37
BAB III TAHAPAN ADAT PERKAWINAN
3.1 Tata Cara Perkawinan
Dalam adat Orang Angkola tata cara perkawinan ada tiga macam, yaitu
3.1.1 Dipabuat Perjodohan
Dipabuat perjodohan adalah ikatan pernikahan yang mendapat persetujuan dari orang tua dan keluarga kedua belah pihak, baik pihak calon pengantin
perempuan maupun calon pengantin laki-laki. Prosesi perkawinan dengan cara ini bisanya didahului dengan manyapai boru, martahi, makkobar adat, kemudian
akad nikah dan martulak barang. Umumnya cara perkawinan seperti ini biayanya relatif lebih mahal. Perjodohan berbeda dalam sifat dan lama waktu dalam tahap
perkenalan pertama dan pertunangan. Dalam sebuah perjodohan yang hanya “sebatas perkenalan” atau juga disebut pernikahan semi-perjodohan atau
pernikahan yang dibantu. Saat itu, terserah kepada kedua individu yang terlibat untuk mengembangkan hubungan dan membuat pilihan akhir. Tidak ada jangka
waktu yang ditetapkan. Pada Masyarakat Orang Angkola dahulu kala mengenal sistem perjodohan,
dimana anak-anak perempuannya akan dijodohkan dengan anak namboru. Dahulu jika seorang ingin manyapai boru, orang tua calon pengantin laki-laki akan
membawa pihak Kahanggi, anak boru dan Pisang Raut untuk ikut rombongan ke rumah orang tua calon pengantin perempuan. Mereka akan meminta kepada orang
Universitas Sumatera Utara
38
tua calon pengantin perempuan untuk menerima lamaran yang disampaikan. Apabila lamaran diterima, pihak calon pengantin perempuan akan memberikan
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Pihak calon pengantin laki-laki akan meminta ijin pulang untuk melengkapi syarat-syarat yang diminta. Kemudian dibuatlah
Martahi musyawarah di rumahnya yang dihadiri oleh pihak Kahanggi, Anak boru, Pisang Raut dan juga Mora, untuk memberitahukan maksud dan tujuan,
serta memusyawarahkan bagaimana caranya untuk melengkapi syarat-syarat yang diminta oleh pihak calon pengantin perempuan yang biasanya berupa uang dan
kain sarung parbajuon. Setelah persyaratan tadi terpenuhi, pihak orang tua calon pengantin laki-laki yaitu Kahanggi, Anak boru, dan Pisang Raut, juga Mora dan
Hatobangon, berangkat kembali ke rumah orang tua calon pengantin perempuan untuk melaksanakan Makkobar Boru. Makkobar Boru adalah suatu acara yang
diselenggarakan oleh orangtua calon pengantin perempuan yang dihadiri oleh HarajaonHatobangon, Kahanggi, Anak boru, Pisang Raut, umumnya semua
unsur yang ada di desa tersebut. Makkobar Boru inilah acara untuk mensyahkan perkawinan secara adat. Secara garis besar dalam acara Makkobar Boru ini, pihak
calon pengantin laki-laki akan memberitahukan kepada HarajaonHatobangon, bahwa mereka sudah membuat acara martahi Luat, untuk menggalang dana, dan
yang kami dapat dari martahi musyawarah tersebut hanya inilah yang dapat kami persembahkan. Kemudian HarajaonHatobangon akan memusyawarahkan
dengan seluruh peserta Makkobar Boru apakah persembahan pihak calon pengantin laki-laki ini sudah dapat diterima atau tidak. Jika persyaratan tersebut
memenuhi menurut mereka maka perkawinan tersebut dapat dilaksanakan, tetapi jika persyaratan tersebut masih kurang menurut mereka maka perkawinan tersebut
Universitas Sumatera Utara
39
belum dapat dilaksanakan. Yang perlu diketahui bahwa kedua calon pengantin tersebut belum tentu saling kenal atau mungkin belum pernah bertemu sama
sekali.
3.1.2 Marlojong atau Kawin Lari