113
adat istiadat tersebut menjadi prioritas lagi, mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka. Dapat kita lihat pada sekarang, masyarakat lebih suka mengadakan pesta
pernikahan anak-anaknya dalam satu hari pesta haroan, dimana adat perkawinan yang sebelumnya acara adat perkawinan tiga hari tiga malam, tetapi sekarang
masyarakat tidak memakainya lagi, seluruh prosesi yang dilaksanakan selama tiga hari tiga malam berubah menjadi pesta perkawinan satu hari saja, dimana
konsekuensi dari hal tersebut adalah sebagian ritual atau makna-makna yang terkandung akan hilang sebagian.
b. Faktor Agama
Agama atau religion sebagai suatu sistem terdiri dari konsep-konsep yang dipercaya dan menjadi keyakinan secara mutlak suatu umat, merupakan cipta
Illahi yang menggetarkan jiwa manusia. Jiwa manusia yang paling dekat dengan getaran Illahi adalah rasa yang melahirkan kebahagiaan batiniah. Oleh karena itu,
cara menjalankannya adalah aktivitas kebudayaan spiritual. Masyarakat Angkola sejak dahulu mempunyai kepercayaan yang diperoleh
dari Nenek Moyang. Suatu kepercayaan yang disebut Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh-roh halus, persembahan terhadap kayu-kayu besar,
batu-batu besar dan tempat-tempat yang dianggap angker yang dianggap mempunyai kekuatan gaibmagic. Kemudian kepercayaan ini ada yang berbentuk
keagamaan yang disebut Parbegu, dan ada berdasarkan atas kesaktian yang dibawakan seseorang.
Tetapi pada zaman sekarang, masyarakat sudah mengalami perubahan dan atas pengaruh dunia luar dan kemajuan teknologi, masyarakat mulai
meninggalkan adat istiadat tersebut, tetapi mereka modifikasi dengan
Universitas Sumatera Utara
114
mencampurnya dengan
ajaran agama
yang mereka
anut .
Pada masyarakat Luat Halongonan kemudian membentuk suatu lembaga adat dan budaya diharapkan agama dan kebudayaan akan bergandengan sama, sebab
pada zaman dahulu, budaya dan agama tidak berjalan dengan selaras, hal itu dapat kita lihat pada adat istiadat perkawinan, ketika adzan berkumandang, prosesi adat
perkawinan terus berjalan bahkan ketika adzan berkumandang gendang musik yang mengiringi manortor tetap berjalan, orang-orang yang terlibat di dalamnya
akan terus manortor dan raja-raja tetap berada di kursi yang disediakan, sehingga bisa dikatakan, orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak akan melaksanakan
sholat, mereka semua akan meninggalkan sholat. Selain itu, setiap adat pernikahan selalu di identik dengan minuman tuak. Sebab acara perkawinan
zaman dahulu dilaksanakan tiga hari tiga malam tanpa berhenti sehingga tuak digunakan untuk orang-orang yang terlibat tetap segar.
Menurut Tongku Mukmin selaku Ketua Lembaga adat dan budaya, mereka telah bertemu dengan MUI Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Padang Lawas
Utara, untuk membahas jalan keluar agar adat istiadat khususnya adat perkawinan dapat berjalan tetapi tidak mengganggu Agama, dimana salah satu keputusannya
adalah ketika tiba Sholat prosesi adat perkawinan berhenti sejenak dan ketika waktu sholat selesai, adat perkawinan kembali dilanjutkan sehingga agama dan
adat perkawinan atau adat lainnya dapat berjalan berbarengan sehingga tidak ada gesekan yang terjadi di masyarakat.
c. Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu