Kearifan Lingkungan Kerangka Teori

119 keleluasaan ekonomi yang memperlancar lobi-lobi politik. Kelebihan kelas menengah konservatif Thailand terletak pada kemampuan mereka melakukan transformasi modal sosial menjadi modal politik. Mereka mempergunakan kekompakan serta pengetahuan politik mereka untuk melakukan lobi-lobi politik dan pada akhirnya ”mengendalikan” keputusan Senat Thailand. Terdapat beberapa sarana lain yang merupakan saranasaluran pengubah modal sosial menjadi modal politik, yaitu: 1 Pemilihan umum, 2 Partisipasi dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, 3 Tekanan massa, 4 Negosiasi puncak organisasi, 5 Lobi, 6 Memanfaatkan ilmu pengetahuan, 7 Penggunaan identitas ideologis, 8 Tekanan pihak internasional, dan 9 Intervensi pemegang otoritas.

4. Kearifan Lingkungan

Sebagaimana dipahami, dalam beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat memperoleh dan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya, aktivitas, dan peralatan sebagai hasil abstraksi mengelola lingkungan Keraf 2004. Menurut Leyd 2006 Esensi dari kearifan lokal adalah ” Local wisdom represents the local knowledge based on local cultural values. Local wisdom can be perceived t hrough people’s everyday life because the end of sedimentation from local wisdom is tradition. Local wisdom can become potential energy to develop their environment to become civilized. Local wisdom is a result from common response with environment condition around them. Dengan menggali nilai-nilai kearifan budaya lokal, sebagaimana dilahirkan di masa lampau, kita merumuskan kerangka berpikir yang mampu menjawab 120 persoalan-persoalan masa kini, kemudian menghadapkannya dengan pilihan- pilihan masa depan. 5. Imbal Jasa Lingkungan Peningkatan modal sosial adalah entry point yang penting dalam pelaksanaan imbal jasa lingkungan Salim, 2008. Acuan dari sisi teknis terhadap skema imbal jasa lingkungan diperlukan untuk membentuk opini dan masukan untuk bernegosiasi. Sejalan dengan hal tersebut, kajian mendalam harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan potensi di suatu wilayah. Direkomendasikan pula tentang perlunya pranata yang terstruktur yang dapat dijadikan jaminan agar jasa lingkungan di Indonesia dapat bekecimpung di tingkat global, antara lain lembaga keuangan yang inovatif tingkat nasional yang dapat menjawab tantangan bagi pengelolaan sumber daya alam lestari dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Terdapat tiga tipe peningkatan kapasitas yang direkomendasikan, yaitu mengenai konsep imbal jasa lingkungan, legal drafting tentang skema imbal jasa lingkungan, dan penajaman ketrampilan atau keahlian, seperti pemasaran, silvikultur, negosiasi, dan koordinasi antar departemen pemerintah. Selain itu kelompok diskusi ini juga merekomendasikan adanya evaluasi implementasi imbal jasa lingkungan di suatu lokasi dan pengembangan hasil kajian yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga. Jasa lingkungan adalah produk sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat langsung tangible danatau manfaat tidak langsung intangible, yang meliputi antara lain: jasa wisata alam, jasa perlindungan tata air hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan dan 121 keunikan alam, penyerapan dan penyimpanan karbon carbon offset. Jasa lingkungan dihasilkan dari berbagai jenis penggunaan lahan hutan atau pertanian, juga perairan baik air tawar sungai, danau, rawa maupun laut. Jasa lingkungan dihasilkan dari perpaduan aset alami, kualitas manusia, kondisi sosial yang kondusif, serta modifikasi teknik. Empat jenis jasa lingkungan yang sudah dikenal oleh masyarakat global saat ini adalah: 1 jasa lingkungan tata air, 2 jasa lingkungan keanekaragaman hayati, 3 jasa lingkungan penyerapan karbon, dan 4 jasa lingkungan keindahan lanskap. Sebagai contoh: jasa lingkungan tata air untuk keperluan pembangkit listrik tenaga air PLTA dipengaruhi oleh: 1 banyaknya curah hujan, 2 perilaku masyarakat di hulu, 3 kondisi sosial ekonomi masyarakat hulu yang mendukung penerapan praktek penggunaan lahan yang ramah lingkungan dan 4 sistem penggelontoran air yang efisien

6. Konsep Pembangunan Berkelanjutan