145
di wilayah DAS yang bersangkutan, harus melakukan ”sesuatu” yaitu mengadakan atau membangun sistem genangan dan atau sistem resapan di persil
lahannya masing-masing. Setidaknya terdapat dua rumpun teknologi untuk membangun sistem genangan atau sistem resapan di setiap persil. Pertama,
rumpun teknologi konservasi tanah dan air. Dan kedua, rumpun teknologi pemanenan air hujan rain water harvesting. Rumpun teknologi yang terakhir ini
terutama dikembangkan di wilayah dengan curah hujan CH rendah dibawah 1000 mm per tahun.
2. Dua pendekatan terhadap perilaku
Dari pembahasan di atas, maka pengendalian banjir terutama berkaitan dengan perilaku masyarakat DAS. Yaitu, bagaimana agar setiap masyarakat DAS
mau membangun sistem genangan dan atau sistem resapan dengan teknologi konservasi tanah dan air atau teknologi pemanenan air hujan di persil lahannya
masing-masing. Setidaknya terdapat dua pendekatan untuk memahami aspek perilaku ini, yaitu pendekatan normatif normative approach dan pendekatan
pilihan rasional rational choice approach. Menurut pendekatan normatif, seorang individu atau sebuah kelompok akan berperilaku tertentu karena didorong
oleh apa yang disebut sebagai logika kepatutan logic of approriateness. Logika ini sendiri merupakan hasil dari pemahaman kognitif dan proses internalisasi yang
memakan waktu yang relatif lama. Sedangkan menurut pendekatan pilihan rasional, perilaku individu atau kelompok merupakan respon terhadap aturan main
rules atau insentif incentives yang ada. Aturan main ini dapat berupa aturan formal formal rules seperti peraturan perundang-undangan maupun aturan non
146
formal non-formal rules, misalnya kesepakatan-kesepakatan warga. Pada masyarakat sendiri, ada aturan yang tertulis written rules dan ada yang tidak
tertulis unwritten rules. Disamping itu ada aturan-aturan yang ditaati diikuti working rules dan terdapat pula aturan-aturan yang tidak ditaati non-working
rules .
Dari perspektif kedua pendekatan ini, maka membangun perilaku masyarakat DAS dapat dilakukan dengan berupaya membangun perilaku yang
berbasis logika kepatutan, serta membangun aturan dan insentif yang sesuai. Upaya untuk membangun tindakan berbasis logika kepatutan dapat dilakukan
melalui berbagai jenjang pendidikan, serta pendidikan non formal dan informal di masyarakat, serta berbagai bentuk kampanye publik. Sedangkan yang berkaitan
dengan aturan, maka yang justru perlu dibangun adalah bagaimana masyarakat lokal membuat aturan-aturan yang merupakan kesepakatan mereka sendiri di
tingkat lokal nonformal rules, dimana mereka sendiri yang menegakkan aturan- aturan itu. Peran pihak luar adalah sebagai fasilitator bagi masyarakat untuk
membangun kesepakatan-kesepakatan itu serta menfasilitasi perealisasiannya. Lalu, yang berkaitan dengan insentif, mekanisme imbal jasa hulu hilir serta
insentif dalam bentuk tidak kasat mata, seperti aktivitas kerelawanan dan pahala yang dijanjikan setiap agama, dapat digunakan untuk membangun perilaku yang
diinginkan dari setiap masyarakat DAS.
3. Aksi Kolektif Lokal