PENDEKATAN DASAR

6.2.2 PENDEKATAN DASAR

a. Proyek pengalihan lalu lintas dapat dipertimbangkan bila tersedia rute alternatif untuk lalu lintas dan manfaatnya akan didasarkan pada pendekatan lalu lintas.

b. Manfaat proyek ini ditentukan oleh ada/tidaknya penghematan biaya dari pengguna jalan (yaitu biaya operasi kendaraan / VOC, dan biaya waktu); apabila biaya pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan proyek jalan atau jembatan, dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan jika pekerjaannya tidak dilaksanakan.

c. Ini disebut sebagai manfaat pada "pengalihan lalu lintas" karena manfaat tersebut adalah manfaat dari lalu lintas yang dialihkan pada rute yang biayanya lebih rendah.

d. Ini dimungkinkan karena :

Pekerjaan tersebut menimbulkan rute baru yang lebih pendek, atau Pekerjaan tersebut meningkatkan kondisi jalan, sehingga ada tambahan lalu

lintas yang memilih untuk menggunakan rute tersebut daripada rute lainnya (dalam hal ini manfaat pengalihan merupakan tambahan pada manfaat lalu lintas yang ada yang perhitungannya menggunakan metodologi standar).

e. Suatu contoh yang sangat sederhana dapat dilihat pada diagram di bawah. Contoh ini dapat digunakan untuk menggambarkan prinsip dari pada pembukaan suatu rute baru, dan metode dasar perhitungan manfaatnya. Dalam hal ini, ada tiga ruas jalan yang terlibat dalam analisa ; Ruas 01 adalah jalan Tanah Rusak dan tertutup untuk lalu lintas sepanjang tahun, Ruas 02 dan 03 adalah jalan Aspal Baik.

Gambaran ruas-ruas tersebut adalah sebagai berikut :

Ruas 02 : 7 Km 02 03 Ruas 03 : 7 Km

A 01 B

Ruas 01 : 10 Km

Proyek pertama ;

Peningkatan ruas 01 menjadi Aspal Baik yang standar. Bila tidak dilaksanakan, jalan tersebut akan tetap tertutup untuk segala lalu lintas sehingga harus menggunakan ruas 02 dan 03.

Manfaat dari proyek ini adalah perbedaan dalam biaya untuk melakukan perjalanan dari A ke B lewat ruas 01 dibandingkan lewat ruas 02 dan 03, yaitu perjalanan sepanjang 10 Km dibandingkan 14 Km.

Bila biaya penggunaan jalan pada jalan Aspal Baik adalah Rp 300,- per Km, maka manfaatnya adalah Rp 1200,- untuk setiap perjalanan, yaitu Rp 300,- (biaya perjalanan per Km) x 4 Km (perbedaan jarak antara kedua perjalanan). Manfaat totalnya dapat dihitung dengan mengalikan angka tersebut dengan LHR (Lalu lintas Harian Rata-rata), kemudian dikalikan dengan 365 untuk Bila biaya penggunaan jalan pada jalan Aspal Baik adalah Rp 300,- per Km, maka manfaatnya adalah Rp 1200,- untuk setiap perjalanan, yaitu Rp 300,- (biaya perjalanan per Km) x 4 Km (perbedaan jarak antara kedua perjalanan). Manfaat totalnya dapat dihitung dengan mengalikan angka tersebut dengan LHR (Lalu lintas Harian Rata-rata), kemudian dikalikan dengan 365 untuk

Jadi, bila ada 75 kendaraan per hari dan proyeknya dievaluasi untuk jangka waktu 10 tahun, maka total manfaatnya adalah :

Rp. 1.200 x 75 x 365 x 10 = Rp. 328.500.000,-

Bila manfaat ini lebih besar dari biaya pekerjaan jalan maka proyek ini dinyatakan layak. Prosedur standarnya didasarkan pada perbandingan biaya dan manfaat per km. Dalam hal ini panjang proyek adalah 10 km, jadi manfaatnya adalah : Rp. 32,8 juta per km.

Perlu dicatat bahwa meskipun kondisi ruas yang ada adalah Tanah Rusak, biaya operasi pada ruas tersebut tidak bersangkut paut dengan perhitungan manfaat pengalihan karena tidak ada lalu lintas yang menggunakan ruas tersebut bila kondisinya seperti yang ada sekarang.

Proyek kedua ; Bila suatu jalan yang sudah terbuka untuk lalu lintas ditingkatkan kondisinya

sehingga mengakibatkan lebih banyak lalu lintas beralih ke jalan tersebut, maka ada manfaat pengalihan yang dapat dihitung dengan cara yang sama. Bila ruas 01 adalah Tanah Rusak namun terbuka untuk lalu lintas, ada kemungkinan bahwa dari 75 kendaraan per hari yang mengadakan perjalanan dari A ke B : 25 kendaraan per hari menggunakan rute langsung ruas 01, dan 50 menggunakan ruas 02 dan 03 (hal yang wajar jika 25 kendaraan menggunakan ruas 01 karena harus berhenti di suatu titik pada ruas antara A dan B ; sementara perbedaan tipe permukaan akan membuat ruas 02 dan 03 digunakan sebagai rute alternatif yang merupakan biaya terendah untuk lalu lintas terusan). Bila ruas 01 ditingkatkan menjadi Aspal Baik yang standar, maka 50 kendaraan yang menggunakan ruas 02 dan 03 akan beralih kepada ruas 01 seperti pada kasus proyek pertama. Manfaat untuk lalu lintas ini adalah :

Rp. 1.200 x 50 x 365 x 10 = Rp. 219.000.000,-

Ini berarti terdapat manfaat peralihan sebesar Rp. 21,9 juta per km. Dalam hal ini ke-25 kendaraan yang telah menggunakan ruas 01 memperoleh manfaat normal yang dihitung dengan prosedur standar. Manfaat pada lalu lintas yang dialihkan ditambahkan pada manfaat standar ini. Pada prakteknya tingkat manfaat setiap tahun harus disesuaikan, dengan memperhitungkan pertumbuhan lalu lintas dan pengaruh dari nilai manfaat di masa datang yang didiskon kepada nilai saat ini. Ini merupakan prosedur yang umumnya dipakai untuk studi evaluasi ekonomi, yang terangkum dalam tabel manfaat yang digunakan dalam prosedur standar. Penyesuaian ini dengan mudah dapat dibuat ke dalam penghitungan manfaat yang dialihkan.

Masalah yang jauh lebih sulit adalah untuk menentukan pola lalu lintas dan kemungkinan pengalihan dalam situasi yang nyata yang melibatkan suatu jaringan jalan dan mengalokasikan manfaat pada pekerjaan. Prosedur ini mengkonsentrasikan pada pembahasan atas masalah - masalah ini.