Dampak sosioekonomi dari pemanasan global

10. 9. Dampak sosioekonomi dari pemanasan global

Untuk daerah pesisir, dampak nyata dari segi sosioekonomis akan terasa pada beberapa sektor seperti turisme, kualitas dan suplai air Untuk daerah pesisir, dampak nyata dari segi sosioekonomis akan terasa pada beberapa sektor seperti turisme, kualitas dan suplai air

Penelitian pada garis pantai Amerika bahwa pada akhir abad ini kerugian akibat kenaikan tinggi muka air laut akan mengakibatkan kerugian sebesar US$ 20.4 billion. Penelitian dampak potensi kenaikan tinggi muka laut 0.5 m di Montevideo, Uruguay menyebutkan angka kerugian hingga US$ 23 juta. Penelitian di Venezuala menunjukkan angka potensi kerugian dengan kenaikan muka laut 0.5 m adalah US$ 30 billion untuk sepanjang pantai mereka. Diperkirakan akibat erosi pantai di Amerika sekitar 1500 rumah akan hanyut dengan angka kerugian properti US$ 530 juta per tahun. Sementara itu untuk Jepang diperkirakan kenaikan muka laut 0.5 m akan mengakibatkan kerusakan US$ 3.4 billion per tahun. Di Inggris, untuk proteksi garis pantai sebesar 4300 km diperlukan biaya sekitar US$ 500 juta per tahun. Total biaya untuk proteksi dan membuat pelabuhan pelabuhan di Jepang tetap bekerja seperti sekarang (1000 pelabuhan) diperkirakan sekitar US$ 110 billion untuk kenaikan muka laut 1 m. Hampir keseluruhan beban biaya tersebut akan ditanggung oleh lembaga keuangan dan asuransi.

Prospek iklim Indonesia kedepan

Akibat pemanasan global dan peningkatan suhu muka laut dan tinggi muka air laut maka akan berakibat terhadap berubahnya pola iklim di Indonesia. Seperti sudah digambarkan sebelumnya, terjadi proses

Meteorologi laut Indonesia penyebaran daerah tropis menuju iklim sub tropis. Konsekuensinya

adalah berubahnya iklim di daerah sub tropis menjadi lebih menyerupai tropis. Sementara di wilayah Indonesia hubungan antara suhu muka laut dan hujan sudah berada pada titik puncaknya sehingga peningkatan suhu muka laut hanya akan menyebabkan berkurangnya akumulasi curah hujan. Dikuatirkan akan terjadi penurunan volume curah hujan tahunan di Indonesia dan penurunan hari hujan. Hal ini juga berakibat semakin banyaknya hari dengan intensitas hujan tinggi yang membawa resiko banjir lebih besar. Dengan berkurangnya hari hari hujan maka resiko kekeringan juga terus mengancam untuk iklim Indonesia. Perubahan pola iklim tersebut tentu berakibat perubahan pula terhadap pola iklim tahuna dimana diperkirakan akan terjadi perlambatan masuknya musim hujan dan melambatnya kedatangan musim kering. Selain itu perioda musim hujan juga diperkirakan akan lebih pendek.

Laporan IPCC 2007 menyebutkan bahwa akibat pemanasan global terjadi peningkatan penguapan di lautan sebesar 5 %. Salah satu akibat yang dapat di timbulkan terutama untuk benua maritim di daerah tropis adalah fenomena kemarau basah. Fenomena ini semakin sering terjadi saat ini seperti pada tahun 2003, 2005, 2007 dan 2008. Memang El Niño /La Niña dan DM merupakan dua fenomena regional utama yang mempengaruhi iklim Indonesia. Kalau El Niño (atau La Niña) akan mengurangi (atau menambah) curah hujan pada musim kemarau di Indonesia terutama di wilayah timur hingga selatan Indonesia. Sedangkan DM positif (atau negatif) akan mempengaruhi curah hujan di wilayah Barat seperti Sumatera bagian selatan dan Jawa dengan mengurangi (atau menambah) pada musim kemarau. Berdasarkan hasil pemantauan karakteristik curah hujan tahunan Indonesia, ada kecenderungan bahwa setelah terjadi tahun El Nino (tahun kering) biasanya diikuti dengan peningkatan curah hujan pada kemarau tahun berikutnya. Hal ini terbukti terjadi pada tahun 1998/1999 setelah El Niño kuat 1997/1998 dan pada tahun 2003/2004 setelah El Niño lemah 2002. Padahal tahun 2006 lalu kita mengalami Laporan IPCC 2007 menyebutkan bahwa akibat pemanasan global terjadi peningkatan penguapan di lautan sebesar 5 %. Salah satu akibat yang dapat di timbulkan terutama untuk benua maritim di daerah tropis adalah fenomena kemarau basah. Fenomena ini semakin sering terjadi saat ini seperti pada tahun 2003, 2005, 2007 dan 2008. Memang El Niño /La Niña dan DM merupakan dua fenomena regional utama yang mempengaruhi iklim Indonesia. Kalau El Niño (atau La Niña) akan mengurangi (atau menambah) curah hujan pada musim kemarau di Indonesia terutama di wilayah timur hingga selatan Indonesia. Sedangkan DM positif (atau negatif) akan mempengaruhi curah hujan di wilayah Barat seperti Sumatera bagian selatan dan Jawa dengan mengurangi (atau menambah) pada musim kemarau. Berdasarkan hasil pemantauan karakteristik curah hujan tahunan Indonesia, ada kecenderungan bahwa setelah terjadi tahun El Nino (tahun kering) biasanya diikuti dengan peningkatan curah hujan pada kemarau tahun berikutnya. Hal ini terbukti terjadi pada tahun 1998/1999 setelah El Niño kuat 1997/1998 dan pada tahun 2003/2004 setelah El Niño lemah 2002. Padahal tahun 2006 lalu kita mengalami

Salah satu penyebab lain yang belum dan kurang dibahas adalah pengaruh dari pemanasan global. Hasil kajian dari NASA menunjukkan bahwa 5 tahun terpanas sejak pengukuran tahun 1890 berturut turut adalah tahun 2005, 1998, 2002, 2003 dan 2004. Dari data tersebut, hanya tahun 1998 yang merupakan tahun La Nina, tahun 2004 adalah tahun dengan DM kuat positif, sedangkan sisanya tidak ada indikasi jelas La Nina ataupun DM kuat. Suatu tahun diindikasikan mengalami La Nina apabila suhu laut di wilayah Pasifik barat semisal daerah NINO3 mengalami penurunan di bawah rata- ratanya melebihi nilai standar deviasinya (stdev) yaitu 1 ºC sedangkan kondisi DM dinyatakan setelah ada perbedaan antara dua wilayah kutub (dipole) di samudera Hindia dengan perbedaan melebihi 0.52 ºC (stdev). Sedangkan hasil kajian data DM sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa kutub wilayah timurlah yang lebih berpengaruh terhadap iklim Indonesia yang kondisi terakhir masih jauh di bawah nilai stdev-nya.

Dapat disimpulkan bahwa akhir akhir ini bahwa apabila El Niño /La Niña dan DM lemah maka pemain ketiga yang menentukan iklim Indonesia adalah pemanasan global. Akibat dari pemanasan global ini suhu laut di wilayah Indonesia masih relatif hangat (di atas 28 ºC) sehingga memberikan suplai uap air yang cukup bagi proses konveksi dari curah hujan tinggi di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini terbukti oleh beberapa peristiwa banjir yang dilaporkan dibeberapa wilayah Indonesia pada musim kemarau.

Meteorologi laut Indonesia

Pelajaran yang dapat diambil dari tahun 2005 atau tahun terpanas lainnya menunjukkan bahwa kemarau basah akan berlangsung hingga awal musim hujan tahun tersebut atau kemarau kering yang relatif pendek. Pada bulan Juni dan Juli 2005 tercatat bahwa Jakarta mengalami banjir akibat intensitas hujan tinggi. Selain itu jumlah titik api akibat kebakaran hutan pada musim kemarau tahun-tahun tersebut relatif sedikit dibandingkan tahun tahun lainnya.

Sebagaimana diterangkan sebelumnya bahwa prospek iklim ke depan bahwa kejadian upwelling di selatan Jawa akan lebih sering terjadi atau indikasi ke arah Dipole Mode positif akan lebih kuat sehingga wilayah selatan Indonesia akan lebih sering mengalami kekeringan. Sedangkan untuk wilayah lainnya prospek ke depan adalah peningkatan kemarau basah. Melihat kondisi iklim mendatang seperti inilah terlihat prospek perubahan iklim di Indonesia dimana terjadi potensi peningkatan di seluruh wilayah untuk musim kemarau tetapi untuk bagian selatan Indonesia dari Sumatera Selatan hingga nusa tenggara, kemungkinan terjadi penurunan curah hujan.

Pertanyaan

1. Jelaskan proses terjadinya pemanasan global akibat gas gas rumah kaca.

2. Apa fungsi dan peran spektrum radiasi matahari dalam menjelaskan konsep gas gas rumah kaca.

3. Pemanasan global berakibat pada terbentuknya daerah tropis baru, sebutkan akibat fisis di laut dan atmosfir dari pembentukan daerah tropis baru tersebut.

4. Apa dampak menguntungkan dan merugikan akibat pemanasan global terhadap pariwisata dan lembaga keuangan.

5. Jelaskan dampak pemanasan global terhadap frekuensi terjadinya siklon tropis dan kekuatan angin darat dan angin laut.

6. Bagaimana proses pemanasan global dapat terhambat di permukaan laut.

7. Selain volume es di kutub yang mencair faktor apalagi yang membuat lautan meluap akibat pemanasan global.

8. Suhu muka laut di Indonesia sudah berada di ambang batas kritis mendekati 30 0 C yaitu titik evaporasi air laut. Apa yang terjadi

apabila terjadi pemanasan global dan suhu muka laut global meningkat 2 0 C.

9. Dengan adanya pemanasan global apakah Indonesian Throughflow (arus lintas Indonesia) akan bertambah kuat atau lemah. Mengapa?

Meteorologi laut Indonesia

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1