Pemanasan global dan perikanan tangkap
8. 5. Pemanasan global dan perikanan tangkap
Pemanasan global serta akibatnya yaitu perubahan iklim membawa dampak yang kuat terhadap perikanan tangkap. Perubahan suhu muka laut menyebabkan ikan akan berenang lebih dalam, selain itu terjadinya kerusakan pada terumbu karang yang merupakan tempat pemijahan ikan membawa implikasi yang parah pada rantai makanan dan siklus hidup ikan. Perubahan lain yang ditimbulkan adalah kuatnya potensi kejadian siklon tropis yang menyulitkan aktivitas ikan di laut dan perubahan tingkat salinitas serta angin permukaan yang dibawanya.
Ikan ikan muda terumbu karang setelah berumur tertentu akan pergi ke dunia lepas dan setelah beberapa minggu kembali ke terumbu karang tempatnya berasal. Aktivitas tersebut biasanya dipandu dari sinyal suara yang diperoleh dari ekologis terumbu karang. Ikan muda tersebut akan kembali dengan mengandalkan suara frekuensi tinggi dari invertebrata seperti udang dan binatang terumbu karang lainnya dan dapat membedakan suara tersebut dari sinyal frekuensi rendah gelombang laut dan ikan dewasa. Hasil penelitian dari Monica Gagliano dari Australian Institute of Marine Science di Townsville, Queensland menyebutkan bahwa setengah dari ikan damselfish Ambon memiliki masalah dengan pendengaran akibat memanasnya lautan. Dapat dikatakan bahwa banyak diantara mereka menjadi tuli akibat memanasnya air laut. Penyebabnya adalah tulang telinga mereka tidak tumbuh akibat peningkatan derajat keasaman air laut yang menyebabkan berkurangnya calcium yang diserap ikan untuk pembentukan tulang. Pada akhirnya pemanasan global mengurangi kemampuan ikan untuk kembali kepada habitat aslinya di terumbu karang dan merusak sistim ekosistim tersebut.
Daerah upwelling yang mengandung nutrisi yang kaya adalah mewakili hanya sekitar satu persen lautan dunia tetapi menyumbang pada 20 % hasil tangkap ikan dunia. Temuan terakhir menyebutkan pengaruh dari pemanasan global pada proses upwelling yang memiliki nilai implikasi ekonomis. Hasil penelitian Helen McGregor yang dipublikasikan di journal Science menyebutkan bahwa perubahan yang diakibatkan oleh iklim terhadap laut tidak pernah sedramatis saat ini sehingga suhu muka laut di wilayah Samudera Atlantik di baratlaut Afrika telah menurun hingga 1.2 derajat dalam abad yang lalu. Dari hasil penelitian terumbu karang hingga rekonstruksi suhu muka laut hingga 2500 tahun lampau di lepas pantai Maroko mereka menemukan pendinginan yang drastisdari muka laut di abad yang lalu sebagai sinyal peningkatan angin pantai yang beraosiasi dengan proses upwelling . Meskipun upwelling berakibat pada peningkatan nutrisi
Meteorologi laut Indonesia yang berpotensi pada peningkatan kelimpahan ikan tetapi kekuatan
arus menjauh pantai yang terjadi kemungkinan terlalu kuat bagi ikan. Selain itu proses upwelling juga telah membawa akibat pada peningkatan karbon terlarut di permukaan akibat upwelling yang
membawa implikasi pada peningkatan CO 2 di atmosfer. McGregor memberikan jawaban atas peningkatan upwelling di wilayah tersebut yang diakibatkan oleh kombinasi perputaran bumi dan peningkatan angin permukaan ang mendorong lebih kuatnya proses upwelling di pesisir. Sehingga semakin kuat pemanasan global dan peningkatan angin permukaan semakin dingin laut di lepas pantai Maroko tersebut.
Kejadian serupa mungkin juga dijumpai pada kasus pantai selatan pulau Jawa dimana belakangan ini semakin sering terjadi penurunan suhu muka laut yang berasosiasi dengan upwelling dan juga dengan dipole mode positif. Upwelling yang terjadi di daerah ini pada musim kemarau diakibatkan oleh angin pemukaan dari tenggara yaitu dari benua Australia yang mengalir sepanjang jalur pantai selatan pulau Jawa. Dengan proses efek Ekman yang mirip di garis pantai Maroko maka dapat terjadi dampak serupa untuk wilayah ini yaitu peningkatan upwelling di selatan pulau Jawa yang dapat berdampak pada perikanan dan pemanasan global.
Pada studi lain diamati pengaruh dari kondisi iklim mendatang hasil prediksi pada kapasitas kondisi metabolisma hewan kecil. Hasil riset mengumpulkan conto fitoplankton dari laut dan di inkubasi pada kondisi laut prediksi tahun 2100 yaitu dengan suhu dan konsentrasi karbon terlarut yang dikondisikan sesuai prediksi pada tahun tersebut. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Marine Ecology Progress Series. Peneliti menemukan bahwa kondisi air tersebut lebih mendukung daya hidup fitoplankton skala kecil dan merugikan diatoms. Sebagaimana diatom menjadi langka, binatang predator yang memangsa mereka akan juga mati. Kelangkaan diatom juga menjadi simalakama bagi pemanasan global karena sebenarnya diatom lah yang paling besar menyerap dan menyimpan karbon ke laut dalam Pada studi lain diamati pengaruh dari kondisi iklim mendatang hasil prediksi pada kapasitas kondisi metabolisma hewan kecil. Hasil riset mengumpulkan conto fitoplankton dari laut dan di inkubasi pada kondisi laut prediksi tahun 2100 yaitu dengan suhu dan konsentrasi karbon terlarut yang dikondisikan sesuai prediksi pada tahun tersebut. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Marine Ecology Progress Series. Peneliti menemukan bahwa kondisi air tersebut lebih mendukung daya hidup fitoplankton skala kecil dan merugikan diatoms. Sebagaimana diatom menjadi langka, binatang predator yang memangsa mereka akan juga mati. Kelangkaan diatom juga menjadi simalakama bagi pemanasan global karena sebenarnya diatom lah yang paling besar menyerap dan menyimpan karbon ke laut dalam
Pertanyaan
1. Apa pengaruh arlindo terhadap perikanan tangkap terutama perikanan di laut sebelah selatan pulau Jawa?
2. Bagaimana kemungkinan pengaruh kebakaran hutan terhadap potensi perikanan tangkap?
3. Bagaimana kemungkinan pengaruh buangan lahan pertanian terhadap perikanan tangkap?
4. Apa dampak El Nino terhadap penangkapan ikan di lapisan thermocline di lautan Indonesia ?
Meteorologi laut Indonesia