Batasan Masalah dan Pertayaan Penelitian

21 yang bertumpu pada prinsip kebijakan sistem polder pro poor, pro jobs, pro environment pro green . Dalam konteks inilah pentingnya pengelolaan wilayah pesisir di Kota Semarang secara keseluruhan dan secara khusus manajemen kolam retensi polder untuk mengatasi banjir dan rob dengan pendekatan teknologi sistem polder dan instrumen pengelolaan lingkungan seperti pengembangan imbal jasa lingkungan Payment For Environmental ServicePES. Strategi kebijakan yang berlandaskan paradigma pembangunan polder berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sebagai sebuah agenda kebijakan yang sangat penting. Agenda ini sesuai spirit yang diamanahkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 42 ayat 2 huruf c. tentang mekanisme kompensasiimbal lingkungan hidup, Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan.

B. Batasan Masalah dan Pertayaan Penelitian

Dalam upaya mewujudkan kebijakan pengembangan imbal jasa lingkungan pengelolaan Kolam Retensi polder berkelanjutan, guna memberikan insentif ekonomi bagi warga miskin bukanlah merupakan konsep yang mudah diterapkan tanpa didasarkan atas kajian mendalam. Terdapat dua permasalahan utama dalam upaya mewujudkan upaya ini, pertama, adanya Gap Teoritis: memberikan kontribusi analisis kompreherensif aspek-aspek kebijakan, modal sosial, modal politik, dan kearifan lingkungan. Kedua, adanya Gap Empiris: Belum ada penelitian yang terfokus pada ter minologi “ Sistem Polder” yang diintegrasikan 22 dengan pendekatan imbal jasa lingkungan sebagai model solusi pendekatan penanganan banjir dan rob. Secara teoritis, teknis, regulasi dan potensi tentu dimungkinkan penerapan pengembangan imbal jasa lingkungan dapat memberikan akses masyarakat miskin. Secara teoritis, ilmu lingkungan sebagai isu sentral mempunyai andil yang besar dalam menjawab permasalahan Kolam Retensi Tawang dengan berbagai dimensinya. Adapun dimensi ilmu-ilmu sosial yang memiliki kontribusi antara lain, ilmu pemerintahan, kebijakan, politik, kelembagaan, sosiologi dan ekonomi lingkungan. Secara teknis, jasa-jasa lingkungan managemen kolam retensi Tawang tidak beda dengan model imbal jasa lingkungan yang ada pada DAS hulu hilir. Seperti halnya yang diterapkan pada imbal jasa masyarakat miskin di DAS Singkarak dan DAS Cidanau. Secara ekonomi tentu saja antar penyedia jasa dan pembeli jasa masing-masing akan mendapat manfaat dari sistem pengaturan hidrologi banjir dan rob. Secara ekologis, pengembangan imbal jasa lingkungan IJL dalam pengelolaan kolam retensi berwawasan lingkungan yang berkelanjutan akan dapat diwujudkan sebagai sebuah model alternatif solusi pendekatan kebijakan lingkungan kawasan yang mengintegrasikan semua komponen dan para meter lingkungan. Sosiologi lingkungan bertalian dengan segenap potensi modal sosial dan kearifan lokal yang merupakan prasyarat managemen IJL dengan berbasis pada masyarakat, khusunya warga miskin. Dalam Manajemen Polder Berkelanjutan MPB, dengan penerapan Imbal Jasa Lingkungan diharapkan jika ada perubahan model kebijakan struktural ke nonstruktural, ada potensi modal sosial, modal politik dan kearifan lingkungan 23 maka akan dapat berhasil apabila sebuah agenda kebijakan berorientasi pada model yang terintegrasi. Filosofi dan kiat penerapan IJL dalam mewujudkan Manajemen polder yang: pro environment, pro poor, pro jobs, dan pro conservation MP-4 dan didukung oleh komitmen kepemimpinan lingkungan yang kuat, maka akan dapat dicapai tujuan dan sasaran pembangunan polder Tawang berkelanjutan. Secara normatif hal ini selaras dengan Peraturan Daerah Lingkungan Hidup, Tata Ruang, dan secara lebih khusus Perda No. 4 tahun 2008 Kota Semarang tentang Penanggulangan Kemiskinan. Disebutkan pada bagian ke satu Pasal 2 bahwa tujuan penanggulangan kemiskinan dimaksudkan untuk: 1 menjamin perlindungan dan pemenuhan hak –hak dasar warga miskin, 2 mempercepat penurunan jumlah warga miskin, 3 meningkatkan partisipasi masyarakat, dan 4 menjamin konsistensi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi dalam penanggulangan kemiskinan. Lebih lanjut disebutkan bahwa ruang lingkup penanggulangan kemiskinan meliputi: identifikasi warga miskin hak dan kewajiban warga miskin, penyusunan strategi dan program, pelaksanaan dan pengawasan, dan peran serta masyarakat. Jika komitmen terhadap regulasi tersebut dapat diwujudkan, maka manajemen kolam retensi polder dengan model IJL, dimana ada transaksi antara pemerintah dengan masyarakat government to Comunity khususnya dengan masyarakat miskin poor dan atau korporasi dengan masyarakat Corporate to Community yang memanfaatkan ruang tanah dan lahan di kawasan kolam retensi polder akan terjadi hubungan transaksional antar pemanfaat jasa dengan penyedia jasa lingkungan. Misalnya, pemerintah didukung masyarakat sekitar 24 kolam retensi polder membuat aksi tentang program “Masyarakat Peduli Polder” dengan dana sekecil apapun, maka instrumen IJL menjadi salah satu instrumen baru dalam pengelolaan lingkungan. Tentu saja dalam konteks sosial IJL tidak mudah diterapkan, menurut Pagiloa 2006 bahwa entry point IJL adalah modal sosial social capital masyarakat merupakan pertimbangan pengambilan keputusan penerapan yang penting. Karena segenap upaya-upaya untuk mewujudkan kolam retensi polder pro environment tentu membutuhkan kearifan lokal local wisdom serta budaya disiplin masyarakat dalam mengelola lingkungannya environmental wisdom. Namun yang penting adalah elemen kunci dalam proses imbal jasa lingkungan adalah adanya mekanisme imbal jasa lingkungan yang melibatkan para pemangku kepentingan. Hasil kajian Tachrir Fathoni 2011, elemen kunci tersebut terdiri meliputi transparansi, keadilan, demokrasi, kemudahan dan manfaat. Secara hipotetik IJL kolam retensi polder akan dapat mendukung kebijakan berkelanjutan yang berpihak pada masyarakat miskin sangat ditentukan oleh empat faktor utama yakni, kebijakan, modal sosial, modal politik dan kearifan lokal. Pada konteks inilah penelitian dipandang penting dilakukan dengan mendasarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1 Bagimanakah implementasi kebijakan pengelolaan Kolam Retensi Tawang dalam konteks Tata Kelola Lingkungan ? 2 Sejauh mana Potensi modal sosial, modal politik dan kearifan lingkungan menjadi sumber dukungan dalam penerapan Imbal Jasa Lingkungan untuk mewujudkan Kolam Retensi Tawang Berkelanjutan ? 25 3 Bagimanakah model ideal penerapan Imbal Jasa Lingkungan dalam Pengelolaan Kolam Retensi Tawang Berkelanjutan yang bertumpu pada modal sosial, modal politik dan kearifan lingkungan mampu memberikan insentif ekonomi kepada masyarakat miskin di sekitarnya ?

C. Orisinalitas Penelitian