68
Setiap paronang-onang terlebih dahulu harus mengetahui maksud dan tujuan pelaksanaan upacara tersebut, selain itu paronang-onang harus tahu kepada
siapa nyanyian itu ditujukan agar paronang-onang dapat menyesuaikan isi dan syair lagu yang akan dinyanyikan. Misalnya gondang pertama adalah gondang
Suhut Sihabolonan, maka paronang-onang harus menyesuaikan isi onang-onang tersebut sesuai dengan latar belakang Suhut Sihabolonan tersebut. oleh sebab itu
syair onang-onang tidak mempunyai teks yang pasti, melainkan diciptakan oleh paronang-onang secara spontan. Semua syair-syairnya hampir semua diciptakan
dalam bentuk pantun. Dimana ketika waktu senggang para pargondang akan membawakan lagu-
lagu senang, dimana manfaatnya membuat orang-orang yang berada di galanggang akan tersenyum dan membuat rasa capek berkurang.
4.2.3 Prosesi Tapian Raya Bangunan
Menurut Sutan Nalobi, asal-usul dari tapian raya bangunan adalah pada zaman dahulu ketika masih masa kerajaan-kerajaan, ketika ada orang kaya
berselisih dengan Raja, ketika si orang kaya ini ingin membuat acara horja pesta, si Raja ini tidak mengijinkan si orang kaya ini menggunakan tanah dan air
sungainya. Sebab zaman dahulu marpangir dilakukan langsung di sungai dan setelah kedua pengantin selesai marpangir kedua pengantin akan langsung mandi.
Orang kaya ini kemudian bingung bagaimana membuat horja ini tanpa menyentuh tanah dan sungai, akhirnya ia menemukan ide. Galanggang acara ia tutupi dengan
terpal, sehingga kaki tidak menyentuh tanah langsung, ketika ingin menyembelih hewan, ia juga membuat bale-bale
32
dan dilapisi terpal, dan ketika ingin
Universitas Sumatera Utara
69
marpangir ia kembali bingung, bagaimana caranya tanpa menyentuh tanah dan air, akhirnya ia mempunyai ide, ia kemudian membuat suatu bangunan yang
mempunyai tangga dan dihiasi mewah, akhirnya tempat ini dijadikan tempat marpangir, dalam acara horja ini juga dihadiri Sang Raja, Sang Raja yang melihat
bangunan tersebut terpukau dan akhirnya ketika anak raja ini menikah, ia pun membuat bangunan yang sama, tetapi lebih banyak tangganya dan lebih mewah.
Dan mulai saat itu, tapian raya bangunan tidak dilaksanakan di sungai, dan dilaksanakan di atas bangunan
Tapian Raya Bangunan sebuah bangunan yang terbuat dari kayu yang dibangun sedemikian rupa sehingga menyerupai pondok, terdiri dari 7 tujuh
anak tangga, biasa anak tangga ini terbuat dari papan, kemudian atap bangunan tersebut terbuat dari kain dan dihiasi dengan pelepah pohon kelapa dan kasur
sebagai tempat duduk pengantin. Sebelum kedua pengantin berangkat, terlebih dahulu pengantin manortor,
dimana kedua pengantin manortor menghadap raja-raja, orang tua, saudara- saudara dan kembali menghadap raja-raja, baru kedua pengantin dibawa ke tapian
raya bangunan, dimana pengantin laki-laki berada di depan dan pengantin perempuan berada di belakang. Dibelakang pengantin juga ikut serta kaum ibu
yang menggendong anak dari pihak suhut dan anakboru. Dikiri dan kanan kedua pengantin, berjalan pihak anak boru dengan senjata pedang siap di tangan.
Mereka berjalan sambil memain-mainkan pedangnya. Selama berjalan menuju tapian raya bangunan dan musik gondang tetap dimainkan.
Universitas Sumatera Utara
70
Foto 10 pengantin diiringi ke tapian raya bangunan Sumber : Peneliti
Sebelum kedua pengantin menaiki tangga, terlebih dahulu menyelesaikan adat yaitu ulu balang pihak dari pengantin harus mengalahkan ulubalang atau
penjaga tapian raya bangunan dengan berbalas pantun dan ditutup dengan marmoncak silat, apabila ulu balang dari pihak pengantin berhasil menang,
maka kedua mempelai akan dipersilahkan menaiki anak tangga tapian raya bangunan.
Adapun asal usul dari marmoncak menurut Sutan Nalobi adalah ketika zaman dahulu pernikahan sangat sulit dilaksanankan, sebab pengantin dipilih dan harus
dari Boru Ni Namora, arti dari Boru Na Mora adalah perempuan yang terpelihara, sebab orang dulu percaya, jika seseorang tidak Boru Na Mora, maka
ia tidak berhak untuk dinikahi. Sebab di acara pernikahan orang Angkola terdapat dua cara pernikahan yaitu ditanya Boru Tulang setuju, tetapi tidak
disetujui oleh orang tua perempuan, yang kedua, sang perempuan setuju dan kedua orang tuanya juga setuju tetapi sang perempuan dilarikan oleh pria lain. Di
zaman dahulu orang tersebut dapat dituntut, tidak ada rasa kasihan, makanya pada zaman dahulu sering terjadi perang antar kampung karena hal ini. Makanya
Universitas Sumatera Utara
71
ketika diketahui akan datang seorang pria yang akan membawa pergi sang perempuan, ulubalang Raja dan ulubalang Suhut akan mempertahankan sang
perempuan agar tidak dibawa oleh lelaki tersebut, suhut ini rela berkorban nyawa demi perempuan ini tidak dibawa pergi, dari kejadian tersebut, lambat laun setiap
ada acara tapian raya bangunan selalu dibawakan marmoncak, tetapi makna dan artinya juga berbeda hiburan pada zaman sekarang.
Pihak harajaon telah menunggu kedatangan pengantin bersama rombongan di tapian raya bangunan, mereka telah siap menepungtawari kedua pengantin.
Begitu pengantin tiba, harajaon berkata “ jadi semua anak raja, gadis namora
yang datang ke tapian raya bangunan ini, menurut adat kita, kalian harus ditepungtawari dipangir baru nanti diupah-
upah”.
Foto 11 harajaon menunggu kedua pengantin di tapian raya bangunan Sumber : Peneliti
Universitas Sumatera Utara
72
Disini kalian harus dipispis sebelah kiri, berarti membuang yang tidak baik dan kalau dipispis sebelah kanan berarti meminta hal-hal yang baik. mudah-
mudahan Tuhan kita memberkati kita semua serta diberikan kesehatan. Sekarang kalian saya pispis, hanyutlah yang tidak baik, kemudian kalian saya pispis dari
sebelah kanan, mudah-mudahan menerimalah tondi kalian mulai dari sekarang sampai yang akan datang, Horas...Horas....Horas....
Foto 12 prosesi Marpangir tepung tawar Sumber : Peneliti
Sebelum acara marpangir menepung tawari terlebih dahulu raja-raja akan mengumumkan nama gelaran raja kedua pengantin tersebut dan diucapkan
sebanyak tiga kali dan setiap akhir ucapan akan dipukul gong pertanda bahwa nama tersebut resmi dan ditutup dengan kata
“horas” sebanyak tujuh kali.
Kemudian kedua pengantin akan dipangir ditepung tawari dengan air tujuh rupa, yang mempunyai simbol untuk menghilangkan hal-hal yang negatif,
adapun urutan yaitu dimulai dari orang tua pengantin lelaki, kemudian dilanjutkan Suhut, Anak boru, pisang raut, Mora dan yang terakhir adalah raja-raja dan
Hatobangon.
Universitas Sumatera Utara
73
Dimana pangir ini dibuat oleh Raja, setelah pangir ini selesai dan semua pulungannya sudah terkumpul semua, pangir ini kemudian akan dicampi-campi
diberi mantra-mantra oleh raja. Dimana maksud dari campi-campi ini adalah untuk kedua pengantin akan meninggalkan masa remaja mereka dan akan ke masa
berkeluarga dimana diharapkan setiap tindakan mereka nanti selalu dipikirkan dan sudah tidak berpikiran seperti anak-anak. Sebab jika pikiran mereka masih seperti
anak-anak maka dapat dipastikan mereka akan melarat dan tidak bertahan lama dalam berumah tangga.
Adapun tujuan dari Tapian Raya Bangunan adalah untuk membuang atau menghanyutkan hal-hal yang tidak baik, setelah kalian dimandikan nanti, mudah-
mudahan membawa keselamatanlah kalian ke rumah ini. Kemudian setelah kalian pulang dari Tapian Raya Bangunan nanti, akan diberi upah-upah lagi dengan
maksud mangupah semangat dan badan, karena itu sehat-sehatlah sampai di rumah.
Selanjutnya mereka pulang ke rumah, bagaimana ketika berangkat begitu juga ketika pulang, kedua pengantin dikawal anak boru lengkap dengan senjata di
tangan, tetapi ketika pulang posisi kedua pengantin berubah, dimana pengantin perempuan berada di depan dan pengantin laki-laki berada di belakang. Pengantin
akan diiringi dengan manortor di depan mereka, mereka yang manortor adalah dari ahli bait dengan cara mundur maju sampai ke galanggang acara. Setelah itu,
kedua pengantin berdiri di tengah gelanggang dan manortor tujuh kali putar dengan harapan tujuh keturunan tidak mendapat marabahaya. Setelah selesai
manortor, pihak mora, kahanggi, anak boru, orang tua dan saudara dari pihak laki-laki akan duduk memanjang ke samping, kedua pengantin akan dituntun, dan
Universitas Sumatera Utara
74
menyalami seluruh yang duduk. Setelah selesai, kemudian pengantin akan dibawa masuk ke rumah pengantin laki-laki.
4.2.4 Prosesi Upa-upa