Taksonomi SOLO Structured of Observed Learning Outcomes

Prinsip tersebut akan dibangun oleh tiga item sebelumnya. Setiap item akan membantu siswa dalam menggali situasi dari masalah. 2 Stem akan menyajikan sebuah masalah yang relevan dan diperlukan siswa. 3 Respon dari setiap item di dalam sebuah superitem tidak bergantung pada respon yang benar dari item sebelumnya. Pengalaman kedua ahli tersebut, dapat membantu guru dalam menyusun butir soal bentuk superitem.

2.5.1 Taksonomi SOLO Structured of Observed Learning Outcomes

Taksonomi SOLO adalah taksonomi yang penting dalam memahami hubungan antara tahap perkembangan mental dan kualitas belajar. Menurut Biggs dan Collis bahwa setiap tahap kognitif terdapat struktur respon yang sama dan makin meningkat dari yang sederhana sampai yang abstrak. Berdasarkan kualitas respon anak, struktur pengamatan hasil belajar tahap SOLO dikelompokkan pada lima tahap yaitu: tahap prestructural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan abstrak. 1 Prestructural; dalam hal ini para siswa hanya memperoleh potongan-potongan informasi yang terlepas satu sama lain yang tidak terorganisasi dan tidak ada artinya; 2 Unistructural; koneksi-koneksi dibuat, jelas nyata dan sederhana tapi maknanya tidak diserap; 3 Multistructural; sejumlah koneksi-koneksi bisa dibuat, hanya metakoneksi antara mereka menjadi luputkehilangan seperti makna untuk keseluruhan informasi; 4 Relational; siswa mampu menghargai makna dari hubungan bagian dengan keseluruhan informasi; 5 Extrended abstract; siswa membuat hubungan-hubungan tidak hanya di dalam bidang hal yang diberikan, juga ada yang datang dari luar mampu menggeneralisasi dan memindahkan prinsip dan gagasan-gagasan yang spesifik. Tujuan dari Taksonomi SOLO adalah untuk menyediakan cara sistematis menggambarkan bagaimana kinerja seorang pembelajar tumbuh dalam struktural kerumitan ketika menangani dan menguasai berbagai tugas. Oleh karena itu, dapat digunakan untuk mengevaluasi outcome pembelajaran sehingga tingkat kemampuan siswa dapat diidentifikasi. Taksonomi SOLO telah terbukti secara efektif, sebagai alat perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasarkan karakteristik kognitif siswa. Hal ini telah digunakan dalam berbagai studi untuk mengevaluasi belajar. Sejalan dengan hasil penelitian Asikin 2002: 14 dalam penelitiannya tentang penerapan taksonomi Solo dalam pengembangan item tes pada perkuliahan Geometri Analit, yang menyimpulkan bahwa level pada taksonomi SOLO secara mudah dapat digunakan untuk menentukan level suatu pertanyaansoal, serta menentukan kualitas respon analisis tugas yang diberikan kepada mahasiswa. Perlu dibedakan antara pengertian multistruktural, relasional dan abstrak diperluas dengan pertanyaan multistrutural, pertanyaan relasional, dan pertanyaan abstrak diperluas. Tahap-tahap atau level dalam teksonomi Solo adalah suatu tingkat respon anak terhadap suatu pertanyaan dengan ciri-ciri sebagaimana diuraikan di atas. Sedangkan pertanyaan multistruktural, pertanyaan relasional dan pertanyaan absrak diperluas adalah suatu pertanyaan dengan kriteria sebagaimana diuraikan oleh Collis dalam Asikin, 2002: 5 sebagai berikut. 1 Pertanyaan Unistruktural: menggunakan sebuah informasi yang jelas dan langsung dari stem. 2 Pertanyaan Multistruktural: menggunakan dua informasi atau lebih dan terpisah yang termuat dalam stem. 3 Pertanyaan Relasional: menggunakan suatu pemahaman dari dua informasi atau lebih yang termuat dalam stem. 4 Pertanyaan Abstrak Diperluas: menggunakan prinsip umum yang abstrak atau hipotesis yang diturunkan dari informasi dalam stem atau yang disarankan oleh informasi dalam stem. Berikut ini merupakan tabel perbedaan karakteristik dari masing-masing tahap Taksonomi Solo yang dapat disimpulkan jika dikaitkan dengan pemecahan masalah. Tabel 2.2 Tingkatan Taksonomi SOLO Deskripsi SOLO Pemecahan Masalah Prestructural Siswa tidak memahami soal yang diberikan sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal yang diberikan dengan tepat. Unistructural Siswa hanya bisa menggunakan satu informasi dari soal sehingga siswa dapat menyelesaikan dengan sederhana soal yang diberikan. Mungkin hanya menggunakan satu cara yang dapat memperoleh hasil pemecahan yang tepat. Multistructural Siswa dapat menyelesaikan soal dengan menggunakan dua informasi atau lebih dari satu soal. Siswa dapat menentukan lebih dari satu cara penyelesaian dari soal. Relasional Siswa dapat menggunakan dua informasi atau lebih dari soal. Siswa dapat menentukan lebih dari satu cara penyelesaian pada soal yang diberikan dengan tepat. Siswa mampu menjelaskan hubungan antara beberapa cara penyelesaian yang digunakan. Extended abstract Siswa dapat menyelesaikan soal dengan dua informasi atau lebih dari soal. Siswa dapat menentukan lebih dari satu cara penyelesaian yang diberikan dengan tepat. Siswa mampu menjelaskan hubungan antara beberapa cara penyelesaian yang digunakan. Siswa dapat membangun suatu konsep baru di luar konsep yang sudah diajarkan. 2.6 Scaffolding

2.6.1 Teori Belajar Vigotsky

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X SMA MATERI TRIGONOMETRI DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

7 85 402

KOMPARASI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS X MATERI TRIGONOMETRI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN MMP DAN PAIRS CHECK

0 10 423

PENGEMBANGAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TAPPS BERBANTUAN KARTU PERMASALAHAN KELAS VII PADA MATERI SEGIEMPAT

3 95 456

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM TEACHING BERBANTUAN CABRI 3D TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DIMENSI TIGA KELAS X

1 22 376

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII

3 35 466

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL SCAFFOLDING FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PROBING PROMPTING BERBANTUAN MATERI BARISAN

23 182 303

PENGEMBANGAN KARAKTER KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL LAPS HEURISTIK MATERI LINGKARAN KELAS VIII

11 81 302

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SUPERITEM DENGAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 4 PURWOKERTO

1 0 17