Indian Dipole dan iklim Indonesia

6. 6. Indian Dipole dan iklim Indonesia

Selain pengaruh dari samudera Pasifik, Indonesia, terutama wilayah bagian barat dipengaruhi oleh aktivitas lautan di samudera Hindia. Sama seperti di samudera Pasifik, indikator pengaruh tersebut dinyatakan dengan besarnya nilai suhu permukaan laut. Di samudera Hindia dikenal sebuah gejala yang disebut sebagai Indian Ocean Dipole (IOD) yang agak berbeda dengan gejala yang di Pasifik. Untuk gejala yang di samudera Hindia, dipole mengacu pada dua tempat sehingga aktivitas gejala tersebut ditandai dengan anomali dari perbedaan suhu muka laut kedua tempat tersebut. Dibandingkan dengan ENSO, fluktuasi dari gejala ini memiliki periode yang sangat pendek tidak lebih dari satu musim sehingga koherensi gejala ini rendah dan sulit diasosiasikan dengan iklim Indonesia.

Perbedaan perubahan suhu muka laut untuk wilayah 50°E - 70°E / 10°S - 10°N (tengah samudera Hindia) dikurangi 90°E - 110°E / 10°S – equator (sebelah barat pantai Sumatera) adalah indikator dari gejala ini (Gambar 6.8). Apabila terjadi indeks sangat negatif (dibawah – standar deviasi historis) yang berarti suhu di tengah samudera Hindia lebih hangat daripada di pantai barat Sumatera, maka wilayah Indonesia barat bagian selatan mendapat resiko kekeringan akibat terjadi subsidensi dan aliran masa udara menjauh daerah ini. Apabila yang terjadi sebaliknya, maka wilayah yang sama akan mengalami curah hujan tinggi.

Variasi dari indeks IOD memberikan implikasi pada perubahan iklim terutama di wilayah Indonesia bagian barat bagian selatan yaitu dari Sumatera Selatan, Jawa hingga Nusa Tenggara. Pada saat IOD negatif akan terjadi tumpukan awan atau daerah konvektif tinggi di wilayah Indonesia bagian barat dan sebaliknya akan terjadi subsidensi di wilayah yang sama sebagaimana terlihat pada Gambar 6.9. pusat konveksi dan subsidensi terbentuk akibat perubahan pola suhu muka laut di daerah yang menjadi indeks IOD bagian timur.

Meteorologi laut Indonesia

Gambar 6.8. Daerah indeks IOD pada dua kutub di lepas pantai benua Afrika dan barat daya benua maritim Indonesia didapat dari hasil analisa Empirical Orthogonal Function ke dua (Saji et al., 1999).

Gambar 6.9. Situasi konveksi (merah) dan subsidensi (biru) pada periode IOD negatif dan positif ( http://www.jamstec.go.jp/frcgc/research/d1/iod/IOD1.html )

Pada Gambar 6.10 ditampilkan kekuatan pengaruh kekuatan Indian dipole terhadap lamanya musim kemarau pada beberapa waduk di pulau Jawa yang mewakili daerah wilayah Indonesia barat bagian selatan (Aldrian dan Asril, 2005). Lamanya musim kemarau atau bulan kering diukur dari jumlah debit minimum atau dibawah 90

3 m 3 /det untuk waduk Saguling dan dibawah 30 m /det untuk waduk

Kedung Ombo. Nilai ambang batas ini masih dibawah nilai aliran dasar inflow kedua waduk tersebut yaitu 92.5 m 3 /det untuk inflow

waduk Saguling dan 42.97 m 3 /det untuk waduk Kedung Ombo. Dari hasil perhitungan tersebut didapat hubungan yang kuat yang

menunjukkan hubungan tele koneksi antara aktivitas IOD dan aliran inflow di kedua waduk tersebut.

Gambar 6.10. Hubungan regresi linear antara lamanya musim kemarau (dalam satuan bulan kering) dan indeks Indian Dipole pada inflow waduk Saguling (kiri) dan waduk Kedung Ombo (kanan) dari Aldrian dan Asril (2005).

Melihat hubungan antara El Niño di samudera Pasifik dan Dipole Mode di samudera Hindia merupakan hal yang kompleks. Seringkali kejadian Dipole Mode terjadi bersamaan dengan kejadian El Niño. Hal seperti ini dapat dimengerti dari aliran arus lintas Indonesia yang pada saat El Niño membawa arus dingin ke benua maritim. Selain membuat subsidensi dengan pengurangan curah hujan di wilayah benua maritim, pada outlet dari arus lintas tersebut juga terdapat aliran arus dingin terutama terlihat pada muara selatan selat Lombok. Selain itu pada saat El Niño juga berpotensi pada peningkatan upwelling di selatan Jawa yang mendorong kejadian upwelling dengan membawa arus dingin ke permukaan (Susanto et al. 2001). Kombinasi antara keduanya yaitu antara outlet dingin dari arus lintas dan upwelling dengan arus dingin permukaan menjadikan daerah indeks Dipole Mode timur menjadi rendah dan cenderung menjadi episode Dipole Mode positif. Pada kasus sebaliknya saat La Niña juga seringkali

Meteorologi laut Indonesia ditemui kejadian bersamaan dengan kasus Dipole Mode negatif

dengan penjelasan yang hampir serupa tetapi upwelling bukan digantikan dengan downwelling melainkan tidak terjadi atau pelemahan. Adakalanya terjadi kombinasi yang tidak umum seperti El Niño dengan Indian Dipole negatif atau La Niña dengan Dipole Mode positif meski kedua kombinasi ini sangat jarang terjadi.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1