Modus pengaruh cuaca dan iklim terhadap perikanan

8. 1. Modus pengaruh cuaca dan iklim terhadap perikanan

Evaluasi dari pengaruh perubahan cuaca dan iklim terhadap perikanan memerlukan pemahaman proses fisis dibalik pengaruh tersebut. Pengaruh terbesar dari cuaca dan iklim terjadi pada permukaan laut dimana interaksi antara atmosfer dan laut terjadi. Pengaruh cuaca akan berhubungan dengan perilaku penangkapan yaitu nelayan dan kapal tangkap, perilaku ikan yaitu dari perubahan yang terjadi di laut.

Pengaruh cuaca dapat terjadi untuk masalah keamanan nelayan dan kondisi ikan di laut. Sebagai contoh kejadian badai akan membahayakan nelayan untuk melaut dan juga merupakan saat ikan berenang lebih dalam untuk menghindari turbiditas di permukaan. Seringkali ditemukan bahwa data badai di laut memiliki hubungan yang erat dengan laporan hasil tangkap ikan. Selain itu kabut juga merupakan faktor yang seringkali dihindari oleh nelayan dalam melaut.

Cuaca juga mempengaruhi perilaku ikan di laut, kelimpahannya, penyebaran dan migrasi melalui efek cuaca dan iklim terhadap laut. Faktor faktor cuaca seperti cahaya radiasi, angin serta curah hujan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku ikan. Angin dengan pengaruh pada proses turbiditas dan mixing di permukaan laut akan menyebabkan ikan berenang lebih dalam. Pencahayaan yang seringkali berhubungan dengan tutupan awan akan sangat berpengaruh terhadap distribusi ikan pada kedalaman khususnya spesies ikan yang melakukan migrasi diurnal (siang malam) secara vertikal.

Meteorologi laut Indonesia

Peran angin pada muka laut juga bertanggung jawab atas kejadian gelombang, pembentukan lapisan mixing dan pembentukan arus laut di permukaan. Perubahan aliran energi panas dan aliran massa udara maupun air di muka laut juga lebih banyak berhubungan dengan peran angin di permukaan. Angin juga berperan pada proses upwelling dan downwelling dimana terjadi transport nutrisi dari dan ke permukaan yang mempengaruhi keberadaan ikan.

Pengaruh suhu air sangat besar bagi tingkat kenyamanan ekologis ikan dimana ikan akan berenang pada kondisi yang sesuai tingkat kenyamanannya. Akibatnya perubahan dari suhu air laut akan menyebabkan perubahan lokasi tempat ikan berenang. Dengan pengetahuan ini maka peristiwa upwelling dan downwelling serta perubahan suhu laut akibat gejala regional maupun global seringkali berhubungan dengan situasi perikanan tangkap. Sebagai contohnya, gejala global El Niño menyebabkan tingkat kehangatan yang luar biasa di daerah Pasifik tengah dan timur yang membawa bahaya kematian terhadap ikan ikan di lepas pantai Peru. Perubahan mendadak dari suhu muka laut juga seringkali menjadi sumber kematian bagi ikan di pesisir.

Perubahan suhu air juga dapat terjadi di laut dalam terutama pada lapisan thermoklin atau perubahan ketebalan lapisan mixing. Sumber dari perubahan suhu muka laut terdiri dari adveksi yaitu penjalaran energi panas secara horisontal atau akibat pertukaran massa dan energi antara laut dan atmosfer. Fenomena pertama yaitu adveksi lebih mendominasi di laut lepas sedangkan fenomena kedua yaitu pertukaran energi akan lebih terasa di perairan pantai atau laut tertutup. Hal seperti adveksi dalam skala luas terjadi pada fenomena El Niño dimana terjadi perpindahan massa air hangat pada lapisan thermoklin dari daerah Wam pool menuju ke Pasifik tengah dan timur. Perubahan tersebut tentu saja membawa konsekuensi migrasi ekologi ikan pada lapisan tertentu. Perubahan suhu dapat mempengaruhi biologis ikan Perubahan suhu air juga dapat terjadi di laut dalam terutama pada lapisan thermoklin atau perubahan ketebalan lapisan mixing. Sumber dari perubahan suhu muka laut terdiri dari adveksi yaitu penjalaran energi panas secara horisontal atau akibat pertukaran massa dan energi antara laut dan atmosfer. Fenomena pertama yaitu adveksi lebih mendominasi di laut lepas sedangkan fenomena kedua yaitu pertukaran energi akan lebih terasa di perairan pantai atau laut tertutup. Hal seperti adveksi dalam skala luas terjadi pada fenomena El Niño dimana terjadi perpindahan massa air hangat pada lapisan thermoklin dari daerah Wam pool menuju ke Pasifik tengah dan timur. Perubahan tersebut tentu saja membawa konsekuensi migrasi ekologi ikan pada lapisan tertentu. Perubahan suhu dapat mempengaruhi biologis ikan

Pengaruh arus laut juga sering diasosiasikan dengan perubahan lokasi keberadaan ikan. Ikan ikan yang bergerombol (school of fish) seringkali memanfaatkan arus laut yang menghantarkan massa air laut dengan suhu dan salinitas tertentu bagi keperluan perpindahannya.

Keberadaan makanan atau rantai makanan juga berpengaruh pada populasi ikan, sementara makanan ikan beserta rantai makanannya juga memiliki sifat yang tergantung pada kondisi cuaca dan iklim. Sebagai contohnya populasi organik dasar yaitu fitoplanton sangat tergantung pada ketersediaan dari nutrisi pembatas (limiting nutrient), kadar sinar matahari, kedalaman lapisan mixing, suhu dan perpindahan oleh arus laut. Nutrisi pembatas adalah ratio kecukupan bahan dasar nutrisi seperti Karbon, Fosfat, Nitrogen dan Silikat dengan rasio kecukupan yaitu Redfield. Apabila rasio Redfield tidak terpenuhi dimana ada salah satu unsur nutrisi yang berlebih, maka akan terjadi eutrophication (blooming) bagi biota yang menjadi pemakan unsur yang berlebih tadi. Eutrophication tadi akan membahayakan populasi ikan karena biasanya akan terjadi kompetisi dalam hal konsumsi oksigen terlarut dan juga populasi biota mikro yang blooming tadi akan menghalangi sinar matahari masuk ke laut dan menyebabkan ikan kesulitan respirasi dan bergerak.

Hal lain yang berpengaruh pada mekanisme peningkatan populasi ikan adalah aliran nutrisi dari daratan atau fluks dari darat ke laut. Selain nutrisi, fluks dari darat juga dapat membawa polutan yang membahayakan biota di laut. Fluks atau aliran sungai ke laut adalah proses yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh berbagai parameter cuaca seperti hujan. Wilayah pantai juga berguna bagi

Meteorologi laut Indonesia

Gambar 8.1. Peta pembagian Zona Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia, sumber Badan Riset Kelautan dan Perikanan.

pemijahan ikan dan tempat pengembang biakan serta pertumbuhan ikan kecil. Sehingga aliran fluks serta kondisi ekologi pantai sangat berpengaruh pada kondisi populasi ikan.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1