Keterampilan Pemecahan Masalah Subjek 1 S1

awal pertemuan keterampilannya dalam memecahkan masalah sudah baik, namun ada pula subjek penelitian yang keterampilannya masih kurang dan perkembangannya lambat sehingga butuh lebih banyak dorongan dan scaffolding.

4.1.3.1 Keterampilan Pemecahan Masalah Subjek 1 S1

Subjek penelitian 1 merupakan siswa yang pandai. S1 selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selama 5 kali pertemuan, S1 terampil memahami masalah yang disajikan dalam soal. Hal ini ditunjukkan dengan selalu menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal. Hanya saja terkadang S4 tidak menuliskannya secara jelas. Meskipun begitu, setelah ditanyakan S4 mampu menjawab pertanyaan tentang apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal yang disajikan. Pada pertemuan I, S1 mengaku tidak pernah mengevaluasi strategi yang dijalankan dan tidak pernah melihat kembali hasil pemecahan masalah. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil pekerjaan S1 pada pertemuan I, terlihat S1 tidak menafsirkan penyelesaian yang telah diperoleh. Berikut petikan hasil pekerjaan S1 pada pertemuan I. Soal y ang dimaksud: “Seorang pendaki menaiki bukit dengan kemiringan 21 . Pendaki berjalan mendaki bukit sampai puncak sejauh 6 km. Setelah sampai puncak, pendaki turun menuju balik bukit sejauh 7,5 km. Tentukan kemiringan bukit jika ditinjau dari tempat di balik bukit tersebut” Hasil pekerjaan S1: Gambar 4.1 Hasil pekerjaan S1 pada pertemuan I Untuk mengorganisasikan data yang diketahui dari soal, S1 selalu dapat menggunakan data yang tepat dari yang diketahui. S1 juga mampu mengorganisasikannya dengan baik. Hanya saja pada pertemuan II, S1 sudah menggunakan data yang tepat namun tidak mengorganisasikan dengan baik. Selama 5 kali pertemuan siswa diberikan soal pemecahan masalah sebagai bahan evaluasi. S1 selalu menyajikan gambar dari setiap soal yang diberikan. Gambar yang disajikan pun sudah lengkap, namun terkadang kurang jelas meskipun S1 memahaminya. S1 mampu memilih metode pemecahan atau rumus yang tepat. Hal ini ditunjukkan dengan selalu menuliskan rumus pada pekerjaannya. Setelah memilih pendekatan atau metode pemecahan masalah dengan baik, S1 juga dapat mengembangkan rumus yang diperoleh. Meskipun jawaban yang dihasilkan terkadang tidak tepat. Untuk model matematika dari soal, S1 kurang bisa memisalkan apa yang diketahui dari soal. Meskipun sudah menyimbolkan menjadi huruf-huruf namun penulisannya kurang jelas dan tidak diberikan keterangan. Meskipun demikian, setelah ditanya S1 mampu menjelaskan kembali apa yang dimisalkan olehnya dari soal. Berikut adalah hasil pekerjaan S1 pada pertemuan II. Petikan soal yang dimaksud: “Ali, Badu dan Carli sedang bermain di sebuah lapangan yang datar. Dalam situasi tertentu posisi Ali, Badu dan Carli membentuk sebuah segitiga. Jarak Ali dari Badu 10 meter, jarak Carli dari Ali 15 meter, dan jarak Carli dari Badu 12 meter. Berapakah besar sudut yang dibentuk oleh Badu, Ali, dan Carli dalam posisi itu?” Petikan hasil pekerjaan S1: Gambar 4.2 Hasil pekerjaan S1 pada pertemuan II S1 termasuk siswa yang rajin. Dari rasa ingin tahunya, dia suka mengerjakan soal-soal di Buku siswa meskipun belum diperintah. Sehingga dia terampil mengerjakan soal-soal yang tidak rutin. Meskipun kadang-kadang S1 mengerjakan tidak sampai tuntas karena tidak tahu langkah selanjutnya. Ketelitian S1 dalam menyelesaikan soal juga cukup baik. Hanya pada beberapa pertemuan S1 menyelesaikan masalah dengan lengkap tetapi kurang teliti dan mendapat jawaban akhir yang salah. Pada pertemuan III, jawaban S1 tidak ada kesimpulan dari hasil pemecahan masalah. Meskipun mengaku sudah melihat kembali hasil pemecahan masalah, namun ternyata S1 tidak menindaklanjutinya. Ketika ditanya tentang soal yang mirip dengan soal yang pernah dikerjakan, S1 mampu menjawab dan memberikan contoh soal yang analog dengan soal yang ditanyakan oleh peneliti. Namun terkadang alasan yang diberikan kurang tepat. Berikut hasil pekerjaan S1 pada pertemuan III. Petikan soal yang dimaksud: “Sebidang taman bunga dibatasi oleh tiga tonggak. Ketiga tonggak tersebut disimbolkan A, B, dan C. Jarak tonggak A ke tonggak B 12 meter, jarak tonggak A ke tonggak C adalah 16 meter, dan besar sudut yang dibentuk oleh tonggak B –tonggak A– tonggak C adalah 80 . Tentukan luas taman bunga itu.” Petikan hasil pekerjaan S1: Gambar 4.3 Hasil pekerjaan S1 pada pertemuan III Dalam mengerjakan soal, S1 termasuk jarang mengevaluasi strategi yang dipilih. Namun pada pertemuan berikutnya, S1 lebih berhati-hati dengan mencoba mengevaluasi strategi yang diperolehnya. S1 cenderung jarang menafsirkan penyelesaian yang diperoleh. Hanya pada pertemuan II dan IV saja S1 menafsirkan penyelesaian yang diperoleh. Itu pun masih dalam bentuk model matematika dan belum sesuai dengan apa yang ditanyakan dalam soal. Kendala yang ada pada masalah atau soal, biasanya tidak disadari oleh S1. Hanya jika S1 benar-benar merasa kesulitan maka dia paham kendala dari soal tersebut. Setelah ditanyapun, S1 baru mencari kendala apa yang menyebabkan ia kesulitan. Jika menemui soal, S1 masih kurang terampil menyimpulkan cara penyelesaiannya. Setelah diberikan scaffolding, S1 menunjukkan peningkatan dengan mampu menjawab cara penyelesaian masalah. Secara umum, pada pertemuan IV subjek 1 mengalami peningkatan. Berikut hasil pekerjaan S1 pada pertemuan IV, soal terdapat pada Buku siswa latihan mandiri halaman 25. Gambar 4.4 Hasil pekerjaan S1 pada pertemuan IV S1 selalu menunjukkan langkah-langkah penyelesaian masalah dari setiap soal. Pada pertemuan V langkah-langkah yang dituliskan kurang jelas penyusunannya. Namun ternyata, S1 menggunakan rumus yang berbeda dari teman- temannya. Rumus yang digunakan S1 merupakan rumus turunan untuk mendapatkan rumus yang baku. Untuk hasil pemecahan masalah yang telah diperoleh, S1 jarang melihat kembali. Namun setelah mengalami kesalahan pada pertemuan sebelumnya, S1 mulai melihat kembali hasil perhitungan yang diperoleh. Berikut hasil pekerjaan S1 pada pertemuan V. Gambar 4.5 Hasil pekerjaan S1 pada pertemuan V Lembar pengamatan psikomotorik subjek 1 dapat dilihat pada lampiran 38. Sedangkan petikan hasil wawancara dengan S1 pada lampiran 48. Berikut ini adalah deskripsi perolehan skor dan gain skor S1 dari pertemuan I-V: Tabel 4.6 Perolehan Skor Keterampilan Pemecahan Masalah Subjek 1 S1 Pertemuan I II III IV V Skor Total 39 50 51 54 55 Gain perpertemuan 0,52 0,1 0,34 0,17 Kriteria Sedang Rendah Sedang Rendah Gain P.I ke P.V 0,76 Kriteria Tinggi

4.1.3.2 Keterampilan Pemecahan Masalah Subjek 2

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X MATERI TRIGONOMETRI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN MMP DAN PAIRS CHECK

0 10 423

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAPPS BERBANTUAN KARTU PERMASALAHAN KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT

3 95 456

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

1 22 376

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII

3 35 466

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SCAFFOLDING FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROBING PROMPTING BERBANTUAN MATERI BARISAN

23 182 303

PENGEMBANGAN KARAKTER KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL LAPS HEURISTIK MATERI LINGKARAN KELAS VIII

11 81 302

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SUPERITEM DENGAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 4 PURWOKERTO

1 0 17