Domain Kognitif Domain Afektif
23 Teori perkembangan kognitif dari Pi
aget 1988 dalam Rifa’i dan Anni 2011: 26-30 menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan kognitif mencakup:
1 Tahap Sensorimotorik 0-2 tahun. Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan pengalaman indera sensori mereka seperti
melihat dan mendengar dengan gerakan motorik otot mereka menggapai, menyentuh. 2 Tahap Praoperasional 2-7 tahun. Tahap pemikiran ini lebih
bersifat simbolis, egoisentries dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu
simbolik dan intuitif. 3 Tahap Operasional Kongkrit 7-11 tahun. Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk
benda kongkrit. 4 Tahap Operasional Formal 7-15 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.
Dengan mengacu pada teori penahapan perkembangan kognitif Piaget 1988 tersebut, maka dapat diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada
tahapan operasional konkret usia 7-11 tahun. Dimana pada rentang usia ini anak mulai menunjukkan perilaku belajar yang berkembang, yang ditandai dengan ciri-
ciri sebagai berikut: 1
A nak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi
ke aspek lain secara reflektif dgan memandang unsur-unsur secara serentak. 2
A nak mulai berpikir secara operasional, yakni anak mampu memahami aspek-
aspek kumulatif materi, seperti: volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan
24 pendek. Anak juga mampu memahami tentang peristiwa-peristiwa yang
konkret. 3
A nak dapat menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasi
benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya. 4
A nak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat. 5
A nak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek,
lebar, luas, sempit, ringan, dan berat. Susanto, 2013: 79
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak Sekolah Dasar masih cenderung berpikir konkret nyata. Oleh karena itu,
guru harus lebih kreatif untuk menggunakan media agar pembelajaran menjadi lebih smenyenangkan.