Model Transaksi dalam Imbal Jasa Lingkungan

90 bid yang ditawarkan. Beberapa metode yang cukup populer untuk pendekatan ini antara lain adalah Contingent Valuation Method CVM, Travel Cost Method TCM dan Hedonic Price. Limitasi dari metode ini adalah karena berbasiskan kepada stated preferences, bisa jadi bukan merupakan preferensi mereka yang sebenarnya, sehingga estimasi WTP dan WTA tidak selalu bisa diterjemahkan menjadi pembayaran aktual dari jasa lingkungan ketika program konservasi dikerjakan. Informasi yang bersifat nonsimetrik juga bisa terjadi diantara penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan, sehingga bila terjadi salah satu mengambil keuntungan dari ketidaktahuan orang lain dalam negosiasi sistem pembayaran.

4. Model Transaksi dalam Imbal Jasa Lingkungan

Secara teoritis, penyedia jasa lingkungan adalah pemerintah, badan usaha, kelompok masyarakat atau individual yang memiliki akses terhadap sumber daya ekosistemlahan dan dapat membantu menyediakanmenghasilkanmeningkatkan produksi jasa lingkungan. Penyedia jasa harus dapat menjamin provisi dari jasa lingkungan yang disepakati dalam perjanjian kontrak. Penyedia jasa lingkungan dapat berupa individual pemilik lahan atau group yang terorganisasi. Penyedia jasa lingkungan potensial atau mereprentasikan group penyedia, membutuhkan kejujuran dalam menyampaikan resiko, peluang, pengalaman dan kemampuan. Setiap penyedia jasa lingkungan potensial harus menyediakan informasi mengenai jasa lingkungan yang akan diskemakan, baik dilakukan sendiri ataupun bekerja sama dengan ahlinya. Jika tidak ingin mengeluarkan biaya bisa bekerja sama dengan organisasi non profit untuk menyediakan 91 informasidokumentasi spesifikasi jasa lingkungan. Selanjutnya penyedia jasa lingkungan harus melakukan negosiasi perjanjian, mengelola proyek pengelolaan sumber daya yang kompleks, dan berbagai aktivitas berkaitan dengan kesepakatan PJL. Pemanfaat jasa lingkungan adalah pemerintah, badan usaha, kelompok masyarakat atau individual yang memperoleh akses terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan dari alam dengan bantuan penyedia keberlangsungan jasa lingkungan. Pemanfaat jasa lingkungan dari sektor priva, dapat berupa perusahaan atau group perusahaan misalnya operator pariwisata. Pemanfaat potensial pada dasarnya memiliki interes dan motivasi sendiri untuk ikut dalam skema PJL, oleh karena itu dalam kondisi tertentu, pemanfaat prospektif dapat membiayai biaya- biaya awal dalam pelaksanaan PJL start up cost, dan memotongnya kembali pada saat pembayaran dilakukan ke penyedia. Secara umum, pihak yang dapat bertindak sebagai penyedia dan pemanfaat adalah: 1 Pemerintah daerah, pusat dan Pemerintah negara lain. 2 Perusahaan Swasta Badan usaha. 3 Kelompok masyarakatmasyarakat adat. 4 Individual. Dengan demikian skema PJL dapat dilaksanakan dilakukan diantara penyedia dan penerima manfaat jasa lingkungan dalam kerangka G to G Government to Government, G to C Government to Community, G to P Government to Privat, C to C Community to Community, C to P Community 92 to Privat, P to P Privat to Privat dan sebaliknya. Lebih detail lagi kerangka kerjasama antar stakeholder dapat dilakukan: 1 Antara pemerintah Indonesia dengan Pemerintah negara lain. 2 Antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. 3 Antara Pemerintah daerah. 4 Antara Pemerintah dengan kelompok masyarakat atau masyarakat adat atau individual atau perusahaan swasta atau badan usaha. 5 Antara perusahaan swastaBadan usaha dengan individualkelompok masyarakatmasyarakat adat. 6 Antara badan usaha dengan Badan usaha. 7 Antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakatmasyarakat adatindividual. 8 Antara individual dengan individual, Dalam hal penyedia dan pemanfaat terdiri dari lebih dari satu atau merupakan kelompokgroup baik pemerintah, badan usaha, individual, kelompok masyarakat, maka dapat diagregasikan dalam berbagai cara misalnya:  Organisasi kemasyarakatan.  eksternal organisasi.  Bekerjasama dalam koperasi.  Organisasi yang terdaftar secara legal.  Pemerintah dapat mengelola agregasi entitasnya. Jika skema dilakukan dalam bentuk multi pemanfaat dan penyedia, maka harus memiliki kejelasan mengenai: 93  Siapa yang akan menjadi perwakilan yang menandatangani perjanjian.  Siapa yang akan melakukan monitoring, sertifikasi dan verifikasi yang akan disepakati dalam kontrak.  Siapa yang menerima revenue dan bagaimana revenue ini akan didistribusikan.

5. Pembayaran Imbalan Jasa Lingkungan