87
belum banyak dipahami. Dalam hal pengukuran misalnya, PJL keindahan alam sangat sulit diukur, karena berdasarkan kepada preferensi setiap orang yang
berbeda-beda, dengan berbagai atribut keindahan alam yang juga berbeda- beda. Kegiatan PJL yang berkaitan dengan jasa lingkungan keindahan alam ini
sangat bervariasi dan seringkali hampir sama dengan kegiatan PJL keanekaragaman hayati, seperti misalnya, membangun sistem nasional atau
lokal untuk Kawasan Konservasi hutan, laut, atau Taman nasional, membangun sistem untuk melindungi, mempertahankan dan menjaga kawasan
yang memiliki nilai historis penting, membangun sistem tata ruang kawasan pariwisata yang berwawasan lingkungan, mengembangkan sertifikasi kawasan
pariwisata green tourism, dan lain-lain.
3. Perhitungan Nilai jasa lingkungan
Perhitungan nilai jasa lingkungan ini akan melibatkan berbagai metode dasar valuasi ekonomi baik untuk yang dapat dirasakan secara langsung tangible
maupun yang tidak intangible, pasar market dan nonpasar nonmarket. Perhitungan nilai jasa lingkungan juga melibatkan perhitungan manfaat biaya,
yang akan digunakan dalam perhitungan nilai pembayaran bagi jasa lingkungan. Pemanfaatan ahli valuasi ekonomi menjadi penting dalam melakukan perhitungan
nilai jasa lingkungan ini, karena metode valuasi ekonomi yang digunakan memang masih sangat spesifik, rigid, dan sulit untuk diukur. Perhitungan nilai
ekonomi dari jasa lingkungan biasanya ditentukan dari keinginan membayar WTP Willingness to Pay dari pemanfaat dan keinginan menerima WTA
Willingness to Accept dari Penyedia. Pada PJL, yang sifatnya memang sukarela,
88
baik nilai WTP maupun WTA dapat dinegosiasikan. Namun demikian, negosiasi ini harus memiliki dasar penentuan harga yang meliputi:
1 Nilai ekonomi Economic value atau kuantifikasi dari manfaat ekonomi jasa lingkungan dari persepsi sosial baik langsung maupun tidak langsung.
2 Nilai Finansial Financial value yang terdiri dari - Manfaat finansial privat aktual untuk aktor spesifik yang dapat
diestimasi berdasarkan biaya untuk menggantikan jasa lingkungan jika terjadi kerusakan atau tidak bisa didapatkan.
- Biaya untuk pemilik lahan dalam membuat perubahan pengelolaan sumber daya, seperti misalnya biaya penanaman pohon.
- Biaya untuk mengembangkan transaksi, termasuk biaya untuk mengidentifikasi dan mendata status jasa lingkungan sekarang,
membuat perencanaan perubahan cara pengelolaan untuk meningkatkan aliran jasa lingkungan sepanjang waktu.
3 Biaya relatif dari alternatif, seperti misalnya biaya untuk membangun instalasi pengolahan air, dibandingkan dengan biaya jasa lingkungan
filtrasi secara alami. 4 Pasar untuk harga transaksi, yang merupakan refleksi dari resiko yang
akan diterima dan juga ketidak pastian seperti juga kekuatan tawar atau keberadaan co-benefit.
5 Harga dari kesepakatan yang sama. 6 Biaya untuk management practices sepanjang waktu.
89
7 Biaya administrasimanagement, termasuk biaya menganalisis nilai jasa lingkungan,
8 identifikasi dan menarik pemanfaat. 9 Biaya transaksi meliputi biaya negosiasi dan menutup perjanjian.
Pada dasarnya keinginan membayar dari pemanfaat dan juga keinginan untuk menerima dari penyedia akan sangat tergantung dari berbagai hal, dan ini
tentu saja berkaitan dengan keseimbangan supplay dan demand. Pemanfaat biasanya akan mencari biaya termurah dari jasa penyedia, walaupun sekarang ini
ada perkembangan interest menyangkut adanya manfaat tambahan dari kesepakatan PJL, seperti konservasi habitat, pengentasan kemiskinan dan faktor
lainnya. Secara garis besar pendekatan valuasi ekonomi untuk menentukan nilai jasa
lingkungan bisa dilakukan melalui beberapa cara antara lain 1 Penilaian impisit melalui Imputing Value
Metode ini merupakan metode sederhana yang menghitung nilai jasa lingkungan dari hasil pengamatan fenomena yang ada. Metode ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari situasi. 2 Penilaian berbasis preferensi
Penilaian ekonomi jasa lingkungan dapat juga dilakukan melalui preferensi masyarakat baik yang terungkap revealed preference maupun preferensi
yang dinyatakan stated preference. Penilaian ini pada dasarnya menentukan nilai jasa lingkungan berdasarkan willingness to pay WTP individu atau
masyarakat yang disarikan dari preferensi masyarakat melalui nilai lelang
90
bid yang ditawarkan. Beberapa metode yang cukup populer untuk pendekatan ini antara lain adalah Contingent Valuation Method CVM,
Travel Cost Method TCM dan Hedonic Price. Limitasi dari metode ini
adalah karena berbasiskan kepada stated preferences, bisa jadi bukan merupakan preferensi mereka yang sebenarnya, sehingga estimasi WTP dan
WTA tidak selalu bisa diterjemahkan menjadi pembayaran aktual dari jasa lingkungan ketika program konservasi dikerjakan. Informasi yang bersifat
nonsimetrik juga bisa terjadi diantara penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan, sehingga bila terjadi salah satu mengambil keuntungan dari
ketidaktahuan orang lain dalam negosiasi sistem pembayaran.
4. Model Transaksi dalam Imbal Jasa Lingkungan