Dunia model
11. 1. Dunia model
Dalam dunia ilmu pengetahuan terdapat tiga sumber acuan informasi yaitu dari data hasil pengamatan instrumen, hasil kajian teoritis dan data hasil model. Ketiga jenis sumber informasi tersebut membuat trikotomi yang nyata dari peneliti ilmu pengetahuan. Masing masing grup mengklaim bahwa aumber acuan mereka zang paling baik daripada yang lainnya. Yang paling bernilai dari ketiga dunia tersebut adalah hasil observasi instrumen pengamatan karena semua analisa ilmiah akan dikembalikan kepada acuan tersebut. Akan tetapi pengamatan dengan instrumentasi apapun memiliki keterbatasan dari resolusi fisis alat dan tutupan spasial dan temporal. Selain itu keusangan alat akibat terlalu lama dipakai seringkali jarang dikalibrasi dan meyumbang faktor kesalahan berikutnya. Hasil pengamatan tersebut biasanya ditumpahkan dalam hubungan teoritis dalam bentuk bentuk formula. Kelemahan formula tersebut biasanya bekerja pada asumsi dan keterbatasan teoritis akibat penyederhanaan yang dilakukan. Asumsi dan penyederhanaan tersebut tidak dapat dielakkan tetapi juga menyumbang pada faktor kesalahan teoritis.
Setelah mendapatkan persamaan teoritis berbagai parameter, maka dilakukan penghubungan masing masing parameter dalam suatu model yang lebih comprehensif. Model dapat dibuat dengan dimensi waktu atau dan salah satu dimensi ruang. Kelebihan utama model adalah dapat memberikan solusi secara komprehensif dan memberikan visual yang lebih baik untuk hubungan beberapa parameter yang ada. Kekurangan dari model biasanya terletak dari resolusi temporal dan spasial. Kemampuan model mensimulasikan fenomena iklim dan cuaca akan meningkat pada fenomena berskala spasial dan temporal yang sesuai dengan kemampuan model.
Gambar 11.1. Contoh representasi grid T42 (kiri) dan T106 (kanan dari model iklim atmosfir global. Panel diatas menggambarkan perbedaan representasi grid sedangkan panel bawah menggambarkan besarnya kesalahan terhadap data observasi penakar pada resolusi T106 dari kedua representasi model tersebut. Panel bawah menunjukkan adanya pengurangan kesalahan dengan meningkatkan resolusi model. Gambar diatas memakai hasil model iklim global ECHAM4 (Aldrian 2003).
Pada perkembangan saat ini model telah dapat mengakomodir rumusan teoritis untuk bekerja pada dimensi waktu dan ruang secara 3 dimensi. Akibat kemajuan dunia komputasi, maka saat ini hampir tidak ada masalah untuk menjalankan model berbagai parameter secara komprehensif dan massive (dalam jumlah besar). Kemampuan terakhir inilah yang dibutuhkan untuk dunia model iklim yang membutuhkan perhitungan yang massive dan komprehensif. Saat ini hampir semua komputer tercanggih di dunia dipakai untuk perhitungan pemodelan iklim dan cuaca.
Pemodelan iklim seringkali juga terbentur oleh ketersediaan data pengamatan, sehingga model iklim lebih banyak bekerja dengan data yang terinterpolasi. Saat ini data pengamatan harian dari seluruh
Meteorologi laut Indonesia penjuru dunia dikumpulkan secara elektronis untuk kepentingan
pemodelan iklim. Saat ini ada dua pemakai utama dari data tersebut yaitu dari European Centre for Medium Weather Forecast (ECMWF) yaitu konsorsium Eropa untuk masalah cuaca dan iklim. Pemakai kedua adalah dari NCEP/NCAR yaitu dari Amerika Serikat. Selain kedua pemakai utama tersebut Jepang, Australia dan Kanada juga mengadakan pemodelan iklim mereka sendiri. Data data observasi meteorologi pada umumnya bersifat terbuka dan boleh dipakai oleh siapa saja untuk kepentingan khalayak umum. Data yang mereka kumpulkan kemudian dimasukkan dalam model yang mereka buat untuk dilakukan re-analisa untuk dibuat rekonstruksi iklim lampau hingga saat ini. Hasil dari re-analisa tersebut akan dipakai oleh para pemodel iklim sedunia untuk membuat ramalan cuaca beberapa hari kemuka.
Gambar 11.2. Representasi model iklim atmosfir regional REMO yang merupakan model keluaran Max Planck Institute for Meteorology dengan resolusi spasial 0.5 derajat. Dengan resolusi ini mulai terlihat adanya kesesuaian grid dengan bentuk pulau pulau besar (Aldrian et al., 2004).