Pemanasan global dengan cuaca ekstrim dan ENSO

10. 8. Pemanasan global dengan cuaca ekstrim dan ENSO

Perubahan iklim global membawa pengaruh akan semakin kuatnya frekuensi dan intensitas siklon tropis dan mengakibatkan panjangnya ekor dari siklon yang terjadi. Mengapa hal ini dapat terjadi? Peristiwa pemanasan iklim global merupakan akibat dari eksplorasi energi dari dalam perut bumi untuk dipakai di muka bumi dan sisa energi dibuang ke atmosfir dalam bentuk gas gas rumah kaca serta energi berlebih. Gas gas rumah kaca tersebut juga menyerap energi radiasi matahari dan menyimpannya di atmosfir. Selama paradikma pemanfaatan energi di muka bumi masih seperti demikian dan belum ada upaya membalik proses tersebut (reversible process) seperti menyerap energi dari atmosfir dan mengendapkannya ke dalam perut bumi (contoh pemanfaatan energi angin) maka proses pemanasan global akan terus terjadi. Beberapa kasus penyerapan secara natural selama ini terasa belum memadai untuk mengurangi dampak pemanasan global tersebut. Sesuai hukum kekekalan energi, maka energi yang berlebih di atmosfir tersebut akan tetap berada di atmosfir atau berubah bentuk menjadi bentuk energi lainnya. Beberapa bentuk energi di atmosfir seperti energi laten yang terbentuk akibat perubahan fase air menjadi uap dan es, energi kinetik seperti angin, siklon dan pergerakan awan serta uap air, energi potensial seperti butir air yang jatuh sebagai hujan dan energi panas yang tersimpan pada gas gas di atmosfir yang menambah panasnya atmosfir bumi.

Seperti digambarkan diatas, salah satu bentuk energi yang mungkin terjadi adalah energi kinetik yang berupa angin kencang dan siklon. Sehingga dengan lebih banyaknya energi yang beredar kemungkinan terjadinya siklon tropis akan lebih besar dan dengna energi yang lebih besar maka intensitas serta ekornya secara otomatis akan lebih besar pula. Konsekuensi dari lebih kuatnya intensitas siklon ini adalah akan berakibat terjadi penyerapan awan dan uap air yang lebih besar di daerah sekitar siklon sedangkan di daerah yang jauh akan terjadi pengurangan secara drastis jumlah awan dan uap air yang beredar. Konsekuensi dari hal ini adalah berkurangnya jumlah hari hujan di daerah tropis yang mana dengan hari hujan yang sedikit diikuti oleh intensitas yang lebih besar dibanding beberapa dekade lalu. Sehingga jumlah hari hujan turun tetapi kejadian hujan maksimum harian meningkat.

Dampak nyata dari peningkatan cuaca ekstrim adalah frekuensi dan intensitas siklon tropis meningkat. Dengan intensitas siklon yang tinggi maka dapat menarik awan dari daerah yang lebih jauh dari sebelumnya karena energi kinetis yang lebih kuat pada siklon sekarang ini. Hal ini terlebih dapat dilihat kombinasinya pada tahun El Niño ekstrim dimana pada tahun tersebut maka terjadi siklon tropis dengan intensitas sangat kuat. Pada saat terjadinya siklon seperti ini maka awan berkumpul lebih banyak di daerah dengan aktivitas/dinamika atmosfir yang tinggi yaitu disekitar jalur siklon. Karena kumpulan awan tersebut tidak merata, sehingga di Indonesia dapat terjadi banjir dan kekeringan (kebakaran hutan) dalam waktu bersamaan. Selanjutnya karena daya hidup siklon hanya berlangsung rata rata 4 hari hingga seminggu, maka terjadi variabilitas mingguan yang ektrim pada kondisi cuaca Indonesia.

Meteorologi laut Indonesia

Gambar 10.7 Salah satu indikator prediksi kejadian El Niño adalah dengan melihat siklus anomali suhu pada lapisan thermoklin di sepanjang garis ekuator di samudera Pasifik. Pemantauan dilakukan dengan memakai hasil observasi triton buoy.

Pengaruh pemanasan global terhadap fenomena El Niño dapat dilihat dari mekanisme kerja El Niño itu sendiri. Penumpukan yang menciptakan kolam hangat (wam pool) di utara pulau Papua juga membentuk pool hangat di laut dalam pada lapisan thermoklin di daerah tersebut pada kedalaman hingga 300 m. lapisan thermoclin ini apabila terdapat gradient suhu yang tinggi dengan daerah di Pasifik tengah akan menyebabkan terjadinya perpindahan kolam hangat di dalam laut ke arah timur. Kondisi inilah yang kemudian dikenal sebagai fenomena El Niño. Pengaruh dari pemanasan global terhadap hal ini adalah pada penumpukan panas dimana pemanasan global dapat memberikan kontribusi akan lebih cepatnya terkumpul energi di kolam hangat baik di permukaan maupun di lapisan thermoklin. Sehingga dapat diperkirakan bahwa pemanasan global akan memberikan percepatan terjadinya atau peningkatan frekuensi kejadian El Niño karena proses penumpukan panas akan semakin cepat.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1