Angkola maka akan dilaksanakan dengan bahasa Angkola tetapi bila calon pengantin laki-laki tidak bisa berbahasa Angkola maka dilaksanakan menggunakan bahasa Indonesia. Dibelakang calon pengantin laki-laki akan duduk calon pengantin perempuan, setelah akad nikah selesai dilaksanakan maka kedua pengantin akan didudukkan bersampingan, kemudian tetua adat kampung akan memberikan wajangan-wejangan atau nasehat-nasehat kepada kedua pengantin. Setelah selesai kedua pengantin akan menyelesaikan seluruh berkas-berkas. Foto 3 Prosesi Akad Nikah Sumber : Peneliti Universitas Sumatera Utara 48 Dengan selesainya Ijab Qabul maka kedua pengantin sah sebagai pasangan suami istri menurut Agama.

3.2.5 Paturunkon Boru

Dalam adat ini kedua pengantin akan di upa-upa oleh orang tua perempuan, seluruh sanak saudara diundang kemudian diadakan pesta. Semua yang diberikan Parbajuon, upa tulang, upa parorot dan lain-lain datang dengan membawa pemberian atau kado kepada kedua pengantin. Upa-upa yang digunakan biasanya seekor kambing Foto 4 Pengantin Sedang Mencicipi Upa-upa Sumber : peneliti Di depan kedua pengantin akan diletakkan talam dimana di atas talam tersebut ada nasi pulut yang beraneka warna cerah yang melambangkan keceriaan, kemudian kepala kambing yang sudah dimasak, dimana usus kambing tersebut dililitkan di kepala kambing tersebut, dan telur diletakkan di pinggir-pinggir, kemudian di tengah-tengahnya diletakkan telur, hati kambing dan garam, untuk garam diletakkan di atas daun pisang. Universitas Sumatera Utara 49

3.2.6 Martulak Barang