Analisis Sebelum Di Lapangan Analisis selama di lapangan Model Miles and Huberman

memencapai atau melebihi KKM yang ditetapkan yaitu 71. Apabila nilai tes akhir siswa ≥ 71 maka dikatakan tuntas, sebaliknya dikatakan tidak tuntas.

3.8.2 Analisis Data Kualitatif

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung selama pengumpulan data Sugiyono, 2010: 336. Berikut adalah uraiannya.

3.8.2.1 Analisis Sebelum Di Lapangan

Analisis sebelum di lapangan dilakukan dengan studi pendahuluan, data sekunder yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Dalam penelitian ini analisis sebelum dilapangan dilakukan dengan cara observasi awal kegiatan pembelajaran, wawancara dengan guru matematika, dan mengumpulkan data sekunder berupa hasil belajar siswa serta hasil ulangan siswa pada materi sebelumnya. Data-data ini digunakan untuk menetukan fokus penelitian tentang kemampuan dan ketarampilan pemecahan masalah siswa serta karakter rasa ingin tahu siswa.

3.8.2.2 Analisis selama di lapangan Model Miles and Huberman

Langkah-langkah analisis yang dilakukan ketika peneiti di lapangan adalah sebagai berikut. 1 Data Reduction Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Makin lama peneliti akan menemukan data yang makin kompleks, banyak dan rumit. Oleh karena itu peneliti perlu melakukan reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dalam mereduksi data peneliti dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. 2 Data Display Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Sugiyono, 2010: 341 menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks dan bersifat naratif. Oleh karena itu data kualitatif berupa hasil wawancara dan observasi karakter rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah siswa disajikan secara naratif. 3 Conclusion Drawing Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal penelitian didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan tersebut dapat dipandang sebagai kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan adalah temuan baru. Temuan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas dan dalam penelitian ini berupa hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Data kualitatif diperoleh dari penilaian karakter rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah. Untuk menguji karakter rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah maka digunakan indeks gain. Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dapat dihitung dengan rumus berikut: ebelum s skor SMI sebelum skor sesudah skor g sasi ternormali Gain Hake dalam Rahmawati, 2011: 32 Adapun untuk kriteria indeks gain menurut Hake tersaji pada tabel berikut: Tabel 3.5 Kriterian Indeks Gain Indeks Gain Kriteria g ≥ 0,7 Tinggi 0,3 ≤ g 0,7 Sedang g 0,3 Rendah Indeks gain yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan gain karakter rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah siswa mengingat gain absolut selisih antara skor akhir dan awal tidak dapat menjelaskan secara tepat mana yang sebenarnya dikatakan gain tinggi dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 3 dari 2 ke 5 dan siswa yang memiliki gain 3 dari 6 ke 9 dari suatu soal dengan skor maksimal 10. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Padahal secara logis seharusnya siswa yang kedua memiliki gain lebih tinggi dari siswa yang pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan skor dari 6 ke 9 akan lebih berat daripada meningkatkan dari 2 ke 5. Dalam hal ini indeks gain menggantikan kedudukan rata-rata dalam pengujian. Karena dalam penelitian ini dilakukan 5 pertemuan, maka rumus gain diambil untuk pertemuan berturut-turut 1 ke 2, 2 ke 3, 3 ke 4, 4 ke 5, dan 1 ke 5. 91

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan menguraikan data hasil penelitian mengenai permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I. Data hasil penelitian diperoleh dengan teknik pengamatan, wawancara terhadap subjek penelitan, dan tes. Pengambilan data terfokus pada karakter rasa ingin tahu, keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan pemecahan masalah subjek penelitian. Subjek penelitian berjumlah 5 orang yang dipilih dari 38 siswa dari kelas penelitian yang berdasarkan hasil tes pendahuluan yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2013. Subjek penelitian terdiri dari subjek 1 S1, subjek 2 S2, subjek 3 S3, subjek 4S4, dan subjek 5 S5. Masing-masing merupakan siswa yang mendapatkan rangking pertama, kuartil pertama, kuartil kedua, kuartil ketiga, dan rangking terakhir. Kepada kelima subjek dilakukan pengamatan dan wawancara selama lima kali pertemuan pembelajaran, dengan tanpa mendeskriminasikan siswa lain dalam kelas penelitian. Daftar nilai tes pendahuluan dan pemilihan subjek penelitian lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan lampiran 9. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggambarkan atau mendeskripsikan kejadian- kejadian yang menjadi pusat perhatian secara kualitatif dan berdasar data kualitatif.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X MATERI TRIGONOMETRI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN MMP DAN PAIRS CHECK

0 10 423

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAPPS BERBANTUAN KARTU PERMASALAHAN KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT

3 95 456

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

1 22 376

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII

3 35 466

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SCAFFOLDING FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROBING PROMPTING BERBANTUAN MATERI BARISAN

23 182 303

PENGEMBANGAN KARAKTER KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL LAPS HEURISTIK MATERI LINGKARAN KELAS VIII

11 81 302

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SUPERITEM DENGAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 4 PURWOKERTO

1 0 17