27
2.1.8 Hakikat Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,” sedang dalam bahasa Belanda,
matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran Depdiknas, 2001: 7 dalam Susanto 2013: 184. “Matematika
merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-
hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi” Susanto, 2013: 185.
Hans Freundental dalam Marsigit 2008 dalam Susanto 2013: 189 menjelaskan bahwa“matematika merupakan aktivitas insani human activities
dan harus dikaitkan dengan realitas ”. Dengan demikian, matematika merupakan
cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut.
Pada hakikatnya, matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, dalam arti matematika memiliki kegunaan yang praktis dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.9 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
“Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran di dalamnya mengandung makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus
dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi
28 pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu
kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa di dalam pembelajaran matematika sedang berlangsung” Susanto,
2013: 185-6. “Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika ” Susanto, 2013:
186- 7. “Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi
reinvention penemuan kembali. Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun
penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan
sesuatu yang baru” Heruman, 2007: 4. Selanjutnya Van de Henvel-Panhuizen 2000 dalam Zainurie 2007
dalam Sundayana 2014: 24 menyatakan bila anak belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari, maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat
mengaplikasikan matematika. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di kelas hendaknya ditekankan pada keterkaitan atara konsep-konsep matematika dengan
pengalaman anak-anak sehari. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di SD diharapkan
melalui suatu penemuan yang baru dan menemukan cara penyelesaiannya untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa.
29
2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
2.1.10.1 Model Pembelajaran
“Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang,
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain” Joyce Weil 1980: 1 dalam Rusman, 2011: 133. Model
tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dahlan 1990 dalam Isjoni 2013: 72 juga
mengatakan hal yang sama bahwa “model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas ”.
Selanjutnya Hamruni 2011: 6 mengemukakan maksud dari “model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas bela jar mengajar”. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Hamruni 2011: 6 bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Untuk memilih model pembelajaran yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Menurut Hasan
1996 dalam Isjoni 2013: 73, model pembelajaran dapat dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, semakin kecil upaya yang
dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin
30 baik. Kedua, semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan
siswa belajar juga semakin baik. Ketiga, sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan. Keempat, dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Kelima, tidak ada
satupun model yang paling sesuai untuk segala tujuan, jenis materi, dan proses belajar yang ada.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model
pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.
2.1.10.2 Model Pembelajaran Kooperatif
“Pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen” Rusman, 2011: 202. “Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang
dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajara n yang telah dirumuskan” Sanjaya,
2006: 239 dalam Rusman 2011: 203. Johnson Johnson 1994 dalam Isjoni 2013: 63 mengemukakan
“pembelajaran kooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim untuk mencapai tujuan